Sukses

Mengenal Anak Balam, Ritual Pengobatan Tradisional Minang yang Gunakan Mantra dan Tarian

Pelaksanaan ritual anak balam membutuhkan beberapa orang penari yang biasanya berjumlah genap. Mereka akan menari mengikuti irama yang dihasilkan alat musik biola.

Liputan6.com, Padang - Anak balam merupakan sebuah ritual pengobatan tradisional ala masyarakat Sumatra Barat. Ritual ini dilakukan dengan menggunakan kekuatan syair (mantra) dan musik.

Mengutip dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, pelaksanaan ritual anak balam membutuhkan beberapa orang penari yang biasanya berjumlah genap. Mereka akan menari mengikuti irama yang dihasilkan alat musik biola.

Tak hanya menggerakkan tubuh sesuai irama musik, mereka juga bergerak sambil merapal mantra yang juga berirama. Konon, jumlah penari dalam ritual ini mengacu pada jumlah burung balam (perkutut) yang umumnya selalu menetas secara berpasangan dua ekor.

Selama pelaksanaannya, akan ada durasi tertentu di mana satu atau tiga orang penari akan pingsan. Sementara satu orang penari lainnya akan kerasukan.

Penari yang kerasukan tersebut kemudian akan berlaku seolah-olah menjadi seorang dukun. Ia kemudian akan mengobati pasien.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ritual Pengobatan Anak Balam Mengandung Nilai-Nilai Positif

Ritual pengobatan anak balam sejatinya mengandung beberapa nilai positif yang dianut masyarakat. Ritual ini mengandung nilai ketuhanan yang memperlihatkan bahwa masyarakat mempercayai Tuhan menciptakan dan menyediakan obat untuk segala penyakit. Manusia yang sedang diberi ujian sakit seharusnya berdoa dan berikhtiar agar memperoleh kesehatan.

Adapun nilai positif lainnya adalah kemanusiaan, yakni para pelaku anak balam berusaha membantu masyarakat atau pasien untuk memulihkan kesehatan. Selain itu, ada juga nilai keindahan yang terlihat dari proses pengobatannya, yakni menggunakan tarian serta musik yang mengusung keindahan gerak dan bunyi.

Sayangnya, saat ini praktik-praktik pengobatan melalui ritus anak balam sudah jarang dilakukan. Hal itu membuat ritual anak balam telah berubah fungsi menjadi media hiburan. Pergeseran fungsi ini juga disebabkan karena perkembangan praktik penyembuhan medis yang dapat diakses dengan lebih mudah.

(Resla)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.