Sukses

Dinkes Tegaskan Tak Terima Laporan Lonjakan Kasus Gagal Ginjal pada Anak di Jabar

Dinas Kesehatan Jawa Barat pun diaku telah membuka komunikasi dengan dokter-dokter di Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri). Sejauh ini, dilaporkan tak ada laporan peningkatan kasus.

Liputan6.com, Bandung - Pemberitaan terkait kasus gagal ginjal juga cuci darah di Jawa Barat tengah hangat. Meski demikian, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Jabar) hingga kini memastikan tak menerima laporan soal adanya peningkatan kasus gagal ginjal atau penyakit ginjal pada pasien anak di kota-kabupaten Jawa Barat.

"Saya tanya di kota kabupaten, tidak ada (peningkatan) laporan penderita gagal ginjal pada anak," kata Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat, Vini Andiani Dewi, kepada wartawan di Bandung, Jumat, 2 Agustus 2024.

Dinas Kesehatan Jawa Barat pun diaku telah membuka komunikasi dengan dokter-dokter di Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri). Sejauh ini, dilaporkan tak ada laporan peningkatan kasus.

"Saat ini, berdasarkan laporan dari persatuan ahli ginjal Indonesia atau Pernefri bahwa tidak ada peningkatan kasus yang signifikan. Jadi masih pasien yang dulu saja, yang biasa melakukan cuci darah. Itu informasi terakhir," katanya.

"Saya sedang minta datanya, tapi informasi terakhir tidak ada peningkatan signifikan," tambahnya.

Vini mengatakan, pihaknya biasa melakukan pemantauan wilayah setempat untuk memetakan pertumbuhan kasus. Jika memang disinyalir terjadi peningkatan kasus, Dinas Kesehatan diaku akan melakukan sosialisasi bersama dengan pihak lain seperti rumah sakit.

"Biasanya kami dengan Rumah Sakit Hasan Sadikit (RSHS) kan suka tek-tok, ya, seperti kasus cacar monyet kita langsung koordinasi karena RSHS memang menjadi rumah sakit rujukan utama. Kasus yang sifatnya tidak biasa akan dirujuk ke sana, kemudian dari RSHS ditetapkan. Kita biasa membuat sosialiasi bersama seperti Covid-19," katanya.

Senada, Staf Divisi Nefrologi Kelompok Staf Medis Ilmu Kesehatan Anak RSHS dr Ahmedz Widiasta mengatakan, tak ada lonjakan jumlah kasus secara signifikan di RSHS Bandung.

"Tiap bulan pun tidak bertambah secara signifikan," katanya kepada wartawan di Bandung, Kamis, 1 Agustus 2024.

Beberapa pasien anak menjalani cuci darah Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) atau lewat rongga perut, selain juga cuci darah memakai mesin atau hemodialisis.

"Kasus anak dengan penyakit ginjal kronik yang mendapatkan cuci darah rutin, itu sekitar 10-20 anak per bulannya. Beberapa dari pasien-pasien tersebut telah kami rujuk ke rumah sakit daerah terdekat menjalani cuci darah," katanya.