Sukses

Kain Tenun Gringsing, Kain Tradisional Khas Karangasem yang Penuh Makna

Seperti kain tenun pada umumnya, kain tenun gringsing juga memiliki keistimewaan tersendiri, yakni pada teknik pembuatannya. Kain ini menjadi satu-satunya kain tenun yang dibuat dengan teknik dobel ikat di Indonesia.

Liputan6.com, Bali - Kain tenun gringsing merupakan seni kreatif khas Desa Wisata Tenganan Pegringsingan, Kabupaten Karangasem, Bali. Kain tradisional ini merupakan salah satu warisan budaya kuno Bali yang masih terus dipertahankan hingga kini

Seperti kain tenun pada umumnya, kain tenun gringsing juga memiliki keistimewaan tersendiri, yakni pada teknik pembuatannya. Kain ini menjadi satu-satunya kain tenun yang dibuat dengan teknik dobel ikat di Indonesia.

Mengutip dari kemenparekraf.go.id, proses pembuatan kain tenun ini dikenal cukup rumit, sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama. Proses penenunannya membutuhkan sekitar dua bulan, sedangkan untuk motif ikat ganda bisa memakan waktu lebih lama hingga 2-5 tahun.

Dibuat sepenuhnya secara manual tanpa mesin, kain tenun gringsing juga menggunakan bahan alami dari minyak kemiri sebagai pewarna. Hal ini membuat warna dan motif kain tenun gringsing menjadi lebih pekat dan tahan lama.

Bahkan, untuk menghasilkan warna yang nyata pada motif tenun ini dibutuhkan waktu lebih dari tiga bulan. Proses pewarnaan juga dilakukan berulang agar warna yang didapatkan sempurna dan sesuai pakem yang telah ditentukan secara turun-temurun. Proses pewarnaan tersebut juga dilakukan untuk menjaga serta melindungi keaslian dan nilai ritual kain tenun gringsing.

Setiap motif kain tenun gringsing juga memiliki nilai dan makna tersendiri yang melambangkan keseimbangan antar manusia, manusia dengan alam, serta manusia dengan Tuhan. Konon, kain tenun gringsing berasal dari kata 'gring' yang berarti sakit dan 'sing' berarti tidak.

Secara harfiah, kain tenun gringsing diartikan sebagai 'tidak sakit'. Sesuai namanya, kain ini kemudian digunakan sebagai penolak bala untuk pengusir penyakit.

Kain tenun asal Karangasem ini juga dipercaya sebagai pelindung. Tak heran jika kain tenun gringsing juga kerap digunakan masyarakat Bali dalam upacara pernikahan atau upacara keagamaan lainnya

Setiap motif kain tenun gringsing memiliki makna mendalam yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat Bali. Sebut saja motif lubeng dengan ciri khas kalajengking yang sering digunakan sebagai busana adat dalam upacara keagamaan.

Selain itu, ada juga motif sanan empeg yang identik dengan kotak poleng merah hitam. Adapun motif cecempakaan yang dikenal dengan motif bunga cempaka sering digunakan sebagai busana adat dalam upacara keagamaan. Motif-motif lainnya lebih beragam dan ada yang menggunakan tokoh pewayangan.

Terkait pewarnaan kain tenun gringsing juga memiliki makna tersendiri. Secara umum, kain tenun gringsing memiliki tiga warna yang disebut dengan Tridatu, yaitu merah, kuning, dan hitam.

Warna merah berasal dari akar mengkudu yang melambangkan api sebagai panas bumi sumber energi dan kehidupan di bumi. Adapun warna kuning dari campuran minyak kemiri melambangkan angin atau oksigen dalam setiap kehidupan manusia.

Selanjutnya, warna hitam yang berasal dari pohon taum melambangkan air pemberi penghidupan bagi seluruh makhluk di bumi. Kain tenun gringsing bisa digunakan sebagai selendang atau senteng (wanita) maupun sebagai ikat (pria).

 

Penulis: Resla