Liputan6.com, Karanganyar - Empat prajurit tempur dari Yonif 411/Pandawa/Kostrad mengendap-endap di gelapnya hutan Gunung Lawu, Karanganyar, Jawa Tengah. Sebenarnya mereka bukan hanya berempat, namun tim lain juga bergerak dengan cara mereka sendiri.
Tak ada suara komando apalagi letusan senapan mesin. Semua mata prajurit itu memandang ke sebuah titik. Cahaya redup di kejauhan itu menjadi fokus bersama.
Baca Juga
Entah bagaimana caranya, koordinasi mereka hanya menggunakan isyarat tangan. Apakah isyarat itu bisa dilihat kawannya?
Advertisement
Yang jelas pergerakan para tentara dengan senjata lengkap ini berlangsung berjam-jam hingga hari mulai terang. Pasukan itu sudah berada sangat dekat dengan target mereka.
Saat itulah ada satu target yang sukses dilumpuhkan tanpa senjata dan tanpa suara.
Ini adalah simulasi latihan perang para prajurit Kostrad di hutan lereng Gunung Lawu. Simulasi atau latihan ini sangat penting bagi mereka karena ancaman tetap selalu ada meskipun dalam kondisi damai.
Setting Medan Mendekati Nyata
Komandan Yonif 411/Pandawa/Kostrad, Mayor (inf) Ilham Datu Ramang menyebut, pemilihan hutan di lereng Gunung Lawu itu untuk melatih sekaligus menguji anggotanya.
"Kita lihat sejauh mana kami mampu menjaga kemampuan teknis, taktis dan naluri tempur satuan tingkat unit guna mendukung tugas pokok," katanya.
Tempat latihan yang jauh dari Markas Batalyon dirancang untuk menyesuaikan dengan medan sebenarnya di daerah operasi, dengan wilayah pegunungan, tebing-tebing yang curam dan cuaca dingin menjadi tantangan tersendiri.
"Kemampuan tempur dan kesiapan operasional menjadi fokus utama kami," kata Mayor Ilham.
Menurutnya hal itu sangat penting untuk mengantisipasi panggilan negara sewaktu-wakti. Sebab tugas operasional juga akan makin kompleks.
"Kami laksanakan selama enam hari. Ini selain menguji mental dan fisik anggota, juga menguji kemampuan dan ketrampilan teknis para Komandan Unit saat menerapkan taktik bertempur," katanya
Kondisi medan yang menantang di Lereng Gunung Lawu dipilih untuk mencerminkan situasi operasi sesungguhnya yang mungkin dihadapi oleh prajurit di lapangan.
“Kegiatan ini juga menunjukkan komitmen TNI AD khususnya Kostrad dalam menjaga kesiapan tempur dan profesionalisme prajuritnya, demi menjaga keamanan dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia,” kata Mayor Inf Ilham Abituren Akmil tahun 2006 itu.
Advertisement