Sukses

Kopi Cethe Tulungagung, Seni Ngopi yang Berawal dari Kebiasaan Petani

Tak hanya dilakukan sendiri, beberapa warung kopi di Tulungagung juga banyak yang menyediakan menu kopi cethe.

Liputan6.com, Tulungagung - Masyarakat Tulungagung memiliki kebiasaan unik meminum kopi yang akhirnya berkembang menjadi ciri khas tersendiri. Adalah Kopi Cethe, Cethe, atau Nyethe, yakni kegiatan mengoleskan endapan kopi atau ampas kopi ke rokok.

Berkat keunikan tersebut, Tulungagung pun memiliki julukan sebagai Kota Cethe. Mengutip dari berbagai sumber, kata cethe merupakan serapan bahasa Jawa yang berarti ampas kopi.

Sesuai namanya, cethe atau nyethe merupakan kegiatan mengoleskan endapan kopi atau ampas kopi ke rokok. Tak hanya dilakukan sendiri, beberapa warung kopi di Tulungagung juga banyak yang menyediakan menu kopi cethe.

Konon, kebiasaan nyethe berawal dari aktivitas atau kebiasaan para petani. Saat selesai bekerja dari sawah, mereka akan mampir ke warung cethe atau warung kopi untuk bersantai sambil berbincang dengan petani lainnya.

Dari sanalah, mereka memiliki kebiasaan mengoleskan ampas kopi ke rokok. Hal ini konon dapat memberikan aroma khas pada rokok. Seperti kebiasaan ngopi pada umumnya, para petani juga menyantap segelas kopi hitam dengan aneka gorengan.

Seni nyethe hanya memerlukan ampas kopi biasa. Bubuk kopi yang halus tersebut direkatkan ke rokok batangan. Adapun seni mengoleskan ampas kopi ke batang rokok ini kemudian berkembang menjadi sebuah kebiasaan sekaligus kesenian.

Tak jarang, nyethe dilakukan dengan membuat pola batik pada rokok. Dengan mengoleskan ampas kopi menggunakan sendok, masyarakat Tulungagung pun membuat motif-motif beragam pada rokok, mulai dari tulisan, tribal, hingga pewayangan.

Kebiasaan nyethe melalui kopi cethe kemudian juga disebut dengan aktivitas membatik atau batik rokok. Saat berkunjung ke Tulungagung, jangan lupa untuk mampir ke warung kopi cethe dan berkreasi dengan bebas melalui seni tradisional ini.

 

Penulis: Resla