Sukses

Target Hattrick Juara Umum PON, 148 Atlet Jabar Berlatih di Korea Selatan

Atlet Jabar yang berlatih di Korea Selatan diharapkan dapat mengasah kapasitas dan kapabilitas. Dengan begitu, target Jabar Hattrick pada PON XXI Sumatera Utara-Aceh bisa terwujud

Liputan6.com, Bandung - Sebanyak 148 atlet Provinsi Jawa Barat (Jabar) diberangkatkan ke Korea Selatan guna berlatih agar Provinsi Jabar kembali meraih juara umum pekan olahraga nasional (PON).

Rincian atlet yang melakukan pemusatan latihan di 5 lokasi di Korea Selatan itu yakni cabang olahraga (cabor) panahan 11 orang, panjat tebing 22 orang, judo 18 orang, gulat 20 orang, tinju 18 orang, anggar 26 orang, taekwondo poomse 12 orang dan taekwondo kyurogi 18 orang.

Penjabat (Pj.) Gubernur Jabar Bey Machmudin berharap atlet Jabar yang berlatih di Korea Selatan dapat mengasah kapasitas dan kapabilitas. Dengan begitu, target Jabar Hattrick pada PON XXI Sumatera Utara-Aceh bisa terwujud.

"Hari ini melepas cabang olahraga Judo, Taekwondo, Gulat, Anggar, Panjat Tebing dan Panahan. (Sementara atlet) Tinju sudah ada yang berangkat duluan. Jadi ini upaya ikhtiar kita Pemdaprov Jabar agar kita bisa mengejar target Jabar hattrick menjadi juara PON," ujar Bey dalam siaran medianya ditulis Bandung, Minggu (7/7/2024).

Sebelumnya Provinsi Jabar telah menjuarai ajang PON dua kali berturut-turut pada 2016 dan 2021 sehingga untuk mencetak hattrick sebagai juara umum dalam kesempatan PON 2024 menjadi harapan warga Jabar.

Pemusatan latihan di Korea Selatan berlangsung selama 45 hari itu. Selain bertujuan untuk mencapai target Jabar Hattrick PON, Bey menilai pemusatan latihan di Korea Selatan dapat menjadi momentum untuk meraih prestasi yang lebih tinggi di tingkat Asia Tenggara bahkan Asia.

"Kami ingin PON. Tapi lebih dari itu, tingkatannya lebih tinggi lagi ke kejuaraan Asia Tenggara dan Asia. Jadi kita jangan hanya mengejar target nasional, tapi lebih ke atas lagi," kata Bey.

Kepada atlet yang berangkat ke Korea Selatan untuk melaksanakan pemusatan latihan, Bey berpesan agar mereka dapat bersungguh-sungguh ketika berlatih sehingga hasilnya dapat maksimal.

"Saya dengar di Korea Selatan itu berlatihnya keras karena mereka disiplin keras. Jangan jauh-jauh, ke pelatih Timnas bola aja pak Shin Tae-yong sangat disiplin, sangat keras mulai dari makanan juga diperhatikan betul kualitas makanan, jadi ya kita harus bisa meniru," ucap Bey.

Acara pelepasan pemusatan latihan di Korea Selatan untuk Jabar Hattrick di PON XXI Sumatera Utara-Aceh 2024 tersebut berlangsung di Gedung Sate, Kota Bandung, Jumat (5/7/2024).

Target medali yang direncanakan sebanyak 24 medali emas dari cabor panahan 2 medali emas, panjat tebing 2 medali emas, judo 5 medali emas, gulat 3 medali emas, tinju 2 medali emas, anggar 2 medali emas dan taekwondo 8 medali emas.

"Saya berharap para pelatih yang ikut juga membuat program yang sama. Walaupun saya yakin dari segi anggaran akan meningkat karena protein kalori dan juga dihitung betul, tapi kan masa depan atlet-atlet kita ini supaya bisa berbicara di level lebih tinggi," sebut Bey.

Sementara itu Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Jabar M Budiana melaporkan bahwa program pemusatan latihan yang dilaksanakan di Korea Selatan merupakan implementasi kerja sama Government to Government (G to G) yang sudah berjalan.

"Kalau dengan Korea Selatan kebetulan programnya kita sama-sama tahu ini adalah G to G antara Pemdaprov Jabar dan Gyeongsangbuk, dengan yang lain tidak ada G to G. Sehingga wajar ada atensi lebih dari Pak Gubernur," ucap Budiana.

 

2 dari 3 halaman

Sejarah Singkat PON

Dilansir Kanal Sport, Liputan6, Pekan Olahraga Nasional (PON) I pertama kali digelar di Surakarta, Jawa Tengah, pada 9–12 September 1948.

Pembukaan PON kala itu jatuh pada 9 September 1948, sehingga kemudian ditetapkan sebagai Hari Olahraga Nasional.

PON Surakarta sendiri merupakan kompetisi pengganti bagi atlet-atlet Merah Putih yang tidak bisa mengikuti ajang olahraga akbar Olimpiade XIV 1948 di London, Inggris.

Sekadar informasi, kemerdekaan dan kedaulatan Indonesia pada tahun tersebut belum mendapat pengakuan dari negara-negara lain dunia. Akibatnya, paspor milik warga Tanah Air pun tak diterima oleh Pemerintah Inggris.

Atlet-atlet Indonesia sebenarnya bisa saja berpartisipasi dalam Olimpiade London 1948, asalkan mereka mau menggunakan paspor Belanda. Kendati demikian, hal itu ditolak oleh wakil Tanah Air. Mereka hanya mau hadir sebagai perwakilan Indonesia.

Peristiwa tersebut lantas membuat Persatuan Olahraga Republik Indonesia (PORI) tergerak menyelenggarakan ajang dalam negeri. Pekan Olahraga Nasional (PON) pun diadakan sebagai bukti Indonesia sanggup menggelar kompetisi olahraga berskala nasional.

PON I 1948 mendapat sambutan antusias dari atlet-atlet Indonesia. Sebanyak 600 peserta turun berlaga dalam sembilan cabang olahraga untuk memperebutkan total 108 medali.

Tak hanya menjadi wadah bagi atlet Tanah Air unjuk kebolehan, PON perdana akhirnya juga menginisiasi peringatan Hari Olahraga Nasional di Indonesia yang rutin dirayakan saat ini.

 

3 dari 3 halaman

Sejarah Haornas

Tanggal 9 September diperingati sebagai Hari Olahraga Nasional atau Haornas. Haornas pada 9 September menjadi salah satu hari nasional yang selalu diperingati berdasarkan dari Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 67 Tahun 1985.

Diberitakan Kanal Regional, Liputan6 melansir situs resmi Dispora Sumatera Utara awal mula dari dibuatnya Hari Olahraga Nasional di Indonesia ini karena diselenggarakannya Pekan Olahraga Nasional (PON) di Kota Surakarta, Jawa Tengah pada 9 sampai 12 September 1948.

Pada 9 September 1948 tersebut lah hari pertama dari pembukaan acara PON kini ditetapkan sebagai Hari Olahraga Nasional yang diperingati setiap tahunnya.

PON sendiri dibuat karena pada saat itu para atlet-atlet Indonesia tidak dapat mengikuti kompetisi olahraga dunia Olimpiade XIV/1948 di London, Inggris karena pada saat itu Kemerdekaan serta Kedaulatan dari Indonesia belum memperoleh pengakuan dari dunia dan paspor Indonesia masih belum diakui oleh Pemerintahan Inggris.

Meskipun jika ingin tetap mengikuti olimpiade pada saat itu jika menggunakan paspor Belanda. Namun, putra dan putri Indonesia hanya ingin berpartisipasi sebagai perwakilan dari negara Indonesia.

Maka dari itu akhirnya PORI atau Persatuan Olahraga Republik Indonesia membuat kompetisi dalam negeri yang diberi nama Pekan Olahraga Nasional. Kegiatan PON menjadi bentuk nyata bahwa pemerintah pada saat itu sangat peduli dan menjadi bukti pada dunia bahwa Indonesia sanggup mengadakan acara olahraga dalam skala nasional.

Acara PON tersebut tentunya disambut oleh masyarakat Indonesia terutama oleh para atlet Indonesia yang turut mengikuti kompetisi dan bertanding dalam sembilan cabang olahraga dalam memperebutkan 108 medali. (Arie Nugraha)