Liputan6.com, Medan Bisa kembangkan usaha dan semakin kreatif, kata kunci yang dirasakan Tesa Purnama usai jadi peserta di Program Yatim Excellent Entrepreneur School (YEES) bersama dengan JNE.
Pemilik usaha pisang coklat ini mengaku semakin bersemangat untuk membuat usahanya dikenal banyak orang. Tesa, sapaan akrabnya, mengatakan, setelah belajar selama setahun di YEES, mendapat banyak ilmu dan pengalaman.
"Beberapa diantaranya memberikan saya kemampuan untuk memahami bagaimana cara mengelola uang dan sumber daya dengan lebih baik, membangun hubungan yang baik dengan orang lain, dan menciptakan peluang untuk sukses dalam karier atau menjalankan usaha sendiri," ujarnya beberapa waktu lalu.
Advertisement
Baca Juga
Tesa memulai usaha pisang coklatnya pada Januari 2024, dan hingga kini terus berinovasi. "Saya merintis usaha di rumah, jualannya melalui online lewat WhatsApp dan Instagram. Insya Allah dalam waktu dekat berencana membuka outlet," ungkapnya.
Setelah belajar di YEES, Tesa mengaku penjualannya naik. "Alhamdulilah. Karena sejak belajar di sana, kami salah satunya belajar mengenai analisis SWOT, menjadi pemahaman yang baik bagi kami dalam menjalankan usaha," ungkapnya.
Analisis SWOT adalah metode evaluasi yang mengidentifikasi kekuatan (Strengths), kelemahan (Weaknesses), peluang (Opportunities), dan ancaman (Threats) dalam konteks bisnis.
"Karena saya kerja, kuliah, jadi merintis usaha yang mudah dijalankan walaupun dengan kegiatan lain. Saya pilih pisang coklat, pertama karena bahannya mudah didapatkan, mudah dipasarkan, harga terjangkau, mudah dibuat," Tesa mengungkapkan.
Kolaborasi AYI dan JNE
Ayah Yatim Indonesia (AYI) meluncurkan program Yatim Excellent Entrepreneur School (YEES) bersama dengan JNE.
Founder AYI, Rizkil Asri menerangkan, tujuan dari Program YEES adalah memberikan pendidikan gratis bagi anak yatim yang ingin menjadi pengusaha.
Setelah sukses menciptakan angkatan pertama dan menjadi momentum studi baik bagi para anak yatim yang memiliki keinginan berbisnis, menjadikan program ini sebagai ruang edukasi dan pembinaan yang sangat tepat.
Begitu juga penetapan kurikulum yang disusun sesuai kebutuhan peserta didik, yang mengarah kepada pembentukan karakter pengusaha.
"Kesuksesan peserta didik diukur dari bisnis yang dikelola saat ini, dan di-maintance dengan baik selama proses pendidikan, sehingga mereka juga mampu membuka lapangan pekerjaan baru yang dapat dimanfaat oleh rekan yang membutuhkan," Rizkil menuturkan.
Advertisement
Beranjak dari Kegelisahan
Peserta didik juga diedukasi untuk menjadi kategori pebisnis yang dapat menyalurkan ilmu yang mereka dapatkan selama masa pendidikan, dan dianggap positif bagi para calon peserta didik baru di gelombang selanjutnya.
Dikatakan Rizkil, Program YEES ini beranjak dari kegelisahan terhadap kondisi anak yatim yang selama ini mendapatkan bantuan yang sifatnya konsumtif, belum ada bantuan yang sifatnya membimbing dan memberikan bekal ilmu pengetahuan yang bermafaat untuk masa depan mereka.
"Kita ingin dan mempunyai harapan anak-anak yatim ini dapat mandiri di masa mendatang, sehingga mereka dapat menjadi pribadi yang tidak bergantung kepada orang lain," bebernya.
Lalu, AYI mengajak JNE untuk berkolaborasi. Diketahui bersama, JNE merupakan salah satu perusahaan swasta yang sangat peduli dengan anak yatim.
"Alhamdulillah, program ini telah diresmikan dan telah berjalan satu angkatan. Semoga menjadi berkah untuk semua pihak yang berkontribusi, terutama JNE," harap Rizkil.
Fokus Terhadap Pendidikan Anak Yatim
Kepala Cabang JNE Medan, Fikri Al Haq Fachryana mengungkapkan, pihaknya memiliki Program Corporate Social Responsibility (CSR) yang berfokus terhadap Pendidikan Yatim dan Ekonomi Kerakyatan.
Di antaranya adalah Sekolah Bisnis UMKM, Plaza Pesona Nusantara, Rumah Keterampilan Menjahit, Tahfidz Yatim, Sanggar Genius Yatim, dan saat ini bertambah 1, yaitu Yatim Excellent Entrepreneur School (YEES).
"Sesuai dengan nilai JNE berbagi, memberi, menyantuni, kita sangat fokus dan peduli terhadap anak yatim. Semoga JNE semakin banyak menebar manfaat dan menyambungkan kebahagiaan, sehingga berkah," Fikri menjelaskan.
Program YEES ini berlangsung di gedung salah satu kantor perwakilan JNE Medan, tepatnya di JNE Tomang Elok, Jalan Gatot Subroto, Komplek Tomang Elok, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan.
"Program ini sudah satu tahun berjalan, sudah satu angkatan yang telah mendapatkan ilmu dan pengetahuan yang cukup dari para trainer yang kompeten di bidangnya masing-masing, khususnya Manajemen Bisnis Entrepreneurship," Fikri mengungkapkan.
Pada angkatan pertama, terdapat kurang lebih 60 anak yatim yang mengikuti program ini. Kini memasuki angkatan baru dengan target sebanyak 2 kali lipat dari jumlah anak yatim angkatan pertama.
Pendaftaran dibuka dengan persyaratan yang paling utama adalah seorang anak yatim dari wilayah Sumatera Utara (Sumut) berusia 17-25 tahun, dan siap mengikuti segala proses pembelajaran untuk menjadi pengusaha muda yang unggul.
Advertisement