Liputan6.com, Bandung - Museum Geologi merupakan salah satu tujuan wisata edukatif di Kota Bandung yang ramai dikunjungi termasuk oleh warga luar kota. Selain koleksi museum yang menarik, keseruan lain yang biasa hadir adalah Day & Night at the Museum.
Day & Night at the Museum merupakan agenda runtin bulanan yang digelar museum yang terletak di Jalan Diponegoro itu.
Baca Juga
Masyarakat bisa mengunjungi museum pada malam hari yang tentunya akan memberikan kesan tersendiri, bisa menjadi tempat yang cocok untuk mengisi waktu bersama keluarga atau orang-orang terdekat.
Advertisement
Day & Night at the Museum pun kerap diisi berbagai kegiatan dilakukan seperti talkshow, bermain dan belajar untuk anak-anak, lomba-lomba, bazar, kuliner hingga hiburan ada di sini.
Ketua Tim Edukasi dan Informasi Museum Geologi, Adhitya Ari Nugroho menyampaikan, kegiatan Day & Night At The Museum diharapkan bisa membangun mindset bahwa berkunjung ke museum itu tidak kuno dan menyeramkan namun sangat mengasyikan dan menyenangkan.
"Kita buka full dari pagi sampai malam. Ada berbagai macam kegiatan-kegiatan pendukung. Ada talkshow membahas mental health, bemain dan belajar mengenalkan museum geologi khususnya kepada anak-anak," katanya lewat siaran Diskominfo Kota Bandung, dikutip Senin, 12 Agustus 2024.
Night At The Museum buka pukul 09.00 - 22.00 WIB setiap minggu pertama awal bulan dan untuk kunjungan biasa buka setiap hari Senin sampai Kamis pukul 09.00 - 15.00 WIB, Jumat tutup, Sabtu dan Minggu pukul 09.00 - 14.00 WIB.
Pengunjung cukup merogok kocek Rp. 2.000 untuk pelajar/mahasiswa, Rp. 3.000 untuk umum dan Rp. 10.000 untuk WNA.
Â
Sejarah Singkat Gedung Museum Geologi
Sebagai informasi, gedung Museum Geologi sendiri dibangun pada 1928 dan diresmikan dengan nama "Geologische Museum" pada 16 Mei 1929 bertepatan dengan penyelenggaraan Kongres Ilmu Pengetahuan Pasifik yang ke IV.
Pembangunan dikerjakan selama 11 bulan dengan 300 pekerja dan menghabiskan dana 400.000 Gulden dibangun dengan arsitektur bergaya Art Deco berdasarkan rancangan arsitektur karya seorang arsitek Belanda, Ir. H. Menalda van Schouwenburg.
Setelah Indonesia merdeka pada 1945. Terjadi pengambilalihan kantor "Chishitsu Chosasho" dari penguasa Jepang, pengelolaan Museum Geologi beralih menjadi Pusat Djawatan Tambang dan Geologi (PDTG, 1945-1950), Djawatan Pertambangan Republik Indonesia (1950-1952), Djawatan Geologi (1952-1956), Pusat Djawatan Geologi (1956-1957).
Advertisement