Sukses

Peta Persaingan Sengit 2 Paslon Petahana di Pilgub Sumsel dari Hasil Survei

Dua paslon Pilgub Sumsel dari petahana bersaing ketat untuk memenangkan bursa Pilkada 2024 berdasarkan hasil survei.

Liputan6.com, Palembang - Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang akan digelar secara serentak di berbagai kabupaten/kota di Sumsel, sudah memunculkan beberapa bakal pasangan calon (paslon).

Seperti di Pemilihan Gubernur (Pilgub) Sumsel mendatang, sudah ada dua bakal paslon yang mendeklarasikan diri maju. Mereka adalah pasangan petahana Gubernur-Wakil Gubernur (Wagub) Sumsel yang akhirnya memilih jalan masing-masing di Pilgub Sumsel.

Mantan Gubernur Sumsel Herman Deru memilih berpasangan dengan Cik Ujang, yang sudah habis masa jabatannya sebagai Bupati Lahat Sumsel yang juga Ketua DPD Partai Demokrat Sumsel.

Sedangkan, mantan Wakil Gubernur (Wagub) Sumsel Mawardi Yahya sudah mendeklarasikan diri maju di Pilgub Sumsel bersama Ketua DPRD Sumsel Anita Noeringhati, yang merupakan kader Partai Golkar.

Tak hanya dua paslon itu saja yang akan maju di Pilgub Sumsel, ada lagi paslon yang digadang-gadangkan meramaikan pesta rakyat di Sumsel. Yakni mantan Bupati Penukal Abab Lematang Ilir (PALI) Heri Amalindo berpasangan dengan Poppy Ali.

Lalu ada bakal paslon Holda–Meli Mustika dan mantan Wali Kota (Wako) Palembang Eddy Santana Putra yang menggandeng politikus Sumsel, Andi Asmara. Mereka diusung oleh partai masing-masing, walau majunya para bakal paslon tersebut tidak setenar dua paslon petahana.

Herman Deru-Cik Ujang yang disingkat HDCU diusung oleh Partai Nasional Demokrat (Nasdem), Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Demokrat. Sementara Mawardi Yahya-Anita Noeringhati yang disingkat Matahati, mendapat dukungan dari Partai Gerindra, Partai Golkar dan Partai Amanat Nasional (PAN).

Direktur Riset dan Pemenangan Sumsel Hasmin Aries Pratama mengatakan, kemungkinan akan muncul lagi paslon baru, karena beberapa partai politik belum menentukan sosok yang diusungnya.

Seperti PDI-Perjuangan, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Kebangkitan Nusantara (PKN), Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), Partai Perindo dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

“Jika nanti hanya tiga paslon, pertarungan perebutan suara di Pilgub Sumsel akan semakin sengit, karena peta kekuatannya nyaris berimbang,” ucapnya, Kamis (8/8/2024).

Dari hasil PatraData Dashboard System (PDS), lembaga riset dan pendampingan politik dengan bigdata yang mengembangkan algoritma politik, lanjutnya, melakukan simulasi peta kekuatan politik di Sumsel memastikan pertarungan berjalan keras di Pilgub Sumsel.

Di mana, metone kerja platform Patradata memotret pemetaan politik dengan menghitung dan mengidentifikasi pola dan kecenderungan pemilih berdasarkan hasil Pemilu selama sepuluh tahun terakhir, baik Pemilu Eksekutif yakni DPR RI, DPRD Sumsel dan kabupaten/kota maupun pemilu legislatif.

Koalisi partai pengusung HDCU mempunyai modal politik 1.432.381 suara atau 33 persen suara. Sedangkan, modal politik paslon Matahati dinilainya sangat menjanjikan.

“Dari dua koalisi terkuat itu, tak ada yang menguasai perolehan suara secara mayoritas di atas 50 persen. Sementara, partai-partai yang belum menentukan pilihan calon yang sekitar 27 persen akan sangat menentukan peta kekuatan kandidat. Dengan peta kekuatan seperti ini, pertarungannya akan sangat keras dan terbuka,” ujarnya.

 

2 dari 2 halaman

HDCU vs Matahati

Menurutnya, keberimbangan ditunjukkan oleh tidak adanya koalisi partai yang mendominasi secara telak di 17 kabupetan/kota. Gabungan perolehan suara pengusung Matahati unggul di 11 dari seluruh kabupaten, terutama di lima kota/kabupaten terbesar, yakni 42 persen Palembang, 58 persen di Empat Lawang dan 43 persen Musi Rawas, 42 persen Musi Banyuasin dan 40 persen Muara Enim.

Dari ke-11 daerah tersebut, Matahati sangat dominan di Luwu Utara yakni mencapai 80 persen, yang disumbangkan dari Kabupaten Empat Lawang. Selebihnya unggul tipis dari koalisi atau gabungan partai, namun di Musi Rawas Utara (Muratara), dukungan ke Matahati cukup lemah.

“Untuk gabungan suara koalisi pengusung HDCU, tidak satu pun unggul, hampir semua kabupaten/kota. Hanya di Palembang koalisi HDCU raup modal politik hingga 40 persen, terpaut hanya dua persen dari koalisi Matahati. Koalisi partai pengusung HDCU justru terbaca lemah di beberapa kabupaten/kota, seperti di Empat Lawang (17 persen) dan Musi Banyuasin (18 persen),” ungkapnya.

Dia menilai, simulasi tersebut menunjukkan jika tak ada koalisi partai yang benar-benar dominan dalam modal politik. Yang mana, bisa dikonversikan menjadi modal elektabilitas. Selisih antara satu koalisi dengan lain tidak terpaut jauh. Dari bigdata analisis PatraData, menunjukkan dominasi kekuatan modal politik kedua pasangan utama ini relatif berimbang.

“Pilkada di Sumsel akan berlangsung seru. Pemenang adalah mereka yang mampu menghitung secara detail peta dan modal politik sekaligus piawai merancang micro-targeting,” katanya.