Sukses

Tersiar di Jalanan, Warga Bandung Akui Dugaan Pemerasan Modus Tabrak Diri ke Mobil

Dugaan sejumlah warga memang belum terbukti, tapi bukan berarti keresahan itu mesti dianggap isapan jempol.

Liputan6.com, Bandung - Bulan Juli di siang bolong. Eka Merdekawati (39) baru usai memandikan mobilnya di sebuah tempat cuci daerah Kelurahan Braga, Kota Bandung. Eka hari itu sendirian, perlahan berkemudi mengeluarkan mobil dari area parkir dengan hati-hati. Menengok arah sisi kanan, hendak melaju di aspal Jalanan Banceuy.

Saat ia berpaling ke sisi kiri, seketika seseorang jatuh di muka mobilnya. Tak lama, datang seorang pengendara motor yang langsung menggebrak badan mobil bagian belakang, "itu kamu nabrak!" tuduhan kepada Eka.

Heran campur panik, Eka tak langsung membuka pintu mobil. Ia tak begitu yakin, "Masa sih, kapan nabraknya? Perasaan aku enggak nabrak," gamang Eka hari itu.

Tapi, si pengendara motor ngotot memaksanya keluar. Sambil menahan panik, Eka pun membuka pintu mobil.

"Pas aku turun, ada satu orang kayak kesakitan. Yang di motor itu kayak pengendara yang mau nolong, mengaku lihat aku nabrak. Aku panik," kata Eka saat menceritakan ulang pengalamannya, Kamis, 8 Agustus 2024.

Tak berniat kabur, Eka justru mengajak pria yang seperti kesakitan itu ke rumah sakit. Tapi pria itu menolak. Eka pun mulai merasa aneh, terlebih ketika si pengendara motor sedari awal kian ngotot ikut campur, mendesak Eka merogoh uang ganti rugi.

Eka kukuh mengajak 'korban' ke rumah sakit. Sebaliknya, 'korban' dan pengendara motor keukeuh kompak menolak. Kecurigaan Eka kian menjadi ketika si pengendara itu tak sungkan meminta uang ganti rugi sampai 2 juta rupiah.

"Sempet mikir mungkin aku memang gak lihat, karena lihat ke arah kanan. Awalnya percaya, tapi mulai curiga ketika mereka minta uang. Ah, kayaknya ini penipuan," duga Eka.

"Makanya aku desak terus ajak korban ke rumah sakit kalau memang benar luka. Kalau memang saya nabrak, saya akan tanggung jawab kok".

Ujung-ujungnya, Eka tetap merogoh saku. Memberikan uang 100 ribu. Setelah itu Eka pun lanjut mengemudi, membawa serta sebuah sangkaan bahwa kejadian itu mungkin saja memang muslihat pemerasan bermodus menabrakkan diri ke mobil.

Pengalamannya sebulan lalu itu seperti terpanggil kembali ketika Eka mendapati video viral yang memuat dugaan modus serupa, pun di jalanan yang sama.

 

2 dari 3 halaman

Viral di Banceuy

Dugaan penipuan atau pemerasan bermodus pura-pura tertabrak mobil terekam kamera dan viral di media sosial usai diunggah beberapa akun Instagram, Rabu kemarin (7/8/2024). Dari salah satu unggahan yang diamati Liputan6.com, peristiwa itu disebut terjadi malam hari di Jalan Banceuy, awal pekan ini (5/8/2024).

Video yang diimbuhi keterangan "hati-hati modus menabrakan diri", "untung terekam CCTV" itu diduga berasal dari kamera gawai milik seseorang yang saat kejadian keluar dari sebuah mobil berwarna hitam.

Kameranya menyorot tiga orang anak muda. Satu orang dari mereka tengah duduk di tengah jalan persis di depan mobil tersebut, seperti baru tertabrak. Sementara, dua pemuda lain berdiri di samping.

"Ngahajakeun eta tah. Bohong. Ngahajakeun eta mah, Pak, (Sengaja itu. Bohong. Sengaja itu mah, Pak)," kata perekam video dalam Bahasa Sunda, menegaskan jika orang yang duduk di jalan itu pura-pura jadi korban.

Saat perekam mendekat, ketiganya bergerak menjauh. Seorang yang sejak awal video duduk di tengah jalan itu buru-buru setengah diseret oleh dua lainnya, diangkat menepi ke bahu jalan.

"Hayu mau ke polisi? Mangga bisi mau ke polisi. Hayu ke polisi!" perekam itu seolah menantang untuk bersama-sama ke kantor polisi.

Tiga pemuda tampak geming saja. Perekam video itu kembali masuk mobil, berangkat meninggalkan tempat kejadian.

Unggahan itupun banjir ribuan komentar, mayoritas menduganya suatu upaya penipuan atau pemerasan. Beberapa di antaranya bahkan mengaku punya pengalaman serupa, satu di antaranya adalah Eka Merdekawati.

Cuma Modus atau Murni Kecelakaan?

Kejadian di Jalan Banceuy memang belum dapat disimpulkan. Apakah murni kecelakaan? Ataukah persis dugaan Eka serta komentar kecurigaan warganet di media sosial? Warga berpendapat ini patut jadi sinyal kewaspadaan.

Kanit Lantas Polsek Sumur Bandung, Iptu Dedi Hermansyah, membenarkan kejadian viral itu berlokasi di Jalan Banceuy. Hingga Kamis siang (8/8/2024) polisi belum menerima laporan dari kedua belah pihak.

"Untuk kejadian yang viral di Banceuy memang betul wilayah kami, namun hingga saat ini belum ada yang melapor dari kedua belah pihak," katanya saat dikonfirmasi.

Kendati demikian, kepolisian setempat disebut telah berupaya mengidentifikasi salah satu orang terlibat dalam video untuk kemudian dimintai klarifikasi.

"Kami sudah cek dan sudah mengidentifikasi salah satu yang diduga modus menabrakan diri, sedang kami cari untuk klarifikasi kebenarannya," katanya.

3 dari 3 halaman

Pengalaman di Jalanan Lain

Cerita serupa tak tersiar cuma di Banceuy. Di jalanan lain, Rizki Mulyana (24) mengaku punya pengalaman sama. Awal tahun ini, seseorang tiba-tiba lompat ke kap mobilnya bak adegan tertabrak dalam kecepatan tinggi. Padahal, aku Rizki, laju mobilnya pelan sebab lalu lintas tengah padat.

Kejadiannya, kata Rizki, malam sekira pukul 11.00, persis di bawah jembatan penyeberangan orang Jalan Asia Afrika. Seolah-olah 'korban' langsung tak bisa jalan, lalu dibopong oleh beberapa yang diduga temannya.

Rizki sempat cek-cok, si 'korban' keukeuh minta tanggung jawab. "Padahal posisi mobil saya diam karena jalanan padat. Saya mau maju sedikit karena mobil di depan maju, tiba-tiba loncat ke depan mobil saya, tepat loncatnya ke kap seolah-olah tertabrak".

Dugaan pemerasan dengan modus demikian juga sempat tersiar di persimpangan bawah flyover Kiaracondong. Kali ini, Indra Perdana (42) yang memberikan kesaksiannya.

"Saya sedang kirim barang ke Antapani pakai mobil bos saya, mobil Alphard. Memang katanya, mobil mewah suka dijadiin target," begitu informasi dari warga sekitar yang sampai kepada Indra.

Jadi, sepulang mengirim barang sekira jam 2 sore, ada seseorang yang diduga menabrakan diri ke mobil yang dikemudikan Indra. Pengakuannya, mobil tengah melaju pelan sebab jalanan ramai.

"Kemudian dia (korban) mengaku kakinya kegilas ban mobil bagian belakang," jelas Indra. "Kemudian kami diberhentikan sekelompok orang lalu dipaksa dibawa ke depan lapangan futsal".

Indra dan dua temannya turun dari mobil. Di sana, Indra berupaya memastikan kondisi korban sambil meladeni omongan beberapa orang yang tiba-tiba turut berkerumun.

"Awalnya kami sangka dia itu ketabrak beneran, makanya kita fokus aja ke korban. Kaget juga, tapi lama-lama curiga ketika ada temen korban malah merusak bumper mobil kita," katanya.

Hal lainnya, persis pengakuan Eka Merdekawati di Jalan Banceuy, 'korban' yang ditabrak Indra pun menolak diajak ke rumah sakit. 'Korban' dan beberapa orang lain di lokasi memaksa meminta uang ganti rugi mencapai 2 juta rupiah.

"Ada penjual di sana yang sempet bilang ke teman saya, hati-hati Kang itu mah suka modus," katanya.

Kejadian Indra memang sudah lewat dua tahun lalu, tapi Indra menduga bukan tidak mungkin kejadian serupa pernah terulang. Beberapa wajah yang sama, aku Indra, masih kerap terlihat di jalanan itu.

"Saya juga pernah ngobrol dengan teman katanya sering kejadian kayak gitu, bahkan sebelumnya pernah ada ibu-ibu pakai mobil Mercy keluar uang sampai 2 juta," cerita Indra.

Warga yang Resah

Selain ketiga lokasi itu, kami juga mendapat pengakuan serupa dari warga lainnya yang mengalami kejadian mirip, semisal di daerah Cihampelas dekat Rumah Sakit Advent, juga di kawasan Taman Japati, Sadang Serang.

Dugaan sejumlah warga memang belum terbukti, tapi bukan berarti mesti dianggap isapan jempol terlebih di beberapa kota lain pemerasaan atau penipuan bermodus tabrak diri itu memang pernah terjadi.

Contohnya kasus Pasar Rebo, Jakarta, dua tahun lalu. Kepolisian setempat sempat memberikan imbauan agar masyarakat lebih waspada agar tidak terpedaya pelaku yang ujungnya hanya meminta uang.

Warga pun berharap jika dugaan-dugaan itu memang benar segera dapat ditindak, sehingga masyarakat bisa merasa aman saat berkendara di kota.

"Berharap lebih aman gak usah yang begitu-begitu, masih banyak kerjaan lain. Kasian juga warga merasa tidak aman. Apalagi mungkin kota ini banyak disenangi orang, nanti malah gak seneng lagi ke Bandung," kata Indra.