Liputan6.com, Blora - Menjelang tengah malam, kawasan Waduk Desa Tempuran, Kecamatan Blora, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, masih tampak ramai. Masyarakat berkumpul di warung kopi sambil membicarakan tentang kekhawatiran mereka terkait limbah di Waduk Tempuran. Desa mereka terancam limbah yang sewaktu-waktu bisa saja datang.
"Waduk Tempuran ini dibuat tahun 1916 peninggalan Belanda yang dulu memang untuk pertanian karena ada pintu airnya," kata Kepala Desa Tempuran, Keman, saat mengawali ceritanya pada Liputan6.com, Minggu malam (21/7/2024).
Dengan perkembangan zaman, lanjut Keman memaparkan, desa yang dipimpinnya tersebut sekarang sudah menjadi daerah wisata yang sudah terkenal.
Advertisement
Masyarakat Blora dan sekitarnya kerap sengaja berkunjung untuk menikmati kuliner ikan bakar di kafe-kafe sekitar Waduk Tempuran. Ini tentunya dampak baik
"Kebetulan ada dampak dan mungkin aksesnya yang luar biasa," ujarnya.
Banyak lapangan pekerjaan yang tercipta di kawasan Waduk Tempuran. Bahkan warga daerah penyangga juga merasakan berkahnya.
Kondisi geografis Desa Tempuran sendiri juga berada di kaki Gunung Kendeng, yang mana dulu juga pernah ada aktivitas penambangan batu sehingga kondisinya menjadi gundul.
"Di antara dari kami itu dulunya pemerintahan desa ada giat melestarikan waduk biar sedimen tidak banyak yang masuk. Yaitu dengan gerakan rehabilitasi lahan menghutankan rakyat," kata Keman.
"Alhamdulillah kan utara waduk sekarang sudah jadi hutan rakyat dan dengan perkembangan zaman, mungkin timbul aktivitas-aktivitas baru yang ada di sekitaran sini," imbuhnya.
Aktivitas yang dimaksud terkait keberadaan dua desa atau kampung penghasil minyak di Kabupaten Blora yang mengapit keberadaan Desa Tempuran. Yaitu, Desa Plantungan, Kecamatan Blora dan Desa Soko, Kecamatan Jepon.
Khawatir Limbah
Kades Tempuran menghawatirkan terkait adanya dampak limbah yang lambat laun akan muncul dari geliat aktivitas tersebut.
"Kami khawatir mungkin jangka ke depan kan akan berdampak juga kalau pengelolaannya kurang maksimal limbahnya. Itu kan di sana ada penambangan minyak ya, yang mana itu merupakan DAS (Daerah Aliran Sungai)," ucap Keman.
Waduk Tempuran diketahui adalah waduk tadah hujan. Keman menyebut, tidak ada mata air besar yang jadi sumber penyangga, sehingga menjadi tampungan air hujan.
Menurut Keman, bahwa DAS yang menuju ke Waduk Tempuran mulai dari lereng kendeng utara. Yaitu, dari Desa Plantungan dan Desa Soko yang di sana kalau aktivitas penambangan minyak bumi.
"Saya harapkan pengelolaan limbahnya maksimal, sehingga nanti tidak akan berdampak di Waduk Tempuran ke depannya, karena sini menjadi satu-satunya sumber mata pencaharian," katanya.
Lebih lanjut, Keman menyampaikan, bahwa manfaat adanya Waduk Tempuran sangatlah banyak. Mulai dari nelayannya, wisatanya, pertaniannya, dan PDAM yang mana itu untuk memberi suplai air bersih untuk Blora kota juga.
"Sehingga kami sangat khawatir kalau pengelolaan limbah kurang maksimal. Harapannya ketika masuk Waduk, sudah berupa air bersih dan kebetulan sepemahaman kami, kalau ada limbah masuk itu kan harus dikeringkan dan nunggu pengerukan dulu baru bisa. Ketika itu terjadi, nasib petani, nasib nelayan, nasib wisata sendiri kan suram," tandasnya.
Advertisement