Liputan6.com, Bandung - Sumber air baku masyarakat yang terletak wilayah hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum masih alamiah oleh Pusat Riset Sumber Daya Geologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (PRSDG BRIN).
Menurut Peneliti Ahli Madya PRSDG BRIN, Rizka Maria, hasil data ilmiah berupa konsentrasi bromide alami pada sumber air baku di wilayah DAS Citarum yakni nilai ambang batas adalah 0.5 mg/L sesuai dengan batas yang diterbitkan Permenkes RI No 2 Tahun 2023 dan WHO tahun 2009.
"Secara garis besar, sumber air baku masyarakat yang terletak pada wilayah hulu DAS Citarum yang masih alamiah, di daerah hulu masih relatif aman, jauh dari pengaruh antropogenik dan tidak terdeteksi dari pencemaran bromida," ujar Rizka ditulis, Rabu (17/7/2024).
Advertisement
Rizka menuturkan, tetapi di beberapa titik sumber air di wilayah yang dekat dengan wilayah pertanian dan industri aktif memiliki nilai di atas ambang batas dan perlu penelitian lebih lanjut.
Rizka menjelaskan bahwa PRSDG BRIN melakukan penelitian terhadap kumpulan sampel air tanah untuk memahami konsentrasi bromida dalam air tanah dan untuk mengidentifikasi sumbernya. Penelitian ini merupakan penelitian pendahuluan untuk mengetahui distribusi bromida alami pada air tanah.
"Hasil penelitian ini berfungsi sebagai informasi data dasar untuk mengetahui jejak perunutan bromida pada air tanah dan sebagai pelacak jika ditemukan nilai bromat yang melebihi ambang batas pada air minum dalam kemasan. Oleh karena itu, penelitian mengenai sebaran senyawa bromida pada air tanah sangat penting dilakukan," terang Rizka.
Rizka menerangkan penggunaan air minum dalam kemasan menjadi salah satu hal yang sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan air minum pada masyarakat.
Kualitas air minum dalam kemasan menjadi salah satu hal utama yang harus diperhatikan. Akhir-akhir ini isu pencemaran bromat pada air minum dalam kemasan sangat meresahkan masyarakat.
"Senyawa bromat (BrO3–) bukan senyawa almiah yang normal berada di air. Bromat memiliki ciri khas tidak berasa, tidak berwarna dan terbentuk pada saat air minum di sterilkan/disinfeksi dengan proses ozonasi. Bromida alami yang terdapat dalam sumber air minum bereaksi dengan ozon pada saat proses disinfeksi akan menghasilkan senyawa bromat,” sebut Rizka.
Rizka menjelaskan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan bromate pada air minum. Dikatakannya, faktor-faktor tersebut antara lain; kandungan pH sumber air, pada air dengan pH tinggi maka reaksi pembentukan bromate akan lebih cepat dibandingkan pada air dengan suhu rendah, konsentrasi ion bromida.
Semakin tinggi ion bromide dalam airmaka sekin besar kemungkinan terbantuknya bromate pada saat proses ozonasi, jumlah ozon yang digunakan saat proses disinfeksi, serta waktu reaksi dan durasi kontak antara ozon dan ion bromida.
"Semakin lama waktu reaksi maka semain banyak bromate yang terbentuk," ucap Rizka.
Rizka menambahkan pengelolaan faktor-faktor tersebut diatas sangat penting untuk meminimalkan pembentukan bromat dalam air minum, sehingga mengurangi potensi risiko kesehatan bagi konsumen.
"Berbagai upaya seperti identifikasi pH dan ion bromide pada sumber air, kontrol konsentrasi ozon, penyesuaian pH, dan pengaturan waktu kontak dapat membantu dalam mengurangi pembentukan bromat selama proses ozonasi," ucap Rizka.
Rizka menerangkan penggunaan air minum dalam kemasan menjadi salah satu kebutuhan vital dalam memenuhi kebutuhan air minum pada masyarakat.
Sumber air baku untuk air minum kemasan rentan terhadap pencemaran baik secara alami maupun akibat aktivitas antropogenik. Salah satu sumber pencemar adalah ion bromide.
"Variasi konsentrasi bromida di berbagai sumber air mendorong perlunya penelitian untuk mengidentifikasi sumber-sumber air dengan risiko tinggi, pembentukan bromat dan mengembangkan strategi untuk mengelola risiko tersebut," sebut Rizka.
Selain kesehatan manusia, potensi dampak lingkungan dari pembentukan bromat dalam sistem perairan juga mendorong penelitian.
"Ini termasuk studi tentang bagaimana bromat dapat mempengaruhi ekosistem air jika dilepaskan ke lingkungan," ungkap Rizka.
Dirinya menerangkan bahwa beberapa penelitian telah dilakukan untuk menganalisis pengaruh parameter kualitas air terhadap pembentukan bromat.
Salah satu hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa pembentukan bromat dapat disebabkan oleh peningkatan konsentrasi bromida. Keberadaan bromida dalam air tanah telah dipelajari dan belum banyak dilakukan penelusuran tentang jejak sumber asalnya.
"Bromida secara alami terdapat di kerak bumi, air laut, danau garam, dan air asin bawah air (VanBriesen 2014). Konsentrasi bromida alami tertinggi ditemukan di air laut (66-68 mg/L), formasi geologi serpih (24 mg/kg), dan air tanah pesisir (2,3 mg/L) dan tanah (850 mg/kg) (Bowen 1966)," jelas Rizka.
Pengertian Bromat
Dilansir Liputan6, senyawa bromat adalah senyawa kimia yang terbentuk dari bromin dan oksigen. Senyawa ini sering ditemukan dalam lingkungan air dan dapat dihasilkan melalui berbagai proses kimia. Sumber-sumber utama pembentukan senyawa bromat berasal dari proses oksidasi bromida yang terdapat dalam air minum yang terpapar sinar matahari atau melalui proses kimia di industri atau lingkungan.
Proses pembentukan senyawa bromat dapat terjadi secara alami maupun buatan. Secara alami, senyawa bromat terbentuk melalui paparan sinar matahari pada air yang mengandung bromida, seperti sumber air tanah yang mengandung bromida alami. Paparan sinar matahari merangsang reaksi antara bromida dan oksigen, yang menghasilkan pembentukan senyawa bromat.
Di sisi lain, senyawa bromat dapat terbentuk secara buatan melalui proses kimia di industri atau lingkungan. Ini bisa terjadi saat zat-zat kimia yang mengandung bromin dan oksigen bereaksi dengan air atau zat-zat kimia lainnya. Contoh penggunaan senyawa bromat secara buatan adalah dalam industri tekstil, pembuatan kertas, atau pemutihan tepung.
Meskipun senyawa bromat dapat terbentuk secara alami maupun buatan, penting untuk mengontrol dan memantau kadar senyawa ini dalam air minum dan lingkungan, karena senyawa bromat diketahui dapat memiliki efek samping yang merugikan bagi kesehatan manusia. Oleh karena itu, penting untuk melakukan pengolahan dan pemrosesan air serta mengatur penggunaan zat-zat kimia yang mengandung bromin dengan baik untuk mencegah pembentukan senyawa bromat yang berlebihan.
Advertisement
Dampak Senyawa Bromat bagi Kesehatan
Senyawa bromat adalah senyawa kimia yang dapat memberikan dampak negatif bagi kesehatan manusia. Paparan terhadap senyawa ini telah dikaitkan dengan risiko kesehatan serius, termasuk karsinogenitas yang terkait dengan kanker, kerusakan ginjal, dan efek negatif pada sistem saraf.
Salah satu dampak kesehatan yang paling serius adalah karsinogenitas yang terkait dengan senyawa bromat. Studi telah menunjukkan bahwa senyawa ini dapat menyebabkan mutasi pada DNA dan memicu perkembangan kanker tertentu, seperti kanker ginjal dan kanker tiroid.
Selain itu, dampak kesehatan lainnya dari paparan bromat adalah kerusakan ginjal. Senyawa ini dapat mempengaruhi fungsi ginjal dan menyebabkan kerusakan pada organ ini. Hal ini dapat menyebabkan gangguan pada proses pengeluaran limbah dari tubuh dan mengganggu keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh.
Dampak negatif lainnya adalah efek pada sistem saraf. Senyawa bromat dapat mempengaruhi fungsi sistem saraf, yang dapat mengakibatkan gangguan pada koordinasi gerakan, gangguan bicara, dan masalah keseimbangan.
Untuk melindungi kesehatan kita, penting untuk menghindari paparan terhadap senyawa bromat. Hal ini dapat dilakukan dengan menghindari makanan dan minuman yang mengandung bahan tambahan makanan yang mengandung bromat. Selain itu, regulasi yang ketat juga perlu diterapkan dalam penggunaan senyawa bromat dalam industri makanan dan minuman.