Sukses

Pengembangan Kawasan Industri dan Tradisi Baru Bernama Banjir

Sejak ada pengembangan kawasan industri di perkampungan Tembesi Tower, Batam, kampung itu sekarang setiap hari akrab dengan banjir.

Liputan6.com, Batam - Sebuah sore di Perkampungan Tembesi Tower, Sagulung Kota Batam yang dikelilingi lahan Proyek pembangunan Industri terlihat bendera merah putih berkibar di setiap Rumah warga di tengah genangi air yang hampir seminggu tak surut surut.

Dwi Handayani, warga Tembesi bercerita penuh keputusasaan. Banjir yang melanda daerah tersebut akibat proyek pembangunan di sekitarnya telah membuat hidupnya dan warga lain menjadi semakin sulit.

"Makanya kalau ditanya soal banjir, saya nangis saja," kata Dwi dengan mata yang berkaca-kaca. 

Setiap kali hujan besar turun, membanjiri rumah-rumah warga. Masalah ini sudah berlangsung dengan durasi lama dan tak ada tanda-tanda akan surut meski tak ada hujan lagi.

"Ya mudah-mudahan ada solusi itu ya," katanya.

Menurutnya, warga sudah mencoba mengadu ke DPRD juga Pemerintah Kota. Tidak ada solusi. Air tetap masuk rumah dan makin ditambah limbah berwarna hitam, mungkin dari kawasan industri.

"Sekarang saya ngungsi, Pak. Tapi kalau hujan besar, banjir masih ngungsi lagi saya," katanya.

Air di rumahnya sudah setinggi lutut, dan yang paling ditakutkannya adalah kemunculan ular yang terbawa arus air.

"Kemarin ini masuk lho ular," kata Dwi.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pejabat Sudah Datang dan Tahun, Yakin Ada Solusi?

Dwi kemudian menceritakan bahwa beberapa pejabat pemerintah sudah datang meninjau situasi di kampungnya. Sudah hampir setahun yang lalu mereka datang, dari DPRD Provinsi, Ombudsman, dan Lurah juga.

"Yang belum datang, Pak Camatnya," katanya.

Dari sekian puluh kunjungan, semua menjanjikan solusi. Namun janji tetaplah janji. Tak ada satupun yang direalisasikan.

Ketua RT 03 RW 16 kampung Tembesi Tower Andi Jamaludin mengatakan situasi ini sangat memprihatinkan.

"Mungkin pemerintah sudah jenuh melihat kami atau malah menungggu kami bosan mengeluh hingga mati nanti,"  kata Andi 

Genangan air bisa mencapai kedalaman setengah meter di beberapa titik. Korbannya ada 25 rumah. Aktivitas terganggu dan anak-anak sering sakit. Gatal-gatal dan diare menjadi masalah keseharian

Menurut Andi, banjir ini disebabkan penutupan saluran air utama oleh perusahaan. Ini dilakukan setelah warga banyak yang menolak menjual rumah dan tanah mereka.

Harapan warga lainya terlontar dari Sukatman mengharapkan mengembalikan kondisi seperti sebelum perusahaan beroperasi di wilayah mereka, di mana banjir tidak pernah menjadi masalah. Mereka hanya ingin hidup normal, tanpa ancaman banjir dan penyakit.

"Pemerintah abai," katanya.

Kepala Dinas Bina Marga Kota Batam, Suhar tak memberikan penjelasan apapun mengenai langkah Pemkot Batam.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini