Sukses

Trauma Masa Kecil menjadi Fase Berbahaya dalam Kehidupan, Begini Penjelasannya

Perasaan trauma dapat tertanam dalam diri mereka, mengakibatkan masalah harga diri, kecemasan, dan bahkan depresi ketika mereka tumbuh dewasa

Liputan6.com, Jakarta - Trauma masa kecil merupakan pengalaman yang dapat membentuk dan mempengaruhi kehidupan seseorang hingga dewasa. Pengalaman ini bisa datang dari berbagai bentuk, mulai dari kekerasan fisik, emosional, pelecehan, penelantaran, hingga kehilangan orang yang dicintai.

Bagi anak-anak, fase ini sangat krusial karena mereka sedang berada dalam masa pertumbuhan dan perkembangan, baik secara fisik maupun psikologis. Ketika seseorang mengalami trauma pada masa kecilnya, dampaknya tidak hanya terbatas pada saat kejadian, tetapi bisa berlanjut hingga dewasa dan mempengaruhi kualitas hidup mereka secara keseluruhan.

Salah satu dampak terbesar dari trauma masa kecil adalah bagaimana hal itu mempengaruhi cara individu memandang dunia dan dirinya sendiri. Anak-anak yang mengalami trauma sering kali mengembangkan persepsi yang salah tentang dirinya.

Mereka mungkin merasa tidak berharga, tidak dicintai, atau merasa dunia ini adalah tempat yang berbahaya. Perasaan-perasaan ini dapat tertanam dalam diri mereka, mengakibatkan masalah harga diri, kecemasan, dan bahkan depresi ketika mereka tumbuh dewasa.

Trauma ini juga bisa mengganggu kemampuan mereka untuk membangun hubungan yang sehat dengan orang lain. Secara biologis, trauma masa kecil dapat mempengaruhi perkembangan otak.

Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang mengalami trauma berat mengalami perubahan dalam struktur otak mereka, terutama di area yang berhubungan dengan emosi dan pengaturan stres.

Hal ini membuat mereka lebih rentan terhadap gangguan kesehatan mental di kemudian hari, seperti gangguan kecemasan, gangguan stres pasca-trauma (PTSD), dan gangguan mood lainnya.

Selain itu, mereka juga lebih mungkin mengalami gangguan fisik, seperti penyakit jantung dan diabetes, yang dipicu oleh stres kronis yang mereka alami sejak kecil.

 

Simak Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kurangi Dampak dan Resiko

Trauma masa kecil juga dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam jangka panjang. Beberapa individu mungkin menunjukkan tanda-tanda perilaku yang merusak, seperti penggunaan narkoba, perilaku agresif, atau kecenderungan untuk menarik diri dari lingkungan sosial.

Ini adalah mekanisme koping yang sering kali digunakan untuk mengatasi rasa sakit emosional yang mereka alami. Sayangnya, perilaku ini dapat membawa dampak negatif lebih lanjut pada kehidupan mereka, baik dalam hal pekerjaan, hubungan, maupun kesehatan mental.

Meskipun dampak trauma masa kecil sangat serius, penting untuk diingat bahwa pemulihan selalu mungkin. Banyak individu yang mengalami trauma masa kecil telah menemukan cara untuk menyembuhkan diri melalui terapi, dukungan sosial, dan pengembangan keterampilan koping yang sehat.

Terapi psikologis, seperti terapi kognitif perilaku (CBT), terapi EMDR, atau terapi berbasis trauma, telah terbukti sangat efektif dalam membantu individu mengatasi dampak trauma masa kecil. Proses pemulihan ini mungkin memakan waktu, tetapi dengan dukungan yang tepat, banyak orang berhasil menjalani hidup yang lebih sehat dan bahagia.

Namun, mencegah trauma masa kecil adalah langkah terbaik yang bisa diambil. Orang tua, pengasuh, dan masyarakat memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi anak-anak.

Dengan memberikan kasih sayang, perhatian, dan stabilitas emosional, kita bisa membantu anak-anak mengembangkan rasa percaya diri yang kuat dan ketahanan emosional.

Pendidikan dan dukungan bagi para orang tua juga penting agar mereka memahami bagaimana memberikan pengasuhan yang penuh kasih tanpa menggunakan kekerasan atau pelecehan. Trauma masa kecil merupakan fase berbahaya dalam kehidupan seseorang yang bisa berdampak panjang jika tidak ditangani dengan tepat.

Namun, dengan kesadaran, dukungan, dan upaya kolektif untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi anak-anak, kita bisa mengurangi risiko dampak negatif ini dan membantu generasi berikutnya tumbuh dengan lebih sehat secara emosional dan fisik.

Penulis: Belvana Fasya Saad

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.