Sukses

Kembalikan Nama Kopi Lahat, Pemkab Gandeng Ribuan Petani dan e-Commerce

Pemkab Lahat melalui Dinas Perkebunan Lahat bergerak untuk mengembalikan nama kopi Lahat yang banyak diklaim dari daerah lain.

Liputan6.com, Palembang - Kabupaten Lahat Sumatera Selatan (Sumsel) menjadi salah satu kawasan dengan lahan pertanian kopi cukup menjanjikan. Sayangnya, pasar kopi Lahat banyak diklaim oleh daerah lain.

Salah satu faktor yang membuat nama kopi Lahat tenggelam dan lebih dikenal sebagai kopi dari provinsi lain, karena potensi pangsa pasarnya besar namun promosi daerahnya yang tenggelam.

Vivi Anggraini, Kepala Dinas Perkebunan Lahat Sumsel berkata, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lahat terus menerus memperjuangkan hilirisasi produk unggulan kopi di Lahat. Apalagi kopi Lahat sudah di-branding sebagai kopi daerah lain, menjadikan sebuah tantangan besar bagi Dinas Perkebunan Lahat untuk mengembalikan branding nama daerah asli kopi Lahat.

Berbagai inovasi sudah digalakkan Dinas Perkebunan Lahat, seperti mengedukasi ratusan petani kopi untuk cara pengolahan dan promosinya, menggandeng e-commerce dalam pemasaran di internet, serta mengurus hak perlindungan kopi lahat ke Kementerian Hukum dan HAM (Kemhumham).

“Sudah ada Indikasi Geografis (IG) untuk kopi Lahat, yang membawahi pelaku UMKM di Lahat. Jika IG kopi Lahat terwujud, ada perlindungan terhadap kopi Lahat, ada nilai jual dan nilai tambahnya. Jadi tidak akan ada pagi pembeli dari luar daerah yang bisa mengklaim kopi Lahat,” ujarnya, Selasa (30/7/2024).

Dalam waktu dekat, Pemkab Lahat akan mewajibkan seluruh perusahaan, baik di sektor perkebunan, pertambangan, swasta dan sekolah untuk menggunakan kopi bubuk khas Lahat. Langkah ini untuk agar masyarakat Lahat bisa mencintai produk dalam daerahnya.

Lalu, akan dibangun Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) di sektor perkebunan, yang akan menampung seluruh komoditi perkebunan di Lahat, termasuk kopi, sehingga akan satu pintu.

Dari penelitian di Jember, kopi Lahat mempunyai ciri khas unik dibandingkan kopi dari daerah lain, yakni rasa buah. Bahkan kopi rasa buah tersebut, diklaim Pemkab Lahat tidak dimiliki oleh kopi dari daerah lain di Indonesia.

“Di tahun 2023 lalu, kami mengajak 34 orang petani kopi Lahat mengikuti pelatihan sambung pucuk kopi di Jember. Sekaligus untuk meneliti kualitas kopi Lahat,” ungkapnya.

Diakuinya, ada beberapa kendala saat meningkatkan kualitas mutu biji kopi di Lahat. Seperti, sulitnya mengubah mindset petani untuk menggunakan teknologi modern dan meninggalkan cara lama.

 

2 dari 3 halaman

Kolaborasi Bersama

Dinas Perkebunan Lahat secara bertahap melatih dan membina para petani kopi, agar bisa melek teknologi, terutama dalam pemasaran. Dia berharap kualitas biji kopi Lahat bisa bersaing dengan daerah lain. Terlebih, ada lebih dari ribuan petani kopi di Lahat, yang berpotensi sukses dalam pemasaran kopi daerahnya.

“Permodalan juga ada untuk petani di kelas menengah ke bawah. Peran pemerintah sangat penting. Pemkab Lahat melalui dinas perkebunan, membantu petani kopi dengan memberikan bantuan bibit, pupuk dan sarana lainnya,” katanya.

Pemkab Lahat juga menggandeng e-commerce Tokopedia dan Sustainable Coffee Platform of Indonesia (SCOPI), untuk melatih 1.000 orang petani dalam hal pemasaran menggunakan teknologi canggih.

Aditia Gracio Nelwan, Head of Communications Tokopedia dan ShopTokopedia berujar, dari data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia memproduksi sekitar 700.000 ton kopi, yang banyak tersebar di Provinsi Aceh, Sumatera Utara (Sumut), Sumatera Selatan (Sumsel) dan Jawa Timur (Jatim). Bahkan satu dari empat daerah penghasil kopi terluas ada di Sumsel, terutama di Kabupaten Lahat.

“Ada tantangannya, seperti iklim dan pemasaran. Kami bekerjasama dengan Pemkab Lahat dan SCOPI untuk melatih pasca-panen dan peningkatan mutu bagi 1.000 petani kopi di Lahat,” ujarnya.

3 dari 3 halaman

Petani Kopi

Ada juga berbagai program marketing dari Tokopedia, seperti campaign, Beli Lokal dan Kopi Fest untuk meningkatkan pemasaran kopi di Sumsel dan nasional. Hasilnya juga cukup berkontribusi positif bagi pemasaran kopi di Indonesia, terutama kopi dari Sumsel.

“Banyak macam inisiatif untuk perkembangan kopi, seperti pengelolaan pasca-panen dan peningkatan biji kopi sejak Juni 2024. Difasilitasi oleh master trainer yang bekerjasama dengan SCOPI. Kami membantu marketing bagi petani kopi, karena Tokopedia sudah menjangkau 99 persen kecamatan di Indonesia,” ungkapnya.

Di program Beli Lokal, ada kenaikan UMKM hanya dalam tiga bulan. Yang paling laris adalah jenis kopi robusta, arabika dan gayo. Di event Kopi Fest, ada peningkatan transaksi hingga 50 persen. Bahkan kopi dari Sumsel yang laris yakni robusta Pagaralam dan robusta Semendo Muara Enim.

Yogi Kurniawan, salah satu petani kopi berkata, pelatihan pasca-panen yang didapatkannya membuatnya melek dari banyak sektor, mulai dari permodalan, perbaikan kualitas hingga pemasaran di internet.

“Teknik pertanian sudah diterapkan. Saat ini kami juga mengedukasi teman teman yang kawula muda dulu, dengan membentuk kelompok tani Gen Z,” katanya.

 

Video Terkini