Sukses

Cara Elegan Pustakawan UMM Angkat Derajat Pedagang Kecil Lewat Digital Branding

Dian Puspitasari menyadari, minat baca di kalangan mahasiswa masih tergolong rendah. Ini menjadi tantangan besar apalagi di tengah perkembangan gadget dan teknologi AI.

Liputan6.com, Jakarta - Dian Puspitasari, seorang pustakawan berusia 28 tahun dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), telah menunjukkan dedikasinya dalam meningkatkan layanan perpustakaan dan mendukung masyarakat.

Lahir di Jombang, Jawa Timur, dan saat ini berdomisili di Malang, Dian merupakan lulusan S1 Ilmu Perpustakaan dan Informasi dari Universitas Brawijaya. Keberhasilannya membawa inovasi dalam bidang perpustakaan membuatnya menjadi finalis dalam ajang Pustakawan Berprestasi Tingkat Nasional 2024.

Dan mengungkapkan bahwa minat baca di kalangan mahasiswa UMM masih tergolong rendah. Tantangan ini semakin besar dengan adanya perkembangan gadget dan teknologi AI. Namun, Dian bersama timnya di perpustakaan UMM tidak menyerah.

Kemudian, mereka menciptakan inovasi untuk memastikan mahasiswa dan sivitas akademika tetap mendapatkan sumber informasi yang mereka butuhkan.

Salah satu inovasi utama yang diperkenalkan adalah My UMM Library, sebuah perpustakaan digital yang menawarkan layanan one stop services. Mahasiswa dapat mengakses perpustakaan ini dengan menggunakan NIM mereka, sementara staf dan dosen menggunakan email dan password mereka.

“Koleksi-koleksi yang ada di UMM serta berbagai database online yang dilanggan perpustakaan tersedia 24 jam, memungkinkan akses di mana saja dan kapan saja,” kata Dian dalam sesi wawancara.

Untuk meningkatkan literasi, Dian menyelenggarakan berbagai program pelatihan literasi informasi bagi sivitas akademika UMM. Pelatihan ini mencakup penelusuran internet dan e-resources, serta tips dan trik dalam submit jurnal.

“Inisiatif ini bertujuan untuk membekali mahasiswa dengan keterampilan yang diperlukan untuk mengakses dan memanfaatkan informasi secara efektif,” ujarnya.

Selain fokus pada mahasiswa, Dian juga peduli terhadap minat baca masyarakat umum. Melalui program Mobil Kaca (Mobil Kamis Baca), perpustakaan dan PMB turun ke masyarakat atau sekolah-sekolah setiap Kamis.

”Kegiatan ini meliputi story telling dan permainan anak, yang bertujuan untuk menumbuhkan minat baca sejak dini,” kata dia.

Inovasi terbaru yang Dian bawa dalam kompetisi Pustakawan Berprestasi 2024 adalah digital branding perpustakaan UMM untuk mendukung pemasaran produk UMKM. Dian memimpin inisiatif ini dengan membentuk tim media sosial perpustakaan UMM yang berkolaborasi dengan Center of Excellence Ilmu Komunikasi UMM.

“Melalui optimasi digital branding di media sosial Instagram, perpustakaan UMM membantu UMKM dalam memasarkan produk mereka secara digital,” ungkapnya.

Proyek digital branding ini dimulai pada tahun 2022 untuk perpustakaan UMM dan diperluas pada September 2023 hingga Februari 2024 untuk UMKM. Dalam program ini, perpustakaan UMM mendukung UMKM dengan memberikan pelatihan pembuatan konten, optimasi Instagram, dan pemasaran melalui IG story perpustakaan.

Dari 32 UMKM yang mengikuti pelatihan, 23 setuju bekerja sama dan 18 telah berhasil melakukan realisasi pemasaran digital, mencapai tingkat keberhasilan sebesar 78%.

 

2 dari 2 halaman

Kebanggaan sebagai Pustakawan

Dian merasa bangga dengan profesinya sebagai pustakawan, meskipun sering kali dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Ia menegaskan bahwa tugas pustakawan bukan sekadar menjaga buku, tetapi juga memberikan layanan prima kepada masyarakat melalui berbagai inisiatif dan program yang inovatif.

“Sebagai profesi pustakawan, saya sangat bangga karena mungkin sampai sekarang masih dipandang sebelah mata. Banyak mempertanyakan khususnya kepada saya bekerjanya di mana kah, masyarakat banyak yang bilang ’oh jaga buku ya’ padahal tidak hanya tidak menjaga buku, tugas pustakawan tidak sesimpel itu. Tetapi ada beberapa aspek-aspek tugas pokok dan fungsi pustakawan yang memberikan layanan yang prima kepada masyarakat,” tuturnya.

Berawal dari tidak mengenal profesi pustakawan hingga mulai jatuh cinta dengan profesi ini. Setelah lulus dari SMA N Kabuh, Dian mengalami sebuah dilema harus melanjutkan ke mana dan mengambil program studi apa.

Atas saran saudara yang saat itu menjabat sebagai Kepala Dinas Sekolah Dasar untuk mengambil program studi Ilmu Perpustakaan, dengan alasan untuk ke depannya akan membutuhkan banyak pustakawan.

"Akhirnya pada 2013, saya memutuskan untuk mengambil program studi Ilmu Perpustakaan di Universitas Brawijaya. Program studi Ilmu Perpustakaan sebenarnya bukan minat saya, karena saya tidak suka membaca dan saya lebih suka dalam hal angka ataupun berhitung," ungkapnya.

Setelah lulus, Dian memilih pekerjaan yang sesuai dengan bidangnya. Dari pengalaman-pengalaman yang didapat selama kuliah, ternyata banyak hal yang berguna saat menjalani profesi ini.

Selain itu, menjadi seorang pustakawan menurut Dian adalah pekerjaan yang mulia. Di mana pustakawan dapat membantu seseorang untuk mengakses dan menemukan informasi sesuai kebutuhannya.

Pengalaman kerja pertama Dian saat menjadi Pustakawan di SMP Islam Sabilillah Malang. Kemudian ia mencoba untuk mencari peluang menjadi pustakawan di perguruan tinggi, yang akhirnya dapat bergabung menjadi Pustakawan di UPT Perpustakaan UMM pada 2018 sampai sekarang.

"Saya melihat ke depan, upstakawan tidak hanya dapat menjalankan tugas pokoknya sebagai pustakawan semata, namun pustakawan dapat mengembangkan diri baik dalam hal penulisan karya ilmiah ataupun dalam hal keikutsertaan organisasi dan pengabdian masyarakat," jelasnya.

Selain itu, seseorang saat ini bisa menjadi pustakawan yang kekinian. Artinya menghilangkan stigma masyarakat bahwasannya seorang pustakawan yang bekerja di perpustakaan hanya menunggu buku saja.

"Hal itu dapat dilakukan dengan cara menjadi pustakawan yang modis dan memiliki penampilan yang menarik, pustakawan yang memiliki banyak prestasi baik dalam bidangnya ataupun di bidang yang lain, dan pustakawan yang bisa juga menyapa pemustakanya melalui media sosial," kata Dian.