Sukses

Mahasiswa UNY Gunakan Daun Pepaya untuk Obat Bius Ikan Tawar

Mahasiswa prodi Teknik Industri Fakultas Teknik UNY menggagas obat bius ikan air tawar berbahan dasar daun pepaya yang diberi nama Pamoka. 

Liputan6.com, Yogyakarta Mahasiswa UNY yaitu Yossy Prananda Leksono, Rahma Qurraeta Fattah, Orisca Jihan Fadhila, dan Naf’an ‘Afif Watianto menggunakan daun pepaya sebagai obat bius ikan tawar dengan nama Pamoka. Yossy mengatakan dalam jual beli ikan hias sangat membutuhkan obat bius atau anestesi untuk pemeliharaan ikan dan mengurangi risiko cedera atau stress saat dilakukan prosedur medis. 

“Meskipun berbagai jenis obat bius sintetis telah dikembangkan, namun dampak akan lingkungan yang ditimbulkan seperti residu sisa obat masih mengkhawatirkan,” kata Yossy, Kamis 8 Agustus 2024.

Pemilihan daun pepaya untuk obat bius ikan tawar karena harganya lebih terjangkau oleh sebagian besar pedagang ikan hias. Rahma Qurraeta mengatakan ada dua jenis anestasi komersial yaitu agen alami dan sintetis. 

“Agen sintetik dilarang karena masalah keamanan dan residu, sedangkan agen alami lebih dikembangkan dan diperkirakan memiliki prospek cerah di masa depan,” ujarnya. 

Beberapa bahan sintetik yang sering digunakan untuk membius ikan antara lain tricaine methanesulfonate, phenoxyethanol dan etomidate. Pemilihan daun pepaya (Carica papaya) telah dikenal memiliki berbagai senyawa seperti alkaloid, saponin, dan tanin yang baik untuk proses obat bius ikan tawar. 

Dalam pengadaan bahan bakunya, daun pepaya juga mudah ditemukan di mana saja dan hingga saat ini penggunaannya masih jarang sehingga sering kali hanya menjadi limbah tidak terpakai saja. Oleh karena itu dibuatlah obat bius ikan tawar dari daun pepaya yang dinamai Pamoka (Pepaya Imotilisasi Ikan).

Orisca Jihan menjelaskan metode untuk mengekstrak daun pepaya ini menggunakan metode maserasi dengan pelarut metanol. 

“Ekstrak kemudian diujikan kepada beberapa jenis ikan tawar baik ikan konsumsi atau ikan hias dan terbukti dapat menjaga ikan tetap hidup selama kurang lebih satu jam di luar air,” papar mahasiswa prodi Teknik Industri Fakultas Teknik UNY ini. 

Hasil risetnya adalah larutan ekstrak daun pepaya dengan metode maserasi dapat digunakan sebagai bahan imotilisasi alami pada uji transportasi ikan hidup dengan tingkat kelulusan hidup tertinggi terdapat pada kisaran waktu 1-2 jam dengan konsentrasi terbaik berada pada nilai 52,25 ppm dengan kelulusan hidup 100%.

Pengembangan terhadap riset tersebut akan dikembangkan untuk menguji kembali menentukan nilai efektivitas terbaik larutan ekstrak sebagai imotilisasi alami pada ikan air tawar lainnya dengan skala yang lebih besar dan waktu yang lebih lama pada uji transportasi. Daun pepaya yang akan digunakan nantinya merupakan daun pepaya yang berusia tua karena berpotensi menjadi limbah yang tidak bermanfaat. 

Naf’an 'Afif Watianto mengatakan, saat ini, Pamoka sudah dapat dibeli dengan harga Rp120.000,- per produknya yang berisi 100 ml ekstrak daun pepaya dan telah dilengkapi dengan kertas petunjuk penggunaan yang mudah dipahami. 

“Setiap botol Pamoka dapat digunakan hingga lebih dari 50 kali, tergantung jenis ikan yang akan dianestesi, dan menjadikan produk ini terjangkau jika dibandingkan dengan produk sintesis yang beredar lainnya,” katanya. 

Pamoka juga dipasarkan melalui jaringan sosial media dan memfasilitasi konsumennya untuk dapat berkomunikasi secara langsung terkait produk melalui WhatsApp, komunitas Facebook, dan juga platform Instagram.

Melalui platform tersebut, diberikan berbagai informasi seputar produk yang diharapkan dapat mengurangi risiko kesalahan penggunaan yang berarti dan menjadi sarana membangun interaksi antara produsen-konsumen. 

Naf’an berharap hadirnya obat bius ikan tawar Pamoka ini dapat mengurangi limbah organik daun pepaya, meningkatkan pendapatan pedagang ikan hias, serta menjadi salah satu upaya menjaga lingkungan dari dampak kegiatan industri. 

Video Terkini