Sukses

Simbolisme Sakral dalam Sesaji Wiwitan, dari Tumpeng hingga Daun Kluwih

Tradisi wiwitan adalah upacara adat masyarakat Jawa yang digelar sebelum masa panen padi tiba. Upacara adat ini sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan dan penghormatan kepada Dewi Sri atau Dewi Padi.

Liputan6.com, Yogyakarta - Masyarakat Jawa melahirkan kekayaan tradisi dan budaya yang luar biasa beragam. Nilai-nilai luhur, kesenian yang mendalam, serta filosofi hidup yang unik, menjadikan budaya Jawa sebagai salah satu warisan budaya Indonesia yang paling kaya.

Menariknya, aneka tradisi dan budaya masyarakat Jawa terus dilestarikan hingga saat ini. Salah satu tradisi masyarakat Jawa yang masih dilestarikan hingga saat ini adalah sesaji dalam tradisi wiwitan.

Tradisi wiwitan adalah upacara adat masyarakat Jawa yang digelar sebelum masa panen padi tiba. Upacara adat ini sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan dan penghormatan kepada Dewi Sri atau Dewi Padi.

Salah satu bagian panting dalam tradisi wiwitan adalah kehadiran sesaji. Dalam diskusi bertajuk Taman Sesaji yang berlangsung di Kedai Kopi Wawasima, Bantul, Yogyakarta, pegiat budaya Jawa, Hangno Hartono menyebut sesaji bukan hanya pelengkap dalam upacara adat wiwitan, namun juga menjadi bagian penting.

Pakar tradisi Jawa, Ki Supriadi Sapta Atmaja menjelaskan makna filosofis dan keilmuan yang terkandung di balik sesaji dalam upacara wiwitan.

"Sesaji melibatkan banyak disiplin ilmu dan memiliki makna filosofi yang mendalam tentang kehidupan manusia, termasuk pranata mangsa, perhitungan neptu, pawukon, serta pembacaan karya sastra," kata Ki Supriadi Sapta Atmaja.

Setiap komponen sesaji memiliki makna filosofis yang mendalam, mulai dari tumpeng hingga daun-daun yang memiliki khasiat tertentu. Uborampe sesaji iwitan meliputi tumpeng robyong yang menyimbolkan harapan, kemakmuran, dan kesejahteraan.

Sebagai pendamping nasi tupeng, ingkung atau ayam ayam yang disajikan secara utuh sebagai simbol permohonan dan doa yang tulus pada Tuhan YME. Tidak lupa sambal gepeng sebagai simbol harapan, bubur sengkala sebagai simbol tolak bala, dan jajan pasar sebagai simbol keharmonisan dan nilai-nilai gotong royong.

Sesaji dalam tradisi wiwitan juga dilengkapi cok bakal sebagai simbol untuk mendapatkan keselamatan, keberkahan, dan terhindar dari malapetaka.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini