Sukses

Berbasis MicroPET/CT, BRIN Kembangkan Radiofarmaka Baru untuk Deteksi Dini Kanker

Alat tersebut digunakan untuk melakukan deteksi dini penyakit kanker disebabkan pada stadium awal tidak menunjukkan gejala.

Liputan6.com, Bandung - Pusat Riset Teknologi Radioisotop, Radiofarmaka, dan Biodosimetri Badan Riset dan Inovasi Nasional (PRTRRB-BRIN) tengah mengembangkan kandidat radiofarmaka baru berbasis siklotron, menggunakan Micro-Positron Emission Tomography/Computed Tomography (microPET/CT).

Alat tersebut digunakan untuk melakukan deteksi dini penyakit kanker disebabkan pada stadium awal tidak menunjukkan gejala. Menurut Peneliti PRTRRB BRIN Isti Daruwati menjelaskan alasan melakukan riset untuk menemukan kandidat radiofarmaka baru menggunakan microPET/CT.

"Positron yang dipancarkan oleh radiofarmaka PET dapat digunakan untuk visualisasi atau pencitraan molekuler menggunakan kamera PET," ujar Isti dicuplik dari laman BRIN, Senin, 1 Juli 2024.

Isti mengatakan kamera hibrid PET/CT merupakan salah satu bagian dari pemanfaatan ilmu kedokteran nuklir.

Isti menjelaskan kamera hibrid yang digunakan sangat sensitif untuk mendeteksi gejala kamker yang ada didalam tubuh. Tak hanya kanker, Isti menuturkan alat ini dapat mendeteksi penyakit lainnya.

"Keberhasilan pencegahan atau pengobatan kanker ditentukan oleh tingkat deteksi dini. Kamera PET/CT ini sensitif, khususnya dalam deteksi dini kanker, dan BRIN mendukung melalui PET/CT untuk pencitraan hewan model kanker," kata Isti.

Isti menambahkan pada riset yang telah dilakukan dengan menggunakan kamera hibrid PET/CT terhadap mencit (tikus) untuk pengembangan kandidat radiofarmaka baru.

Kamera PET/CT memiliki peran dalam pengembangan radiofarmaka pada tahapan uji preklinik sebelum diuji ke manusia.

"PET/CT mampu mendeteksi fungsi organ maupun sistem pada tubuh manusia atas berbagai penyakit, khususnya kanker," sebut Isti.

Selain iti keunggulan lainnya, mampu menggambarkan fungsi metabolisme molekuler jaringan tubuh di berbagai organ tubuh pasien secara tiga dimensi.

Pada riset awal pemeriksaan PET/CT dilakukan dengan menggabungkan informasi dari komponen informasi fungsional berupa perubahan metabolisme sel tubuh dari PET, dan informasi morfologi dan lokasi dari suatu kelainan tubuh dari CT.

"Sehingga, memberikan informasi yang akurat dan diagnosis berbagai macam penyakit yang lebih tepat, terutama untuk kasus onkologi," jelas Isti.

Selain itu, PET/CT dapat menentukan lokasi penyebaran kanker di seluruh tubuh dan keberhasilan terapi.

Lebih lanjut dijelaskan Isti dalam riset ini, penyuntikan sejumlah dosis kecil radioaktif dilakukan dalam bentuk radiofarmaka melalui pembuluh darah, dengan cara injeksi pada ekor mencit. Kemudian, dilakukan pencitraan pada microPET/CT scanner dalam posisi berbaring dan kondisi hewan telah dianestesi.

"Apabila riset ini telah berhasil pada mencit, akan dilakukan fase uji klinik, sampai akhirnya dapat dipergunakan untuk manusia," tutur Isti.

Dia berharap, di kemudian hari, riset ini dapat membantu masyarakat Indonesia untuk mendapatkan ketepatan dan keakuratan diagnosis.

Sehingga, dapat menekan jumlah kesakitan, mendapatkan tata laksana pengobatan terbaik, serta menekan jumlah kesakitan dan kematian akibat kanker.

"Melalui riset menggunakan kamera microPET/CT ini, akan ada banyak riset BRIN terkait radiofarmaka baru yang siap hilir," tukasnya.

 

2 dari 4 halaman

Manfaat Nuklir untuk Penelitian di Bidang Kesehatan

Direktorat Fasilitas Pengelolaan Ketenaganukliran (DPFK) BRIN, Irsyad mengatakan beberapa aplikasi nuklir dan radiasi yang dimanfaatkan untuk bidang pertanian, pangan, kesehatan, industri, lingkungan.

"Riset Nuklir di bidang kesehatan, diantaranya menggunakan radiasi untuk mendiagnosis fungsi tubuh menggunakan Sinar-X, Sinar Gamma dan Radioisotop. Selain itu juga digunakan untuk terapi dengan tujuan degradasi sel kanker, tumor atau benda asing lainnya melalui perhitungan dosis yang akurat," terang Irsyad.

Pengembang Teknologi Nuklir Ahli Pertama ini menjelaskan penggunaan Thyroid Uptake untuk mendiagnosis fungsi kelenjar gondok menggunakan radioisotop Iodium-131.

Sedangkan, Renograf dimaksudkan untuk mendeteksi fungsi kedua ginjal dengan mudah, cepat, aman dan akurat menggunakan radiofarmaka 131I-hippuran atau 99mTc-DTPA.

"Pada bidang kedokteran nuklir, Kamera Gamma sebagai alat pencitraan non invasif digunakan mendeteksi berbagai penyakit baik kelainan organ hingga kanker," ungkap Irsyad.

Kit Radiofarmaka memainkan peran penting dalam keberhasilan diagnosis dan terapi penyakit karena sifatnya yang spesifik ke target.

Brachytherapy adalah jenis terapi dengan radioaktif yang digunakan untuk mengobati kanker dengan cara menaruh sumber radiasi secara langsung di dalam atau di dekat tumor ganas.

"Selain itu, brachytherapy memberikan pengobatan yang lebih tepat dan mengurangi kerusakan di daerah jaringan yang sehat di sekitar tumor," ungkap Irsyad.

Teknik deteksi radiofarmaka dapat dilakukan secara in vivo maupun in vitro. In vivo adalah teknik deteksi dengan cara radiofarmaka diinjeksikan ke dalam tubuh pasien kemudian dilakukan pencitraan terhadap tubuh pasien.

Sedangkan In vitro adalah teknik deteksi dilakukan di luar tubuh, sampel berupa darah pasien yang diambil kemudian di tes menggunakan kit Radioimmunoassay (RIA) dengan prinsip immunologi.

 

3 dari 4 halaman

Definisi Kanker

Dicuplik dari laman Ayo Sehat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, kanker adalah kelompok penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak terkontrol dan berpotensi menyebar ke bagian tubuh lain.

Penyakit kanker adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan penyakit yang melibatkan pertumbuhan sel yang tidak normal dan tidak terkendali.

Penyakit ini dapat mempengaruhi hampir setiap bagian dari tubuh manusia dan memiliki banyak jenis dan subjenis.

Seperti yang telah disebutkan, tumor bisa bersifat jinak atau ganas. Tumor jinak biasanya tidak berbahaya dan dapat diangkat dengan operasi.

Namun, tumor ganas atau kanker memiliki potensi untuk menyebar ke jaringan lain dan memerlukan perawatan yang lebih intensif.

Kanker dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi awal pertumbuhan sel kanker. Beberapa klasifikasi umum meliputi:

- Karsinoma: Kanker yang berasal dari sel epitel, seperti kulit atau sel yang melapisi organ internal.

- Sarkoma: Kanker yang berasal dari jaringan ikat seperti tulang, otot, dan pembuluh darah.

- Leukemia: Kanker darah yang berasal dari sumsum tulang.

- Limfoma: Kanker yang berasal dari sel-sel sistem limfatik.

- Kanker Otak dan Tumor Sistem Saraf Pusat: Kanker yang berasal dari otak atau sumsum tulang belakang.

 

4 dari 4 halaman

Penyebab dan Gejala Kanker

Kanker disebabkan oleh mutasi dalam DNA sel yang menyebabkan sel tumbuh dan berkembang biak secara tidak terkendali. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko kanker meliputi:

- Faktor Genetik: Riwayat keluarga kanker dapat meningkatkan risiko seseorang terkena kanker.

- Paparan Zat Kimia dan Radiasi: Zat kimia seperti asap rokok dan paparan radiasi dapat menyebabkan mutasi DNA.

- Gaya Hidup dan Kebiasaan: Kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, diet tidak sehat, dan kurangnya aktivitas fisik dapat meningkatkan risiko kanker.

- Infeksi: Beberapa infeksi, seperti Human Papillomavirus (HPV), dapat meningkatkan risiko kanker tertentu.

- Usia: Risiko kanker umumnya meningkat seiring dengan bertambahnya usia.

Gejala kanker sangat bergantung pada jenis dan lokasi kanker. Namun, ada beberapa gejala umum yang mungkin dialami oleh individu dengan berbagai jenis kanker:

- Kelelahan yang tidak dapat dijelaskan

- Penurunan berat badan yang tidak disengaja- Perubahan pada kulit, seperti kuning, kemerahan, atau penggelapan

- Nyeri yang persisten atau tidak hilang

- Perubahan pada kebiasaan buang air besar atau pola kencing

- Benjolan atau penebalan area tertentu pada tubuh- Kesulitan menelan atau indigestion yang berkelanjutan

- Perubahan pada tahi lalat, bintik, atau lesi kulit- Batuk atau suara serak yang berkelanjutan

Â