Sukses

Bima-Mujab Paslon PDIP di Pilbup Tegal 2024: Pasangan Nol Rupiah, Bukan dari Keluarga Politisi

Pasangan muda Bima-Mujab, buktikan politik tanpa mahar masih ada

Liputan6.com, Jakarta - Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Tegal 2024, akhirnya tanpa kotak kosong, setelah Bima Eka Sakti-Syaeful Mujab turut mendaftar sebagai pasangan calon bupati-wakil bupati di KPU, Kamis (29/82024).

Pasangan Bima-Mujab yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) akan melawan pasangan Ischak Maulana Rohman-Akhmad Kholid, yang diusung 12 partai Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus.

Selain masih berusia muda, yang menarik dari pasangan Bima-Mujab adalah keduanya bukan berasal dari keluarga berlatar belakangan politisi. Saat ini Bima masih berusia 32 tahun, sementara Mujab tiga tahun lebih muda, yakni 29 tahun.

Seperti apa sosok mereka?

Pasangan calon Bima Eka Sakti-Syaeful Mujab yang diusung oleh PDIP sendirian, adalah pasangan nol rupiah. Keduanya, diusung tanpa mengeluarkan ‘mahar politik’ sepeser pun.

“Sebagai mahasiswa Ilmu Politik, saat ini saya membuktikan, bahwa politik nol rupiah tanpa mahar dan berbasis ideologi untuk kepentingan rakyat itu masih ada. Kami sama sekali tak mengeluarkan mahar, tak keluar uang sepeser pun untuk mendapat tiket (surat rekomendasi dari partai, red) untuk bisa ikut Pilkada ini,” kata Mujab, setelah mengikuti tes kesehatan di RSUP dr Kariadi Semarang, Minggu (1/9/2024).

Bima yang berlatar belakang seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Pemprov Jateng), bukan berasal dari keluarga politikus. Ia berasal dari keluarga PNS.

 

Simak Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Walau Muda, Berani Keluar dari Zona Nyaman

Ia adalah alumni Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN). Terakhir, Bima bertugas di Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Jateng.

Sementara, Syaeful Mujab berasal dari keluarga miskin, yang mentas dari jerat kemiskinan setelah mendapat beasiswa untuk melanjutkan kuliah di Universitas Indonesia (UI) dan kemudian melanjutkan jenjang S2 Development Studies di London School of Economics and Political Science (LSE), Inggris.

Bima menyatakan, ia memutuskan keluar dari zona nyaman dan mengundurkan diri dari PNS setelah bertekad bulat mengabdikan dirinya untuk masyarakat Kabupaten Tegal, melalui jalur politik. Menurutnya, ini merupakan pintu masuk baginya untuk mewujudkan Kabupaten Tegal yang lebih maju dan sejahtera.

Bima Eka Sakti yang juga punya kesibukan lain sebagai musisi dan pegiat media sosial, mengaku mengenal ideologi Marheinisme sejak 2016. Karena itu, ia berterima kasih mendapat rekomendasi dari PDIP -partai politik dengan ideologi Marhenisme.

Bima pernah bertugas sebagai ajudan saat Ganjar Pranowo menjabat sebagai Gubernur Jateng. Sebagai anak muda, Bima mengaku belajar banyak dari sosok Ganjar.

“Misalnya, program-program digitalisasi yang sangat memudahkan masyarakat untuk mengakses layanan publik dan menyampaikan keluhan, saran, atau masukan. Saya kira banyak perubahan yang harus dibuat di Tegal,” katanya.

3 dari 3 halaman

Memiliki Tekad Kuat

Sementara, Syaeful Mujab adalah pemuda yang berasal dari keluarga miskin. Untuk menghidupi keluarga, ibunya yang seorang single parent menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) atau buruh migran di luar negeri. “Saya memang dekat dengan Ibu dan nenek, makanya saat saya minta doa restu pada Ibu tentang ini, salah satu pesannya ya untuk memperhatikan ibu-ibu dan ibu, karena tentu banyak orang-orang yang bernasib seperti kami dulu,” ujarnya.

Keluarga Mujab kecil dibesarkan oleh keluarga prasejahtera, penerima bantuan langsung tunai (BLT). Saat kecil, Mujab acapkali ikut sang nenek untuk mengantre jatah raskin, juga mengambil BLT di kantor pos.

Mujab adalah penerima bantuan pendidikan sejak SD, serta Bidikmisi saat kuliah di UI. Berasal dari keluarga penerima bantuan sosial pemerintah, mendorong Mujab ingin belajar lebih lanjut tentang pembangunan, dan kebijakan yang berdampak bagi setiap lapisan masyarakat.

“Saya percaya bahwa kebijakan publik, pembangunan, itu akan terdampak positif jika diukur dengan baik, direncanakan dengan baik dan tidak mengabaikan kelompok-kelompok tertentu," tutur co-founder organisasi pemuda Generasi Perintis ini.

Setelah lulus dari SMP Adiwerna, Kabupaten Tegal, keluarga ingin agar Mujab meneruskan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Namun, Mujab bertekad masuk SMA untuk kemudian melanjutkan kuliah dengan membidik jalur beasiswa.

Diterima di kampus bergengsi, di Manajemen Kebijakan Publik di Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (UI), Mujab memilih berkuliah di UI. Selama kuliah, Mujab yang aktif di organisasi, hingga menjabat sebagai Ketua BEM UI.

Selain aktif di organisasi kampus, Mujab juga berkegiatan di luar kampus untuk memperluas jejaringnya. Mujab merupakan pemenang pemilihan Abang-None Jakarta pada tahun 2018.

Setelah melalui kehidupan yang tak mudah, kini Mujab bertekad ingin mengabdikan diri kepada masyarakat Kabupaten Tegal melalui jalur politik. Ia sadar, hajat hidup orang banyak, termasuk bantuan untuk orang miskin seperti semasa ia kecil dulu, ditentukan kebijakan politik.

"Saya bertekad bisa lebih berkontribusi untuk mengangkat orang-orang miskin lainnya, yang mungkin tidak seberuntung saya, atau mungkin berada di kondisi saya di masa lalu, untuk bisa punya kehidupan yang lebih baik lewat kebijakan dan pembangunan yang baik,” tutur stafsus Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, ini.

Penulis: Nugroho Purbo

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.