Sukses

Gempa Megathrust Berpotensi Guncang Indonesia, Kepala BMKG Dwikorita: Ayo Segera Mitigasi

Dwikorita menambahkan. peringatan potensi gempa Megathrust beberapa waktu belakangan ini bukanlah hal baru di Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati meminta pemerintah daerah menyiapkan tata ruang yang aman dan mampu menampung masyarakat sebagai upaya mitigasi bila gempa megathrust terjadi di Indonesia.

"Bagaimana menyiapkan masyarakat dan pemerintah daerah sebelum terjadi gempa dengan kekuatan tinggi yang mengakibatkan tsunami. Pemerintah daerah itu sudah diajak bersama-sama menyiapkan infrastrukturnya, menyiapkan sistemnya, adakah jalur evakuasi nya, adakah tempat shelter evakuasi," kata Dwikorita Karnawati, di Jakarta, Selasa 21 Agustus 2024.

Kemudian zona-zona rawan seperti daerah dekat laut dan pantai agar dikosongkan dan tidak didirikan banyak bangunan.

"Pemda-pemda diharapkan juga menyiapkan tata ruang di sana. Di pantai itu dibatasi, jangan dibangun bangunan-bangunan. Kalau sampai dibangun hotel, hotelnya harus siap menghadapi (Megathrust), diwajibkan bangunannya mampu tahan 8,5 magnitudo," katanya.

Dwikorita mencontohkan Pemda DIY merupakan salah satu pemda yang telah menyiapkan tata ruang yang aman menghadapi potensi gempa Megathrust lewat pembangunan Bandar Udara Internasional Yogyakarta di Kulon Progo.

"Yogyakarta International Airport itu sudah disiapkan untuk menghadapi Megathrust. Jadi dibangun insya Allah desain-nya dirancang tahan gempa 8,5 magnitudo, itu Megathrust dan elevasi-nya lebih tinggi dari elevasi tsunami. Jadi kalau sedang berada di bandara YIA, kalau ada gempa, ada tsunami, jangan keluar gedung. Tempat paling aman di situ, lari ke lantai mezzanine dan lantai 2 dan ada Crisis Center untuk masyarakat mampu menampung 2.000 orang, bandara-nya itu menampung 10.000 orang," katanya.

Dia menambahkan. peringatan potensi gempa Megathrust beberapa waktu belakangan ini bukanlah hal baru di Indonesia.

Tujuan utama BMKG kembali mengingatkan potensi Megathrust adalah untuk mengedukasi dan mempersiapkan masyarakat Indonesia, terlebih Indonesia tergolong rawan mengalami gempa.

"Megathrust bukan isu yang baru. Itu isu yang sudah sangat lama tapi kenapa BMKG dan beberapa pakar mengingatkan? Tujuannya adalah untuk ayo segera mitigasi," katanya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Apa Itu Gempa Megathrust?

Gempa megathrust merupakan gempa bumi yang terjadi karena pertemuan antar lempeng tektonik bumi di zona subduksi, yaitu suatu wilayah dimana salah satu lempeng tektonik bumi terdorong ke bawah lempeng tektonik lainnya biasanya ada di lautan.

Kedua lempeng tersebut terus bergerak saling bersinggungan namun menjadi terjebak di tempat mereka bersentuhan, sehingga membuat adanya penumpukan regangan melebihi gesekan antara dua lempeng dan terjadinya gempa megathrust. Gempa dalam skala besar di laut kemudian memicu tsunami.

Melansir dari laman Earthquakescanada Pemerintah Kanada, terdapat beberapa hal yang menandakan bahwa telah terjadinya gempa bumi diantaranya tenggelamnya pantai luar secara tiba-tiba, ketika terjadi gempa megathrust akan mematikan tumbuh-tumbuhan yang dapat dihitung usianya, tanah longsor bawah laut dari landas kontinen menuju ke laut dalam. Endapan longsor ini dapat dikenali dari sampel inti yang diambil dari dasar laut.

3 dari 3 halaman

Dampak yang Merusak

Bahkan, gempa megathrust terbilang memiliki dampak yang dapat merusak bangunan yang besar di suatu area. Hal ini lantaran gempa megathrust bisa mencapai lebih dari berkekuatan 7 hingga 8 magnitudo. Durasi guncangan untuk gempa megathrust jauh lebih lama daripada gempabumi biasa, bahkan bisa memakan waktu beberapa menit.

Selain itu, gerakan dorong gempa megathrust menyebabkan pergerakan vertikal besar di dasar laut, yang dapat memindahkan sejumlah besar air yang bergerak dari gerakan bawah laut sebagai tsunami.

Gempa megathrust tidak terjadi terlalu sering, namun waktu tepat kapan terjadinya tidak teratur dan tidak bisa diprediksi. Perubahan bentuk kerak dalam pola gempabumi megathrust ini dapat dideteksi melalui pengukuran geodesi yang sangat cermat menggunakan satelit pemosisian global dan pengukuran jarak.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.