Liputan6.com, Sukabumi - Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2024 telah ditutup dalam satu bulan terakhir. Sekolah swasta di Sukabumi, Jawa Barat dihantui sepi peminat hingga terancam gulung tikar.
Kondisi itu berbanding terbalik dengan salah satu Sekolah Menengah Kejuruan berlokasi di Jalan Perana, Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi. SMK Pasim Plus ini menerima ratusan siswa dalam tahun ajaran baru 2024.
Baca Juga
Ketua Yayasan Pasim, Wati Purnaningrum mengatakan, penurunan minat siswa baru juga pernah dialaminya saat pandemi Covid-19. Namun, tahun ini jumlah penerimaan siswa baru itu meningkat pesat.
Advertisement
"Kalau tahun kemarin terakhir siswa Covid, kalau dari sekarang kurang lebih meningkat berkali lipat karena kalau kemarin kurang lebih 150 (siswa), sekarang 400 lah ya," kata Wati, saat ditemui Jumat (12/7/2024).
Dari total 400 siswa baru untuk tahun ajaran 2024/2025, sebanyak 1 80 diantaranya merupakan siswa yang mendapat beasiswa oleh yayasan. Pihaknya saat ini juga telah menutup pendaftaran untuk siswa baru.
"Akhirnya sampai 180 yang saya pribadi yayasan biayai sekolah di Pasim dari total kurang lebih 400 itu 180 sekolahnya itu kita biayai," jelasnya.
"Beasiswa itu sebenarnya bukan digratiskan di Pasim tapi mereka itu disubsidi oleh yayasan dibayarkan sekolahnya ke SMK Pasim. Jadi yayasan mengeluarkan dana untuk membiayai mereka sekolah di Pasim," sambung dia.
Menurutnya, ratusan siswa itu tak hanya berasal dari Kota Sukabumi, tetapi juga dari Kabupaten Sukabumi. Bahkan, beberapa di antaranya berasal dari luar daerah.
"Kabupaten (Sukabumi) ada, kita banyak dari kota madya mayoritasnya tapi dari kabupaten juga ada," jelasnya.
Ditanya soal faktor yang memengaruhi jumlah kenaikan siswa baru, kata dia, selain meningkatkan fasilitas bangunan, faktor itu juga dipengaruhi dari kesan yang didapat dari para lulusan SMK Pasim.
"SMK Pasim kan sudah kurang lebih 14 tahun. Mereka pun istilahnya melihat kakak kelasnya yang alumni segala macam testimoni dari mereka bagus juga," ungkapnya.
Kata BMPS Kota Sukabumi, 15 Sekolah Swasta Terancam Gulung Tikar
Sebelumnya, Ketua Badan Musyawarah Perguruan (sekolah) Swasta (BMPS) Kota Sukabumi Asep Deni menyampaikan, kondisi sekolah swasta baik tingkat SMP, SMA maupun SMK saat ini memprihatinkan.
Pihaknya menduga ada beberapa aturan dilanggar, khususnya mengenai jumlah siswa yang diterima di sekolah negeri.
"Masalahnya akan menghadapi PPDB dan prinsip PPDB ini harus objektif, transparan dan akuntabel. Disinyalir pada tahun-tahun sebelumnya untuk sekolah-sekolah tertentu itu terjadi pelanggaran," kata Asep beberapa waktu lalu, Kamis (30/5/2024).
Dia mencontohkan, jika jumlah rombongan belajar (rombel) ada 36 siswa untuk satu kelas dan ada 10 kelas untuk 1 sekolah jadi siswa yang tertampung ada 360 siswa. Sedangkan siswa yang diterima dapat melebihi jumlah tersebut.
“Tapi kenyataannya lebih, akibatnya sekolah swasta itu menjadi sedikit siswanya, bahkan di tahun-tahun sebelumnya ada yang sudah masuk sekolah swasta di perjalanan pindah ke sekolah negeri," ungkapnya.
Sebab itu, lanjut dia, efek dari kurangnya siswa di sekolah swasta berakibat pada kesejahteraan guru-guru dan sekolah. Hal itu berdampak pada kekurangan jam mengajar dan tidak mendapatkan tunjangan sertifikasi guru.
"Artinya guru tidak memperoleh pendapatan dari sisi itu, guru juga tidak mempunyai kesempatan untuk mengabdi, padahal guru di swasta pengabdiannya besar," jelasnya.
Pihaknya juga meminta pemerintah untuk memberikan afirmasi. Dia menjelaskan, dalam PPDB tingkat SMA sederajat, sekolah swasta masuk dalam pilihan ketiga. Hal itu dianggapnya tidak adil.
"Dalam PPDB harus menjaga bentuk keadilan, di PPDB SMA itu pilihannya 2 sekolah negeri dan 1 swasta. Kalau mau adil itu pilih dibebaskan, atau pilihan 1 sekolah negeri dan pilihan kedua swasta," ucapnya.
Jumlah siswa yang diterima di sekolah negeri melebihi kuota juga disinyalir karena adanya fenomena 'siswa titipan.' Pihaknya mendorong agar DPRD Kota Sukabumi melakukan tindakan tegas akan hal itu.
"Kita senang Pak Gubernur bilang tidak boleh lagi ada titip menitip pejabat atau apa karena kalau ada itu diberhentikan dari jabatannya,tinggal pemerintah Kota Sukabumi berani nggak," ujarnya.
Lebih lanjut, Asep juga menyebutkan ada 15 sekolah swasta yang terancam. Fenomena sekolah swasta yang gulung tikar sudah terjadi sejak 10 tahun ke belakang.
"10 tahun terakhir ini terjadi (sekolah swasta gulung tikar), bukan lagi fenomena, tapi harus dipetakan. Iya ada, itu yang satu digit. Yang satu atau dua digit juga di bawah 50 ada. Yang 8 orang (siswa baru) paling sedikit. Kurang lebih ada 15 sekolah yang perlu ditolong," tuturnya.
Advertisement
Tanggapan DPRD Kota Sukabumi
Wakil Ketua Komisi 3 DPRD Kota Sukabumi Bambang Herawanto menuturkan, pihaknya sudah melakukan pertemuan dengan BMPS. Selanjutnya, dia akan melakukan pembahasan lanjutan terkait keberlangsungan sekolah swasta di Kota Sukabumi.
"Kami komisi 3 yang mana tujuannya adalah proses PPDB ke depannya itu bisa dilaksanakan secara transparan, bahasanya tidak ada titip-titipan lah. Berharap supaya ruang-ruang yang ada di sekolah swasta tidak terlalu tertinggal, tidak kosong karena banyak masyarakat yang ingin masuk ke sekolah negeri dan masuknya pun tidak tepat, tidak benar," kata Bambang.
Menurutnya, persoalan sekolah swasta yang sepi peminat disebabkan oleh berbagai faktor. Sebab itu, sekolah swasta diminta memiliki kemampuan yang setara dengan sekolah negeri.
"Paling simpel, paling mudah bagi kami adalah kami akan memerankan diri kami sebagai bagian dari pemerintah daerah untuk intervensi bagaimana anggaran pemerintah kota ini juga tidak semua masuk ke sekolah-sekolah negeri tapi juga bisa tersalurkan sekolah swasta,” jelasnya.
“Kemudian ini banyak kebijakan menggantung di pusat cantolannya, maka kita tidak bisa putuskan apapun, insyaallah kami akan melakukan kunjungan kerja ke Kemendikbud dengan mengajak bapak-bapak dari BMPS," sambung dia.