Sukses

Malam Tari Inai, Prosesi Penting dalam Adat Perkawinan Masyarakat Melayu Timur

Dalam prosesnya, malam tari inai membutuhkan tepung tawar sebagai simbol pemberian doa dan tolak bala bagi kedua mempelai.

Liputan6.com, Jambi - Malam tari inai adalah salah satu upacara tradisional dalam adat perkawinan masyarakat Melayu Timur di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi. Upacara adat yang juga berkaitan dengan hidup masyarakat Melayu Timur ini sudah dilakukan sejak dahulu dan masih dipertahankan hingga sekarang.

Mengutip dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, malam tari inai dilakukan pada suatu malam dengan diikuti oleh dua keluarga mempelai. Tak jarang, prosesi ini juga diikuti oleh tamu undangan lainnya.

Melalui prosesi ini menandakan bahwa pernikahan seseorang juga merupakan pernikahan yang melibatkan dua keluarga besar. Prosesi ini sekaligus mempertemukan dua keluarga besar agar saling mengenal.

Dalam prosesnya, malam tari inai membutuhkan tepung tawar sebagai simbol pemberian doa dan tolak bala bagi kedua mempelai. Mempelai juga akan dipasangkan tanda yang dibuat dari daun inai (daun pacar) pada bagian tangan.

Adapun tepung tawar terdiri dari nasi kuning atau beras kuning, bertih (beras atau ketan yang digongseng kemudian ditumbuk), serta daun inai atau daun pacar yang sudah ditumbuk. Selain itu, dibutuhkan juga daun ganda rusa yang digunakan untuk memercikkan air.

Nantinya, pemberian tepung tawar dan pemasangan inai akan dilakukan oleh para ketua adat, orang tua, serta yang dituakan. Prosesinya dilakukan di rumah pengantin wanita.

Sesuai namanya, prosesi malam tari inai juga akan diisi dengan pementasan tari inai yang dibawakan oleh para pendekar, baik pendekar laki-laki maupun pendekar perempuan. Mereka akan menari secara berpasangan.

Tarian tersebut menggunakan properti kembang lilin, yakni sebentuk rangkaian bunga yang dipasangi lilin dan dihidupkan. Dalam bahasa lokal mereka menyebutnya dian). Adapun properti kembang lilin menyimbolkan kehidupan.

Tari inai dalam tradisi malam tari inai diiringi dengan musik kelintang perunggu. Hingga kini, tradisi yang sudah ada sejak berdirinya Kerajaan Melayu Timur Begubang ini masih terus dilestarikan.

 

Penulis: Resla