Sukses

Waspada, 2 Jenis Hama Ancam Tanaman Saat Musim Kemarau Tiba, Apa Saja?

Salam lima tahun terakhir serangan berbagai hama membuat ribuan hektare lahan warga menjadi puso.

Liputan6.com, Garut - Serangan hama tikus dan wereng batang cokelat, menjadi dua hama tanaman yang mengancam padi dan momok bagi petani Garut, Jawa Barat, saat musim kemarau tiba.

“Serangan wereng batang cokelat itu bisa lebih parah lagi, karena wereng menyedot cairan bulir padi, hingga bulir padi menjadi kosong,” ujar Kepala Dinas Pertanian Garut Haeruman, saat ditemui di kantornya, Senin (5/8/2024).

Menurutnya, kehadiran dua hama tanaman tersebut, menjadi hal yang mengkhawatirkan bagi petani saat musim kemarau tiba, sebab tanaman mereka menjadi puso alias gagal panen.

“Sebenarnya kalau mengatasi wereng cukup dengan digenangi air karena tumbuh di batang tanaman, tinggal air ditinggikan maka tenggelam, namun masalahnya menyerang saat musim kemarau,” kata dia.

Koordinator Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) Kabupaten Garut Ahmad Firdaus mengatakan, dalam lima tahun terakhir serangan berbagai hama membuat ribuan hektare lahan warga menjadi puso.

Rinciannya, serangan hama tikus membuat 1.332 hektare lahan warga memadai puso tiap tahun. Kemudian serangan hama pengerek daun membuat lahan seluas 1.244 hektare gagal panen, kemudian serangan hawar daun bakteri atau kresek seluas 587 hektare, serangan blas seluas ditemukan di 275 hektar lahan warga, serta wereng batang cokelat seluas 85 hektare.

“Itu angka rata-rata serangan hama tanaman per tahun,” kata dia.

Untuk itu, dia meminta petani rajin melakukan koordinasi dengan penyuluh lapangan, agar mendapatkan perhatian pemerintah, termasuk penanganan terhadap ancaman hama tanaman tersebut.

“Khusus serangga hama tikus pembangunan rumah burung hantu (rubuha) sangat efektif dalam menghalau hama tikus,” kata dia.

Menurutnya, penangan hama penyakit hama tikus dengan menggunakan rubuha, cukup efektif menekan penyebaran hama tikus, jangkauan burung hantu dalam mendeteksi hama tikus, menjadi faktor pendukungnya.

“Daya jelajah satu pasang burung hantu ini bisa menjelajah 5 km (kilometer) dari titik, bahkan ketika misalnya di radius 5 km kurang ditemukan tikus, dia bisa menjelajah hingga 10 km,” ungkap dia.

Tidak hanya itu, kemampuan burung hantu mengonsumi mangsa tikus menjadi pertimbangan berikutnya untuk menggunakan jasa burung hantu dalam penanganan serangan hama tikus.

“Satu malam bisa membutuhkan 10-12 ekor per malam, tapi untuk mengonsuminya hanya paling 5 ekor,” kata dia.

Walhasil penggunaan rubuha, mampu menekan penyebaran serangan hama tikus dengan cepat dalam menjaga potensi tanaman milik petani.

“Memang untuk Garut belum seperti Sumedang, di kecamatan yang endemis tadinya puso-puso (gagal gagal panen), Alhamdulillah sekarang sukses di bawah ambang batas,” kata dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini