Sukses

Aplikasi 'Temu' Rilis di Thailand, Pengganti TikTok Shop yang Disebut Ancam UMKM

Aplikasi e-commerce Temu kembali jadi sorotan publik setelah baru-baru ini resmi rilis di Thailand. Lantas apa itu aplikasi temu yang disebut mengancam UMKM.

Liputan6.com, Bandung - Aplikasi asal China, Temu saat ini jadi sorotan publik terutama di beberapa negara di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Melansir dari The Lowdown Momentum Asia, aplikasi tersebut telah meluncur di Thailand setelah sebelumnya rilis di Malaysia dan Filipina.

Seperti peluncuran pasar sebelumnya situs Temu Thailand menawarkan diskon pembukaan besar-besaran hingga 90%. Meskipun aplikasi ini telah resmi rilis pengecer online di Thailand menilai kehadirannya sebagai ancaman dan mengganggu.

Berdasarkan pemberitaan dari Bangkok Post kehadiran aplikasi Temu dikhawatirkan mengganggu pengecer online Thailand. Pasalnya, banyaknya produk murah Tiongkok ke Thailand diperkirakan akan semakin besar menyusul masuknya Temu.

Kehadiran Temu juga diperkirakan akan memicu perang harga di pasar e-commerce lokal dan berdampak pada Lazada, Shopee, dan TikTok. Kemudian muncul kekhawatiran atas potensi penutupan lebih banyak pabrik lokal.

Selain menjadi kekhawatiran di antara pedagang di Thailand, belakangan ini di Indonesia aplikasi tersebut juga menjadi sorotan. Kementerian Koperasi dan UKM juga sempat menyampaikan keresahan terkait kehadiran aplikasi tersebut.

Pihaknya berharap Kementerian Perdagangan, Kementerian Komunikasi dan Informatika, dan pemangku kebijakan terkait bersinergi untuk mencegah lokapasar atau aplikasi Temu dari China masuk ke Indonesia.

Staf Khusus Menteri Bidang Pemberdayaan Ekonomi Kreatif Kemenkop UKM Fiki Satari menyatakan langkah tersebut perlu dilakukan untuk melindungi para pelaku usaha khususnya UMKM di dalam negeri.

“Ada satu platform MtoC (manufacture to customer) 80 ribu pabrik akan masuk (dalam platform ini). Di Amerika, Temu ini mengalahkan Amazon. Harusnya ini dilarang karena saat ini pukulan bagi UMKM itu sudah semakin habis-habisan,” ucapnya mengutip dari Antaranews.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Lantas Apa Itu Temu?

Melansir dari situs resminya, Temu merupakan aplikasi yang didukung dari perusahaan asal China, PDD Holdings. Aplikasi ini mempunyai kantor pusat yang berlokasi di Boston, Amerika Serikat (AS).

Temu adalah aplikasi e-commerce yang sama seperti platform lainnya yang memungkinkan pelanggan untuk mencari dan membeli produk dari berbagai kategori, mulai dari elektronik, pakaian, peralatan rumah tangga, hingga aksesori.

Namun yang membedakannya, aplikasi ini terhubung langsung pada 80 pabrik di China dan pertama kali diluncurkan pada tahun 2022. Aplikasinya juga dengan cepat berhasil menjadi salah satu aplikasi belanja paling populer di Amerika Serikat.

Menurut berbagai ulasan positif aplikasi tersebut dinilai memiliki layanan yang mudah digunakan dan ketersediaan berbagai macam produk dengan harga yang kompetitif. Kemudian memberikan opsi pembayaran mudah seperti kartu kredit dan dompet elektronik.

Berdasarkan informasi dari Forbes, model bisnis Temu mengambil keuntungan dari pertemuan antara produsen China yang mengalami kelebihan kapasitas dan konsumen Amerika yang mengalami guncangan harga pasca COVID-19.

3 dari 4 halaman

Mendominasi di Beberapa Negara

Meskipun aplikasi Temu resmi diluncurkan pada September 2022 lalu, aplikasi ini sudah berhasil mendominasi di beberapa negara. Berdasarkan laporan di beberapa media, aplikasinya bahkan menduduki puncak toko aplikasi.

Temu juga bisa dengan mudah di unduh di App Store atau Play Store dan berkembang dengan pesat di sejumlah negara. Mulai dari Australia, Jerman, Italia, Belanda, Inggris, Selandia Baru, hingga Prancis.

Sementara di negara Asia sendiri, Temu baru masuk pada Juli 2023 melalui Jepang dan Korea Selatan. Melalui waktu yang singkat, aplikasi ini menduduki peringkat 1 baik di Play Store atau App Store negara tersebut.

Kemudian untuk negara di Asia Tenggara, aplikasi ini sudah masuk ke negara Filipina pada 26 Agustus dan Malaysia pada 8 September 2023. Sementara pada tahun ini, aplikasi tersebut resmi memasuki pasar Thailand.

4 dari 4 halaman

Dinilai Sebagai Ancaman Untuk UMKM Indonesia

Di Indonesia sendiri aplikasi ini belum tersedia dan belakangan masih menjadi aplikasi yang mengkhawatirkan terutama untuk UMKM dalam negeri. Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki sempat mengungkapkan aplikasinya dianggap lebih berbahaya daripada TikTok Shop.

“Ini yang saya khawatir ada satu lagi satu aplikasi digital, cross border yang saya kira akan masuk ke kita dan ini lebih dahsyat dari TikTok (Shop),” kata Teten pada Senin (10/6/2024) lalu.

Pihaknya juga menjelaskan aplikasi tersebut berpotensi berbahaya karena terhubung langsung dengan 80 pabrik di China. Sehingga tidak ada reseller, affiliator, dan pihak ketiga dalam rantai pasok tersebut yang membuatnya menjadi berbahaya untuk UMKM.

“Nah kalau TikTok kan masih mending lah, masih ada reseller, ada afilliator, masih membuka lapangan kerja. Kalau ini kan akan memangkas langsung,” ucap Teten

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini