Sukses

Elektrifikasi Pertanian Dorong Petani Bantul Manfaatkan Teknologi Informasi

Pemanfaatan teknologi informasi seperti dilakukan Anto Harmoko, petani dari Dusun Samiran, Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek. Di lahan seluas 300 meter persegi, Anto memanfaatkan Google Assistant untuk menghidupkan dan mematikan saklar mesin pompa siramnya.

Liputan6.com, Yogyakarta - Masuknya listrik serentak pada area pertanian (Elektrifikasi Pertanian) di lahan pasir pesisir selatan Bantul DIY sejak 2022 mendorong petani menggunakan teknologi informasi dalam pola perawatan tanaman. Pemanfaatan teknologi informasi bisa dilakukan karena petani Bantul bisa melakukan penghematan biaya perawatan. Pemanfaatan teknologi informasi seperti dilakukan Anto Harmoko, petani dari Dusun Samiran, Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek. Di lahan seluas 300 meter persegi, Anto memanfaatkan Google Assistant untuk menghidupkan dan mematikan saklar mesin pompa siramnya.

Ditemui pada Kamis (5/9/2024), Anto yang merupakan anggota Polsek Kretek ini menceritakan pemanfaatan teknologi informasi ini sudah diterapkan sejak akhir 2022 sebagai pengganti mesin penyedot air berbahan bakar minyak non subsidi. “Teknologi ini memungkinkan penyiraman dilakukan menyeluruh dengan bantuan Google Assistant, yang menghubungkan berbagai perangkat elektronik untuk menyirami tanaman secara efisien. Perintah penyiraman bisa diberikan dari mana saja,” jelasnya.

Ide pemanfaatan teknologi informasi ini berawal dari keterbatasan merawat tanaman di tengah bertugas sebagai anggota Polri. Sehingga di sela-sela pekerjaan, dirinya bisa tetap merawat lahan yang sekarang ditanami cabai, yang sebelumnya ditanami tanaman bawang merah. Baginya penggunaan teknologi informasi ini sangat membantu dan meringankan pekerjaannya. Sistem ini juga menghemat biaya produksi dan tenaga. Disebutnya, kehadiran elektrifikasi di lahan pertanian menjadi biaya perawatan tanaman turun hingga 80 persen.

Sebelumnya, dalam proses penyiraman tanaman, Anto harus secara manual dengan menggunakan mesin berbahan bakar minyak. Penyiraman dilakukan dua kali, pagi dan malam hari. “Pola penyiraman tetap dua kali, pagi untuk menghilangkan embun dan malam hari sekitar pukul 21.00 WIB untuk menghalau serangan hama tanaman. Dulu kalau malam, mesin penyedot saya tinggal sampai mati sendiri kehabisan bahan bakar,” ungkapnya.

Belajar otodidak dalam pemanfaatan teknologi informasi ini, Anto yang tergabung dalam Gapoktan Ngudi Makmur Samiran berharap apa yang dilakukannya ini menjadi daya tarik generasi milenial terjun di pertanian. Menurutnya saat ini dunia pertanian banyak dilakukan para tenaga-tenaga sepuh yang seharusnya purna. "Perkembangan teknologi sangat pesat, dan saya ingin memanfaatkannya untuk meningkatkan efisiensi serta menarik generasi muda ke bidang pertanian," tambahnya.

Secara keseluruhan, pengadaan peralatan yang digunakan di lahannya dimana mencakup smart plug, smart breaker, sprinkle air, pipa, modem internet, dan CCTV, dengan menghabiskan Rp3 juta. Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Bantul, Joko Waluyo mengatakan sejak diadaptasi dari Banyuwangi, program elektrifikasi yang diterapkan pada lahan-lahan susah irigasi di Bumi Projotamansari mencapai 3000-an titik. “Tahun lalu ada penambahan sekitar 50 titik, dan tahun ini kita penganggaran APBD akan ada 370 titik lagi yang targetkan elektrifikasi,” ujarnya.

Program elektrifikasi digagas Pemkab Bantul untuk menekan harga komoditas produk hortikultura di pasaran. Dengan elektrifikasi, petani bisa menanam komoditas di luar musim sehingga mampu memenuhi kebutuhan pasar setiap bulannya. Tak hanya pada lahan pertanian pasir di pesisir selatan, elektrifikasi juga digiatkan di area pertanian yang berada di perbukitan Kecamatan Imogiri sebelah timur, Pundong, Pleret, Pajangan dan Piyungan. Selain komoditas hortikultura, elektrifikasi juga dikembangkan pada komoditas tembakau.