Liputan6.com, Palu - Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) berlokasi di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, atau sekitar 60 kilometer dari Kota Palu. Kawasan ini menawarkan keindahan alam yang memukau dengan kekayaan flora fauna langka yang tiada dua.
Bukan itu saja, wisata Taman Nasional Lore Lind juga menawarkan pesona memukau di setiap sudutnya, mulai dari danau hingga pegunungan. Selain itu, ada juga warisan budaya megalitikum dan tradisi suku asli yang menarik untuk dikulik.
Mengutip dari indonesia.go.id, kawasan konservasi ini memiliki panorama alam luar biasa mulai dari danau hingga gugus pegunungan. Terdapat Pegunungan Nokilalaki, Kona'a, Adale, Tumaru, Gimba, Rindi, Jala, dan Toningkolue yang menjulang mengapit lembah hijau.
Advertisement
Baca Juga
TNLL dikenal sebagai rumah bagi spesies-spesies endemik flora dan fauna Sulawesi. Setidaknya, ada sekitar 230 jenis burung dan 55 jenis kelelawar.
Kelelawar itu bersemayam di gua-gua Lore Lindu. Selain itu, ada juga berbagai spesies mamalia, mulai dari anoa, kuskus marsupil, serta cifet. Ada pula babi rusa, monyet Sulawesi, pelanger Sulawesi, dan tarsius.
Cagar biosfer Lore Lindu juga menjadi rumah untuk endemik Sulawesi, yaitu maleo, burung enggang, dan elang Sulawesi, 21 jenis kadal besar, serta beberapa jenis kera, termasuk kera kakaktonkea dan kera hantu.
Selain fauna, TNLL juga dikelilingi hutan hujan dataran rendah yang dihuni flora khas, seperti anggrek, pakis, resin, beringin, pelangi, rotan, dan gula aren. Sementara dataran tinggi di atas 1.500 mdpl diisi oleh flora khas vegetasi pegunungan, seperti pinus, kantong semar, dan weda.
Selain kekayaan alam flora dan faunanya, Taman Nasional Lore Lindu juga menjadi saksi bisu peradaban masa lampau. Terdapat patung-patung batu megalitikum, seperti di Lembah Napu, Behoa, dan Bada.
Terdapat 1.466 temuan megalitik dari 83 situs yang telah diungkap. Patung-patung yang berasal dari ratusan hingga ribuan tahun lalu ini tak hanya menjadi penanda sejarah, melainkan juga menambah keunikan dan daya tarik budaya TNLL.
Para wisatawan tempat wisata Palu ini juga bisa berinteraksi dengan suku asli di dalamnya, yakni Kaili, Behoa, Bada, dan Pekurehua. Ada sekitar 117 desa yang terletak di dalam taman nasional. Sementara 64 desa lainnya berada di daerah perbatasan.
Masyarakat setempat memiliki mata pencaharian utama di bidang pertanian dan perkebunan padi, jagung, serta kakao. Menurut peneliti kain kulit kayu Prof. Isamu Sakamoto dari Surugadai & Kibi University Jepang, terdapat budaya unik di suku asli Lore Lindu yang berupa tradisi pembuatan kain kulit kayu di Lembah Bada.
Â
Neolitikum
Konon, tradisi ini muncul pada zaman neolitikum, yakni sekitar 3.600 tahun lalu sebelum zaman megalitikum.Dalam kawasan cagar biosfer dunia versi Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) pada tahun 1977 itu terdapat Danau Lindu dengan luas 34,88 kilometer persegi dan titik terdalam mencapai 72,6 meter.
Danau yang dikategorikan sebagai danau tektonik ini merupakan yang terbesar kedua di Sulawesi Tengah setelah Danau Poso. Konon, pembentukan danau ini terjadi selama era Pliosen setelah bak besar dilokalisasi dari sebuah bagian rangkaian pegunungan akibat dari proses alam berupa kekuatan geologis yang dahsyat.
Danau Lindu dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sumber suplai air bagi masyarakat setempat. Danau ini juga membantu sektor pertanian bagi daerah sekitar perkantoran.
Untuk sampai ke Taman Nasional Lore Lindu, dapat ditempuh dari ibu kota provinsi di Palu dengan berkendara selama 1,5 jam. Selain menikmati keindahan alam dan mempelajari berbagai sejarah kebudaan yang menarik di TNLL, wisatawan juga bisa camping di Danau Lindu.
(Resla)
Advertisement