Sukses

Mengenal Latar Belakang Pendirian Museum Konferensi Asia Afrika Bandung

Konferensi Asia Afrika merupakan peristiwa sangat bersejarah dalam politik luar negeri Indonesia dan peristiwa besar bagi bangsa Indonesia.

Liputan6.com, Bandung - Museum Konferensi Asia Afrika (KAA) merupakan salah satu museum yang berada di Kota Bandung, Jawa Barat. Tepatnya, terletak kawasan bersejarah Gedung Merdeka Jalan Asia Afrika Nomor 65. Museum KAA memiliki sejarah sebagai tempat Konferensi Asia Afrika tahun 1955.

Merujuk catatan pada laman Museum KAA, diterangkan bahwa Konferensi Asia Afrika merupakan peristiwa sangat bersejarah dalam politik luar negeri Indonesia dan peristiwa besar bagi bangsa Indonesia.

Peristiwa tersebut terjadi hanya 10 tahun setelah bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Dalam waktu yang singkat, bangsa Indonesia telah berani mengusulkan dan bersedia menjadi tuan rumah bagi konferensi bertaraf internasional.

Konferensi ini melahirkan Dasasila Bandung yang kemudian menjadi pedoman bangsa-bangsa terjajah di dunia dalam perjuangan memperoleh kemerdekaannya yang kemudian menjadi prinsip dasar dalam upaya memajukan perdamaian dan kerja sama dunia.

Untuk merawat semangat Konferensi Asia Afrika bagi generasi setelahnya, maka Konferensi Asia Afrika beserta peristiwa, masalah, dan pengaruh yang mengitarinya diabadikan dalam sebuah museum di tempat konferensi itu berlangsung, yaitu di Gedung Merdeka.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tokoh Mochtar Kusumaatmadja

Diriwayatkan, Menteri Luar Negeri Republik Indonesia (1978-1988), Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja, seringkali bertemu dengan para pemimpin negara dan bangsa Asia Afrika. Dalam kesempatan-kesempatan tersebut, ia sering ditanya soal Gedung Merdeka dan Kota Bandung tempat diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika.

Berulang kali pembicaraan tersebut diakhiri oleh pernyataan keinginan mereka untuk dapat mengunjungi Kota Bandung dan Gedung Merdeka.

Terilhami oleh kehendak untuk mengabadikan Konferensi Asia Afrika 1955 yang merupakan tonggak terbesar keberhasilan politik luar negeri Indonesia, maka lahirlah gagasan Prof. Mochtar Kusumaatmadja untuk mendirikan Museum Konferensi Asia Afrika di Gedung Merdeka.

Gagasan tersebut dilontarkan dalam forum rapat Panitia Peringatan 25 Tahun Konferensi Asia Afrika tahun 1980 yang dihadiri antara lain oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Prof Dr Haryati Soebadio sebagai wakil dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Gagasan tersebut mendapat sambutan baik terutama dari Presiden Republik Indonesia Soeharto. Sejak itu, salah satu aktivitas Panitia Peringatan 25 Tahun Konferensi Asia Afrika adalah mewujudkan gagasan tersebut.

 

3 dari 3 halaman

Peresmian 1980

Gagasan pendirian Museum Konferensi Asia Afrika diwujudkan oleh Joop Ave, sebagai Ketua Harian Panitia Peringatan 25 Tahun Konferensi Asia Afrika dan Direktur Jenderal Protokol dan Konsuler Departemen Luar Negeri, bekerja sama dengan Departemen Penerangan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pemerintah Daerah Tingkat I Provinsi Jawa Barat, dan Universitas Padjadjaran.

Perencanaan dan pelaksanaan teknisnya dikerjakan oleh PT Decenta, Bandung.Museum Konperensi Asia Afrika diresmikan berdirinya oleh Presiden Soeharto pada 24 April 1980, sebagai puncak Peringatan 25 Tahun Konferensi Asia Afrika.

Pada 18 Juni 1986, kedudukan Museum Konperensi Asia Afrika dialihkan dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan ke Departemen Luar Negeri di bawah pengawasan Badan Penelitian dan Pengembangan Masalah Luar Negeri.

Pada tahun 2003, dilakukan restrukturisasi di tubuh Departemen Luar Negeri dan Museum Konferensi Asia Afrika dialihkan ke Ditjen Informasi, Diplomasi Publik, dan Perjanjian Internasional (sekarang Ditjen Informasi dan Diplomasi Publik).

Saat ini, UPT Museum Konferensi Asia Afrika berada dalam koordinasi Direktorat Diplomasi Publik. Museum ini menjadi museum sejarah bagi politik luar negeri Indonesia.

Penataan kembali Museum Konferensi Asia-Afrika dalam rangka Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika 2005 dan peringatan 50 tahun Konferensi Asia-Afrika 1955, pada 22-24 April 2005, tata pameran Museum Asia-Afrika direnovasi atas prakarsa Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Dr N Hassan Wirajuda.

Penataan kembali museum tersebut dilaksanakan atas kerja sama Departemen Luar Negeri dengan Sekretariat Negara dan Pemerintah Provinsi jawa Barat. Perencanaan dan pelaksanaan teknisnya dikerjakan oleh Vico Design dan waka Reality.

Hingga kini, Museum KAA pun masih terus menyajikan peninggalan-peninggalan, informasi yang berkaitan dengan Konferensi Asia Afrika, termasuk latar belakang, perkembangan konferensi tersebut, sosial budaya, dan peran bangsa-bangsa Asia Afrika, khususnya bangsa Indonesia dalam percaturan politik dan kehidupan dunia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini