Â
Liputan6.com, Jakarta - Perubahan warna danau kawah Gunung Kelimutu di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT), dikarenakan adanya aktivitas vulkanik. Hal itu diutarakan Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
"Perubahan warna jelas faktor utamanya karena aktivitas vulkanik," kata Ketua Pos Pengamatan Gunung Api Kelimutu Irwan Ka Uman, Senin (8/7/2024).
Advertisement
Gunung Kelimutu merupakan gunung api tipe strato yang memiliki tiga danau kawah yakni Kawah I, Kawah II, dan Kawah III.
Ia menjelaskan air Danau Kelimutu Kawah II telah mengalami perubahan warna dari biru muda menjadi hijau tosca.
Dari data pemantauan visual, kenampakan dan sebaran dari belerang di permukaan air danau Kawah II terutama terkonsentrasi pada bagian tengah kawah.
Selain itu, kata dia, ada indikasi naiknya fluida magmatik ke permukaan yang ditunjukkan dari sebaran belerang di permukaan danau kawah tersebut.
"Sebaran endapan belerang di permukaan air danau Kawah II juga menunjukkan aktivitas sistem magmatik-hidrotermal yang ada di bawahnya," kata dia.
Irwan mengatakan suplai magma masih terjadi ke permukaan, sehingga gunung api itu masih dipertahankan pada tingkat aktivitas Level II atau Waspada.
Selanjutnya potensi ancaman bahaya saat ini yakni erupsi freatik dan magmatik yang menghasilkan lontaran material dalam radius 250 meter.
"Sehingga kami rekomendasikan agar masyarakat atau pengunjung tidak berada di area kawah dalam radius 250 meter dari tepi kawah," katanya.
Â
Pembatasan Kunjungan
Berkaitan dengan adanya aktivitas pada gunung api itu, Balai Taman Nasional Kelimutu masih menerapkan kebijakan pembatasan sebagai salah satu aspek keselamatan saat berkunjung ke danau tiga warna itu.
Balai Taman Nasional Kelimutu meminta pengunjung wajib menggunakan masker, membawa air minum sendiri, serta membatasi jam kunjungan hanya dari pukul 06.00 Wita sampai 12.00 Wita saja.
Kepala Balai Taman Nasional Kelimutu Budi Mulyanto mengatakan pengelolaan wisata Danau Kelimutu lebih mengutamakan keselamatan pengunjung, sehingga aktivitas kunjungan harus disesuaikan dengan aktivitas terkini gunung tersebut.
"Faktor terpenting dalam pengelolaan wisata alam tidak lepas dari keselamatan dan kenyamanan pengunjung," kata Budi.
Advertisement