Liputan6.com, Garut Dinas Pertanian Garut, Jawa Barat menyiapkan sejumlah strategi untuk menghadapi ancaman musim kemarau panjang, yang akan berdampak pada produktivitas lahan pertanian milik warga.
“Ada tiga sampai empat upaya kebijakan pemerintah pusat yang siap kami terapkan menghadapi musim kemarau ini,” ujar Kepala Dinas Pertanian (Kadistan) Garut Haeruman, saat ditemui di kantornya, Rabu (7/8/2024).
Menurutnya, masuknya musim kemarau memberikan pukulan telak padi petani dalam menjaga kelangsungan lahan tanam pertanian mereka. “Di Garut ini ada sekitar 10.301 hektar sawah tadah hujan, atau identik IP1 atau IP 100,” ujar dia.
Advertisement
Kondisi itu semakin pelik, dengan hadirnya program makan gratis yang akan digulirkan pemerintah mulai tahun depan, sehingga menuntut seluruh daerah di Indonesia, mampu menjaga stok ketahanan pangan dengan baik. Guna menghadapi ancaman itu, lembaganya ujar dia, menyiapkan sejumlah strategi, agar lahan pertanian milik warga tetap subur selama musim kemarau berlangsung, terhindar dari kekeringan ekstrem.
Pertama, program pompanisasi sawah, yakni dengan mengoptimalkan sumber air dari sungai terdekat, untuk mengairi sawah milik warga. “Jadi air sungai disedot menggunakan pompa airnya dialirkan ke sawah milik masyarakat,” kata dia.
Kedua, program irigasi perpompaan (Irpom) dengan cakupan lahan miniman 20 hektar. Dengan upaya ini, sumber air yang berada di bawah area lahan sawah warga, disedot kemudian dikumpulkan dalam satu penampungan sebelum dialirkan ke lahan.
“Tentu kita cari lokasi yang dekat sumber air maksimal 300 meter, kalau terlalu jauh tidak akan optimal,” ujar dia mengingatkan.
Melihat manfaat yang dihasilkan, jumlah fasilitas irpom di Garut terus bertambah setiap tahun sesuai dengan permintaan petani atau kelompok tani, termasuk masyarakat luas. “Total sudah ada sekitar 133 irpom di Garut,” ujar dia.
Ketiga, program pipanisasi. Saat ini sekitar 20 unit mesin pompa dihibahkan kepada petani, sementara sisanya sekitar 175 dikelola brigade pertanian yang terdiri dari dinas pertanian dan Kodim.
“Petani tinggal pinjam ke koramil nanti koramil koordinasi dengan UPT penyuluh di lapangan,” kata dia.
Keempat, melalui irigasi tanah dangkal yang diperuntukan bagi kawasan pertanian dengan potensi sumber air yang kurang. Program ini dilakukan dengan menghadirkan mesin artesis kemudian disedot menggunakan alat sibel air.
“Seperti di Cibatu, kan gak mungkin disedot dari Sungai Cimanuk karena jaraknya jauh sekali, nah itu harus menggunakan sumur tanah dangkal,” kata dia.
Tahun ini ujar dia, ada sekitar 8 titik program irigasi tanah dangkal dengan kedalaman 50-60 meter, serta tiga program sumur tanah dalam dengan jangkauan kedalaman mencapai 90-100 meter.
“Semuanya program memiliki fungsi masing-maisng, jadi pertama ada pompanisasi, irigasi perpompaan, ketiga pipanisasi, keempat sumur tanah dalam dan sumur tanah dangkal, jadi disesuaikan dengan wilayah,” papar dia.