Liputan6.com, Yogyakarta - Nama Shalsadilla Nadya Prameswary (21), menggaung saat Universitas Gadjah Mada (UGM) menggelar wisuda untuk 3.627 lulusan program Sarjana dan Sarjana Terapan UGM, Rabu (28/8/2024). Bukan tanpa sebab, Shalsadilla menjadi lulusan terbaik dengan IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) yang nyaris sempurna, yaitu IPK 3,93.
Atas IPK tersebut Shalsadilla didapuk menjadi wisudawan terbaik FEB UGM periode IV Tahun Akademik 2023/2024 Program Studi Manajemen, Program International Undergraduate Program (IUP), Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Gadjah Mada (FEB UGM).
Shalsadilla lulus S1 dalam waktu 3 Tahun 10 Bulan di tengah padatnya jadwal kuliah yang dijalankan melalui program dual degree di FEB UGM dan University of Groningen dengan mengambil jurusan International Business.
Advertisement
"Menurut saya hal terbaik yang saya dapatkan di perkuliahan selain ilmu adalah teman, komunitas, dan network. Saya selalu memprioritaskan akademik, namun tidak mengesampingkan kegiatan di luar perkuliahan seperti organisasi, event, dan lomba,” ujarnya saat dihubungi, Selasa (3/9/2024).
Shalsadilla yang sibuk dengan kegiatan kuliah tetap aktif dalam berbagai kegiatan seperti di Ikatan Keluarga Mahasiswa Manajemen (IKAMMA) FEB UGM, Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) PT UGM, dan PPI Groningen.
Ia pun sempat magang di Nike European Headquarters, Belanda dan 180 Degrees Consulting UGM, juga menjadi volunteer berbagai kegiatan kemahasiswaan di kampus.
Kegiatannya yang padat Shalsa tetap memprioritaskan studinya dan belajar secara efisien. Ia mengaku mempunyai prinsip belajar sendiri selama ini.
"Prinsip utama saya dalam belajar itu harus efisien. Artinya usaha dan waktu yang dialokasikan untuk belajar itu tepat sasaran," terang wisudawan terbaik FEB UGM itu.
Prinsip belajar efisien yang dimaksud Shalsa adalah mengenali gaya belajar terlebih dahulu yang sesuai dengan diri masing-masing. Apakah metode belajar yang cocok adalah belajar mandiri, kelompok, banyak membaca atau banyak mendengar, tentunya akan berbeda-beda pada setiap orang.
Lalu memahami tingkat kesulitan setiap mata kuliahnya sejak awal semester. Setelah itu berusaha untuk aktif di kelas dan jangan ragu untuk bertanya jika belum memahami apa yang disampaikan oleh dosen.
Bukan Perkara Mudah
Prestasi yang dicapainya ini tidak mulus tetapi ia juga pernah mengalami kesulitan dalam membangun kepercayaan diri di kelas untuk beropini dan bertanya. Namun, ia berhasil untuk melawan rasa tidak percaya dirinya itu.
"Saya rasa dedikasi, ketegaran, dan dukungan keluarga saya untuk belajar adalah hal yang menguatkan saya selama perjalanan perkuliahan," katanya.
Hasil dari kepercayaan diri ini ia menyabet berbagai penghargaan Awardee Consulting Fellowship Program by McKinsey (2024), Awardee NUS Business School Summer Program (2024), 1st Winner Ganesha Business Festival International Mini Case Competition (2023), 2nd Runner Up IESC Summit Business Case Competition (2022), dan 1st Winner Mini Case Challenge Branding Competition(2022).
Baginya pencapaian yang dilampauinya saat ini tidak lepas dari nilai-nilai yang ditanamkan FEB UGM, salah satunya terkait kebebasan akademik. Nilai kebebasan akademik tersebut mendukungnya untuk terus bereksplorasi.
"Poin tersebut mendukung saya untuk terus bereksplorasi dan be curious. Rasa penasaran akan sesuatu yang baru itu penting karena saya rasa hal tersebut berperan sebagai pintu awal pembelajaran," katanya menambahkan.
Advertisement