Liputan6.com, Jakarta - Kontak batin antara ibu dan anak sering dianggap sebagai salah satu ikatan emosional paling kuat yang ada di dunia ini. Hubungan ini tidak hanya terbentuk secara fisik, tetapi juga melalui ikatan emosional dan batin yang mendalam.
Banyak yang percaya bahwa ikatan ini dimulai sejak dalam kandungan, ketika sang bayi mulai tumbuh di dalam rahim ibunya, merasakan detak jantung, dan menerima nutrisi dari tubuh ibu. Pertama, hubungan batin ini terbentuk secara alami selama kehamilan.
Ketika seorang ibu mengandung, ia merasakan perubahan besar dalam tubuhnya yang langsung berhubungan dengan perkembangan janin. Setiap gerakan bayi, detak jantung, dan perubahan lainnya menciptakan ikatan emosional yang dalam antara ibu dan anak.
Advertisement
Baca Juga
Sang ibu secara intuitif mulai memahami kebutuhan bayi dan mempersiapkan dirinya untuk peran yang lebih besar sebagai pengasuh utama. Kedua, hormon berperan besar dalam memperkuat kontak batin ini.
Selama proses kehamilan dan persalinan, hormon oksitosin, yang sering disebut sebagai hormon cinta, dilepaskan dalam jumlah besar. Hormon ini tidak hanya membantu dalam proses persalinan, tetapi juga memperkuat ikatan emosional antara ibu dan anak.
Oksitosin mendorong rasa kasih sayang dan keinginan untuk merawat anak, memperkuat koneksi batin yang terbentuk sejak dalam rahim. Selain itu, menyusui juga menjadi salah satu faktor penting dalam memperkuat hubungan batin ini.
Saat ibu menyusui, tubuhnya memproduksi oksitosin yang lebih banyak, membantu menciptakan rasa tenang dan damai. Proses menyusui bukan hanya tentang memberi nutrisi fisik, tetapi juga menyediakan kebutuhan emosional bagi bayi.
Melalui kontak fisik yang erat, bayi merasa aman, dicintai, dan dilindungi oleh ibunya, yang memperkuat ikatan batin di antara keduanya. Kontak batin ibu dan anak juga diperkuat oleh respons emosional yang cepat dan tepat dari sang ibu.
Kontak Batin
Seorang ibu yang mampu merespons dengan baik kebutuhan anaknya, baik itu saat anak menangis, lapar, atau merasa tidak nyaman, secara tidak langsung membangun kepercayaan dan rasa aman dalam diri sang anak.
Bayi akan belajar bahwa ibunya adalah sosok yang selalu ada dan siap melindungi, yang kemudian memperkuat hubungan batin yang sudah terbentuk sejak dini.
Pengaruh kontak batin antara ibu dan anak ini bahkan dapat bertahan hingga mereka dewasa. Banyak orang dewasa yang masih merasakan ikatan emosional yang kuat dengan ibu mereka, bahkan ketika mereka sudah mandiri.
Hubungan ini sering kali terlihat dalam bentuk perasaan nyaman saat dekat dengan ibu, serta kemampuan ibu untuk "merasakan" ketika ada sesuatu yang tidak beres dengan anaknya, meskipun mereka berjauhan.
Ikatan batin ini juga dipengaruhi oleh faktor budaya dan tradisi. Di banyak budaya, ibu dianggap sebagai sosok yang memiliki peran utama dalam membentuk karakter dan kepribadian anak.
Tradisi yang mengajarkan pentingnya kasih sayang dan perhatian ibu terhadap anak, serta sebaliknya, turut memperkuat ikatan batin yang ada di antara mereka. Kontak batin ini tidak hanya membawa dampak positif bagi perkembangan emosional anak, tetapi juga memberikan kekuatan bagi ibu dalam menjalani perannya.
Kontak batin antara ibu dan anak merupakan fenomena yang sangat kompleks, yang dibentuk oleh berbagai faktor mulai dari biologis hingga emosional. Ikatan ini tidak hanya penting bagi perkembangan anak, tetapi juga bagi kesejahteraan emosional ibu.
Kekuatan hubungan ini terus berlanjut sepanjang hidup dan menjadi fondasi penting dalam menciptakan ikatan keluarga yang harmonis dan penuh kasih sayang.
Penulis: Belvana Fasya Saad
Advertisement