Sukses

Suroan Atau Bersih Desa, Tradisi Budaya Leluhur Saat Muharam yang Terus Lestari

Suroan atau Bersih Desa pada Muharram merupakan tradisi dan budaya leluhur masyarakat etnis Jawa. Tradisi dan budaya ini masih dipegang teguh, dan terus dilestarikan warga Desa Sambirejo Timur, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.

Liputan6.com, Deli Serdang Suroan atau Bersih Desa pada Muharam merupakan tradisi dan budaya leluhur masyarakat etnis Jawa. Tradisi dan budaya ini masih dipegang teguh, dan terus dilestarikan warga Desa Sambirejo Timur, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.

Diketahui, Suroan merupakan ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan banyak kenikmatan dan keberkahan. Suroan juga sebagai upaya untuk meningkatkan tali silaturahmi antarumat.

"Sudah sepantasnya kita bersyukur dan menjadikan momentum peringatan 1 Muharram 1446 Hijriah dimaknai dengan introspeksi diri, sejauh mana amalan pada tahun sebelumnya," ucap Penjabat (Pj) Bupati Deli Serdang, Wiriya Alrahman, pada Zikir Akbar dan Suroan Peringatan Tahun Baru Islam, 1 Muharam 1446 Hijriah, di Dusun XI Bakung, Desa Sambirejo Timur, Kecamatan Percut Sei Tuan, Minggu, 21 Juli, 2024, malam.

"Lalu, implementasinya terhadap kehidupan dan membulatkan tekad untuk memperbaiki diri pada momentum Tahun Baru Islam ini. Inilah makna dan pesan-pesan yang dapat diambil dari pelaksanaan kegiatan Suroan dalam peringatan Tahun Baru Islam," sambungnya.

Diharapkan Wiriya, bersih desa atau Suroan bisa terus dipertahankan sebagai sarana mempertebal keimanan dan ketakwaan, serta ungkapan terima kasih kepada Allah SWT yang telah menganugerahkan berbagai nikmat.

"Baik nikmat iman maupun Islam, serta nikmat silaturahmi sebagai wujud ketaatan untuk lebih meningkatkan kualitas hubungan antarsesama," ujarnya.

"Adanya Suroan ini, menandakan kerukunan sesama umat di Desa Sambirejo Timur sudah terjalin dengan baik," lanjutnya.

 

2 dari 3 halaman

Pertahankan Kerukunan

Wiriya turut berpesan, kerukunan yang telah terjalin bisa tetap dipertahankan, terutama saat menghadapi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak tahun ini.

Ditegaskannya, kerukunan yang terjalin selama ini lebih penting dari segalanya, tidak boleh perbedaan-perbedaan pilihan membuat kita menjadi berkelompok.

"Biarlah perbedaan-perbedaan tersebut menjadi keragaman kita untuk membangun desa ini ke arah lebih baik," Wiriya menegaskan.

"Seperti negara kita yang beragam suku, agama dan budaya namun tetap satu," tandasnya.

3 dari 3 halaman

Gotong Royong Masyarakat

Kepala Desa (Kades) Sambirejo Timur, Muhammad Arifin menjelaskan, Zikir Akbar dan Suroan yang rutin diadakan merupakan hasil gotong royong masyarakat, tanpa menggunakan Dana Desa (DD).

Sebab, ungkapnya, iuran masyarakat tidak ditentukan (dipatok), melainkan sesuai keikhlasan masing-masing warga.

"Acara ini sudah ke-45 kalinya, sudah berlangsung selama 45 tahun. Sebenarnya, sudah berlangsung 48 tahun, tapi karena pandemi Covid-19, selama tiga tahun kami adakan di kantor desa secara sederhana," Arifin menejlaskan.

Turut hadir, Staf Ahli bidang Pemerintahan, Hukum dan Politik, M Ari Mulyawan Simatupang, bersama pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait.

Juga hadir Camat Percut Sei Tuan, A Fitriyan Syukri, bersama para kepala desa dan lurah, tokoh masyarakat, tokoh agama dan lainnya.