Sukses

Maria Husnun Mendobrak Tradisi: Perpustakaan Kampus Bukan Tempat Eksklusif

Perpustakaan kampus semestinya bukan tempat eksklusif orang-orang tertentu saja, tapi juga terbuka bagi masyarakat umum sehingga membawa dampak baik bagi perkembangan kehidupan literasi masyarakat.

Liputan6.com, Jakarta - Meski toko buku fisik bertumbang dalam beberapa tahun belakangan ini, Maria Husnun pustakawan Universitas Muhammadiyah Surakarta yakin minat baca Gen Z tidak berkurang. Menurut pandangannya, hanya medianya yang berubah, dari buku fisik ke bahan bacaan digital. Jika dilihat kecenderungannya, buku fisik pun saat ini masih digemari kalangan anak muda pada umumnya.

Perkembangan teknologi informasi dan merebaknya produk-produk AI, di satu sisi memang membuat anak-anak muda menjadi membaca, namun di sisi lain jika diarahkan dengan tepat, hal ini malah bisa menjadi potensi besar untuk menciptakan kemajuan anak-anak Indonesia. Di posisi inilah dibutuhkan peran sentral pustakawan, yang bukan hanya melayani peminjaman buku, tapi juga ikut turun ke lapangan mengarahkan masyarakat, khususnya para mahasiswa, agar tidak tersesat di jalan teknologi.

"Jadi kita sebagai pustakawan harus bisa mengarahkan mereka memakai gadget dan produk AI ini secara bijak sehingga bisa membantu mereka untuk penelitian penulisan karya ilmiah dan lainnya," kata Maria, yang juga lulusan S2 Ilmu Perpustakaan UGM itu.

Pustakawan kelahiran Bandung 1978 ini kemudian membuat inovasi knowledge sharing melalui program yang diberi nama IMAM, yaitu ilmu manfaat amal memberi, yang diwujudkan dalam aktivitas pengabdian ke masyarakat desa dari perpustakaan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).

"Intinya membentuk masyarakat yang humanis, yaitu memartabatkan manusia kemudian mendekatkan diri kepada Tuhan, kemudian literasi menghilangkan kebodohan," katanya.

Banyak kegiatan yang sudah dilakukan Husnun bersama inovasi yang dibesutnya sendiri. Mulai dari Pendidikan dan Latihan untuk para pustakawan sekolah, kemudian pendampingan akreditasi perpustakaan, hingga hibah buku. Dampaknya bisa dilihat, banyak perpustakaan dan taman bacaan yang dikelola mandiri kini telah terakreditasi. Artinya, perpustakaan-perpustakaan itu bukan hanya menjadi tempat gudang buku, tapi menjadi wadah masyarakat untuk berkembang dan berkarya.  

"Sekarang pustawakan-pustakawan itu sudah tersertifikasi. Masyarakat di Solo Raya kini juga aksesnya jadi lebih dekat ke buku. Mengingat banyak perpus sekolah atau taman bacaan masyarakat di Surakarta yang mendapat hibah buku," katanya.

Sebagai pustakawan dirinya menekankan bahwa perpustakaan bukan tempat eksklusif yang hanya bisa dikunjungi oleh orang-orang tertentu saja. Bahkan di Perpustakaan UMS, dirinya membebaskan masyarakat umum untuk berkunjung, bukan cuma mahasiswa.   

"Kami juga sering dikunjungi anak-anak, siswa-siswa sekolah, jadi outing class, kami suka dikunjungi program sekolah itu, salah satu kunjungannya itu adalah ke perpus kami," kata Husnun.

Husnun kemudian menceritakan bagaimana anak-anak seusia SD dan TK sangat senang saat diajak outing class ke perpustakaan. Menggunakan sepur kelinci mereka berkeliling dan diajak masuk ke perpustakaan UMS untuk dijelaskan apa itu perpustakaan, apa kegunaannya. Dari situ diharapkan muncul minat baca anak sejak dini. Mulai aktif sejak 2020, outing class ke perpustakaan ini mulai menjadi tren di kalangan anak-anak seusia SD. Dari mulut ke mulut inovasi ini kemudian menyebar dan menjadi salah satu pilihan wisata menarik saat musim liburan tiba.

 

2 dari 2 halaman

Perpustakaan Kampus Bukan Tempat Mahasiswa Saja

Atas inovasinya mendekatkan akses masyarakat kepada buku, Maria Husnun terdaftar masuk dalam 15 finalis Pustakawan Berprestasi Nasional 2024.

Husnun hanya berharap, ke depan inovasi yang telah dilakukannya bersama Perpustakaan UMS, dapat menjadi contoh baik bagi perpustakaan-perpustakaan lainnya. Dirinya berharap, perpustakaan kampus tidak lagi menjadi tempat eksklusif orang-orang tertentu saja, tapi juga terbuka bagi masyarakat umum sehingga membawa dampak baik bagi perkembangan kehidupan literasi masyarakat di sekitar kampus.

"Saya sangat bangga berprestasi sebagai pustakawan, karena menurut saya pustakawan itu profesi yang sangat menyenangkan, karena langsung berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan bertemu dengan orang-orang yang keren dan cerdas. Karena hanya orang-orang yang keren dan cerdas saja yang datang untuk memanfaatkan perpustakaan," katanya.  

Â