Liputan6.com, Kutai Kartanegara - Survei keanekaragaman hayati yang dilakukan peneliti kelautan dari Universitas Mulawarman, Muchlis Efendi, menemukan ekosistem pesisir di Kutai Kartanegara yang lengkap. Lebih unik lagi, lokasinya berada di sebuah pelabuhan bongkar muat atau shiploader batu bara milik PT Indominco Mandiri.
Survei yang dilakukan sejak tahun 2021 di Desa Santan Ilir, Kecamatan Marangkayu, Kabupaten Kutai Kartanegara itu menemukan ekosistem pesisir yang kompleks serta dalam kondisi baik. Mulai dari hutan mangrove, terumbu karang, hingga padang lamun.
Selain menemukan 12 titik terumbu karang sehat, Muchlis juga menemukan 5 titik padang lamun dengan luasan berbeda. 3 titik padang lamun berada di area kerja, sisanya berada di luar namun tetap menjadi bagian penting dari ekosistem pesisir di tempat itu.
Advertisement
Baca Juga
“Keberadaan padang lamun atau sea grass tersebar hampir di seluruh daerah pasang surut kawasan pesisir operasional PT Indominco Mandiri. Terlihat padang lamun tumbuh pada berbagai kondisi yang berbeda,” kata Muchlis kepada liputan6.com, Senin (2/9/2024).
Berdasarkan pengamatan langsung, Muchlis dan kawan-kawan yang meneliti kawasan itu, menemukan ragam jenis lamun. Ini membuktikan keanekaragaman hayati di pesisir Kabupaten Kutai Kartanegara cukup beragam.
“Berdasar hasil identifikasi awal jenis lamun pada seluruh titik survei yang terlihat adalah dari genus Cymodocea, Enhalus, Halophila, Shryngodium dan Thalassia,” sebutnya.
Dosen di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman ini menyebut kawasan pesisir Kecamatan Marangkayu, Kabupaten Kutai Kartanegara cukup lengkap. Sehingga memiliki daya dukung yang baik sebagai sebuah ekosistem yang baik.
“Keberadaan pelabuhan bongkar muat batu bara dengan aktivitas yang padat tidak mempengaruhi ekosistem ini, bahkan padang lamun juga terjaga dengan baik,” katanya.
Sumber Daya Perikanan
Padang lamun merupakan bagian yang tak terpisahkan dari ekosistem pesisir. Tumbuhan yang tumbuh di wilayah pasang surut air laut ini menjadi daya dukung ekosistem terumbu karang.
Pada 2024 ini, Muchlis Efendi bersama tim peneliti lainnya fokus pada analisis terkait temuan terumbu karang, padang lamun, serta hutan mangrove di Desa Santan Ilir, Kecamatan Marangkayu, Kabupaten Kutai Kartanegara itu. Ekosistem lamun mampu menyimpan karbon sehingga menjadi bagian mitigasi perubahan iklim.
“Sayangnya padang lamun belum menjadi isu publik ketimbang hutan di daratan jika terkait penyerapan karbon. Padahal peranannya dalam misi mengurangi efek rumah kaca dan perubahan iklim global juga tidak kalah penting,” kata Muchlis.
Meski demikian, sebagai sebuah daya dukung kawasan, padang lamun menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan nelayan di wilayah pesisir. Padang lamun yang baik, akan membantu terumbu karang untuk tumbuh dan berkembang sehingga berdampak pada biota laut lainnya.
“Sumberdaya perikanan yang umum dimanfaatkan pada daerah hutan mangrove, padang lamun dan terumbu karang berupa crustacea, bivalvia maupun ikan,” papar Muchlis.
Advertisement
Karbon Biru
Blue Carbon Specialist dari Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) Aji Wahyu Anggoro menyebut ekosistem pesisir didominasi oleh tiga ekosistem utama. Ketiganya yaitu mangrove, lamun, dan terumbu karang.
Yayasan ini juga menjadikan mangrove dan terumbu karang sudah menjadi fokus pengerjaan melalui strategi Ketahanan Kawasan Pesisir dan Perlindungan Kawasan Perairan.
“Pada intinya, ketiga ekosistem tersebut saling mendukung dan membutuhkan,” kata Aji.
Dia menjelaskan, mangrove dan lamun menjadi tempat perlindungan (nursery ground), mencari makan (feeding ground), dan tempat berkembang biak (spawning ground) bagi berbagai biota laut sebelum mereka kembali ke terumbu karang.
“Sehingga, jika ekosistem mangrove dan lamun rusak atau hilang, dapat berdampak pada kesehatan terumbu karang, dan berpengaruh kepada biodiversitas perairan,” paparnya.
Padang lamun bukan tanpa ancaman dan ancaman terbesar adalah aktivitas manusia. Ancaman lamun yang paling utama adalah perubahan iklim, limpasan pertanian dan industri, pembangunan pesisir, hingga turisme yang masif.
“Hal ini dapat berpengaruh kepada ekosistem lamun, baik secara fisik maupun akibat perubahan kualitas perairan,” sambungnya.
Seberapa besar lamun dan ekosistem pesisir mampu menyerap karbon, Aji menyebut saat ini masih pada tahap penelitian. Saat ini, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sedang menjajaki penelitian terkait lamun.
“YKAN sebagai mitra pemerintah, sedang mengumpulkan data terkait luasan lamun, tutupan lamun, seberapa besar serapan emisi oleh lamun, dan sebagainya. Meski begitu, data-data tersebut masih perlu divalidasi lebih lanjut,” sebutnya.