Liputan6.com, Flores Timur - Nasib menyedihkan dialami siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Adonara Timur, Kabupaten Flores Timur, NTT, Yoseph Eban Ola. Ia dikeluarkan pihak sekolah hanya karena masalah sepela.
Keputusan lisan pihak sekolah itu setelah Yosep terlibat keributan kecil dengan seorang temannya. Ironisnya, keputusan sepihak itu sebelum persoalan itu diselesaikan secara internal sekolah.
Ibu kandung Yoseph, Yosefina Dai Suban menuturkan kejadian itu berawal saat Yoseph terlibat perselisihan dengan seorang temannya. Saat itu, Yoseph sempat menampar pipi temannya.
Advertisement
Baca Juga
Perselisihan keduanya berbuntut panjang. Teman Yoseph rupanya melaporkan kejadian itu ke keluarganya hingga melakukan kekerasan fisik terhadap Yoseph di sekolah.
"Saya sangat kecewa, anak saya (Yoseph) dipukul orangtua di depan guru, tapi anak saya yang dikeluarkan," sesal Dai Suban, saat dikonfirmasi, Jumat 23 Agustus 2024.
Setelah kejadian itu, pada Rabu 14 Agustus 2024, pihak sekolah mengeluarkan surat panggilan kepada orangtua Yoseph.
Mendapat surat itu, Kamis 15 Agustus 2024 Dai Suban pun ke sekolah menghadap kepala sekolah. Namun dengan alasan tatib, Yoseph diminta mencari sekolah lain.
"Saya sampai memohon di kepala sekolah agar anak saya jangan dikeluarkan. Saya minta anak saya diberi kesempatan untuk dibina pihak sekolah. Tapi, kepala sekolah tetap kekeh," ungkapnya.
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Menenun Demi Anak
Setelah pertemuannya dengan kepala sekolah, Dai Masan mengaku tak tega menyampaikan keputusan sekolah ke anaknya. Ia takut anaknya bersedih karena masa depannya tak menentu.
Hingga pada Sabtu 17 Agustus 2024, Yoseph yang belum tahu ia dikeluarkan, sempat memakai seragam untuk mengikuti upacara HUT kemerdekaan. Melihat hal itu, ia terpaksa menyampaikan hasil pertemuannya dengan kepala sekolah ke anaknya.
Dengan raut wajah sedih, Yoseph terpaksa membuka kembali seragamnya dan memilih mengurung diri di kamar.
"Selama ini saya berjuang sendiri membiayai sekolahnya, karena suami sudah meninggal dunia. Tolong beri kesempatan untuk anak saya," pintanya.
Untuk menghidupi tujuh anak-anaknya, termasuk biaya sekolah Yoseph, Dai Masan hanya berharap dari penjualan hasil tenun.
Suaminya yang telah lama meninggal membuat ia berjuang sendiri agar anaknya bisa mengenyam pendidikan SMA. Namun, impiannya kini pupus karena anaknya justru dikeluarkan dari sekolah.
"Segala cara saya lakukan, sudah bertemu kepala sekolah dan keluarga siswa yang konflik dengan anak saya, tapi tidak membuahkan hasil," tuturnya.
Kepala SMAN 1 Adonara Timur, Markus Kopong Sanga yang dikonfirmasi, Sabtu 24 Agustus 2024 enggan menanggapi pertanyaan wartawan. Ia bahkan mematikan telepon saat media ini berupaya mewawancarinya terkait persoalan itu.
Advertisement