Liputan6.com, Yogakarta Bagi yang memiliki pakaian lama namun bingung cara mengolahnya atau membuangnya, membuat mahasiswa UNY membuka layanan jasa pengetahuan busana dengan metode upcycling fashion bernama EduGrowth. Layanan upcycling fashion ini merupakan proses mengubah pakaian lama dan usang ataupun rusak menjadi produk baru yang memiliki nilai guna lebih.
Maria Fabiola (Pendidikan Tata Busana), Dwi Arfian (Pendidikan Teknik Informatika), Syaza Dyah Kartikarini (Pendidikan Ekonomi) serta Imam Hadi Razak dan Nuriza Ayu Prasilia (Pendidikan Teknik Mekatronika) membuat EduGrowth dengan tampilan menarik dilengkapi animasi dalam media pembelajaran sehingga pengguna akan mudah memahaminya.
Menurut Maria Fabiola, EduGrowth adalah platform bimbingan belajar dalam metode upcycling fashion bagi kalangan fashion enthusiast, content creator, serta masyarakat yang ingin membuka usaha di bidang fashion dari remaja usia 15 hingga 30 tahun.
Advertisement
“Platform ini tersedia dalam Bahasa Indonesia dan terdapat fitur Q&A sebagai sarana untuk komunikasi antara pengguna kursus dengan mentor sehingga setiap persoalan yang ingin ditanyakan dapat terjawab dengan baik,” kata Maria, Rabu 31 Juli 2024.
Baca Juga
Dwi Arfian mengatakan, fokus pembelajaran platform EduGrowth yaitu penerapan metode upcycling fashion ini merupakan suatu inovasi baru dalam memanfaatkan pakaian bekas yang kemudian diubah menjadi pakaian dengan kualitas tinggi. Contohnya, dress yang digabungkan dengan blouse, kemeja, atau celana, namun tidak menghilangkan ciri khas masing-masing busana tersebut.
“Sehingga dengan mempelajari penggunaan metode upcycling dalam bidang fashion mampu mengatasi dampak limbah bagi lingkungan sekitar dan tempat pembuangan akhir,” paparnya.
Konsep pembelajaran metode upcycling fashion ini dibuat sebagai bentuk kepedulian terhadap permasalahan lingkungan, yaitu melimpahnya limbah fashion. Imam Hadi Razak menjelaskan langkah awal adalah dengan pembuatan alur pengguna dan desain basis data dari website EduGrowth.
Alur pengguna menggunakan format diagram alir (flowchart) terkait proses pengguna dalam menggunakan website dari mulai tampilan awal hingga penyelesaian bimbingan belajar. Desain basis data menggunakan Unified Modelling Language yaitu diagram kelas guna menjabarkan kebutuhan tabel data, relasi, dan fungsi yang dibutuhkan.
“Kemudian dilanjutkan menggunakan Figma melalui Google Chrome untuk membuat desain tampilan dan pengalaman pengguna, yaitu penempatan komponen/layouting website, gambar ilustrasi, gaya tipografi, penyesuaian warna, dan komponen interaksi berupa tombol, kotak masukan, dan baris navigasi,” papar Imam.
Nuriza Ayu Prasilia melanjutkan, pemrograman untuk membuat tampilan pengguna dalam bentuk halaman website dan integrasi basis data dengan back-end website agar pengguna dapat melakukan manipulasi data (lihat, tambah, perbarui, dan hapus) secara dinamis dan real-time. Tahap ini berpedoman pada flowchart alur pengguna dan diagram kelas basis data website EduGrowth.
“Penyusunan konten, yakni materi pembelajaran upcycling fashion dilakukan secara paralel bersamaan dengan tahap pemrograman,” ujarnya.
Materi dimasukkan ke dalam basis data yang telah terintegrasi dengan website kemudian memasang website yang dikembangkan ke dalam web server agar bisa diakses oleh banyak orang untuk uji fungsionalitas platform, termasuk uji kegunaan sistem (SUS), uji aksesibilitas (WCAG), dan uji tingkat penyelesaian tugas/Task Completion Rate.
Syaza Dyah Kartikarini mencontohkan karya yang dibuat melalui EduGrowth ini yaitu baju flannel bekas yang di upcycling fashion menjadi tas.
“Ini menjadi salah satu wawasan baru dalam bidang fashion sekaligus menumbuhkan jiwa wirausaha,” tuturnya.