Liputan6.com, Samarinda - Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Samarinda 2024 telah memasuki babak baru dengan hanya menyisakan satu pasangan calon, Andi Harun dan Saefudin Zuhri, melawan kotak kosong. Fenomena ini menarik untuk dikaji dari berbagai perspektif politik, karena mencerminkan dinamika unik dalam demokrasi lokal di Indonesia.
Sebagai seorang yang belum mendalami politik, saya ingin memberikan pandangan bahwa Pilkada melawan kotak kosong bukan sekadar anomali politik, melainkan juga refleksi dari berbagai faktor yang memengaruhi demokrasi di tingkat daerah. Pilkada dengan hanya satu pasangan calon sering kali dianggap sebagai tantangan bagi prinsip-prinsip demokrasi, di mana esensi dari demokrasi adalah adanya pilihan yang beragam bagi masyarakat.
Ketika Pilkada hanya menyisakan satu calon melawan kotak kosong, proses pemilihan ini bisa tampak seperti formalitas belaka, tanpa menawarkan opsi nyata bagi pemilih. Namun, dalam konteks Samarinda, kita harus memahami bahwa kondisi ini juga merupakan refleksi dari dinamika politik lokal.
Advertisement
Hampir seluruh partai politik yang memiliki kursi di DPRD Samarinda telah menyatakan dukungan kepada pasangan Andi Harun dan Saefudin Zuhri. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat konsensus kuat di antara partai-partai politik tentang siapa yang paling layak memimpin Samarinda ke depan.
Oleh karena itu, alih-alih melihatnya sebagai kemunduran demokrasi, ini bisa dilihat sebagai bentuk kematangan politik, di mana partai-partai dapat bersatu untuk mendukung kandidat yang mereka anggap paling mampu. Fenomena melawan kotak kosong juga tidak bisa dilepaskan dari kinerja petahana selama masa jabatannya.
Prestasi Andi Harun dalam menanggulangi banjir, meningkatkan infrastruktur, melakukan reformasi birokrasi, hingga mengembangkan sektor ekonomi lokal dan pariwisata, telah menjadi bukti nyata kepemimpinannya. Masyarakat melihat langsung dampak positif dari program-program yang diusungnya, sehingga dukungan terhadap pasangan ini menjadi sangat kuat.
Dari perspektif ini, Pilkada melawan kotak kosong mencerminkan kepercayaan publik terhadap figur petahana. Dalam demokrasi, dukungan luas terhadap satu calon bisa dipandang sebagai bentuk pengakuan atas keberhasilan dan kepercayaan yang telah dibangun selama ini.
Meski begitu, situasi ini tetap menuntut kehati-hatian karena dominasi satu calon juga bisa menimbulkan risiko oligarki politik, di mana kekuasaan terkonsentrasi pada kelompok tertentu. Dalam beberapa tahun terakhir, Samarinda telah mengalami transformasi yang signifikan di bawah kepemimpinan Andi Harun.
Dalam pandangan orang biasa, saya melihat keberhasilan ini sebagai hasil dari pendekatan yang sangat inovatif dan progresif terhadap pemerintahan lokal yang diterapkan oleh Andi Harun. Dirinya tidak hanya menerapkan strategi-strategi konvensional, tetapi juga berani keluar dari zona nyaman dengan mengadopsi ide-ide baru yang lebih adaptif dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat.
Salah satu inovasi utama yang menjadi sorotan adalah upaya revitalisasi infrastruktur kota yang terintegrasi dengan program keberlanjutan lingkungan. Andi Harun berhasil mengurangi dampak banjir yang menjadi masalah kronis di Samarinda dengan membangun sistem drainase yang lebih efisien, sekaligus mengedukasi masyarakat untuk lebih sadar lingkungan melalui program penghijauan kota. Pendekatan ini menunjukkan bahwa pembangunan fisik kota dapat berjalan beriringan dengan pelestarian lingkungan.
Di sisi lain, Andi Harun juga telah berhasil memanfaatkan teknologi digital untuk meningkatkan transparansi dan efisiensi pelayanan publik. Program "Samarinda Smart City" adalah contoh nyata dari bagaimana teknologi digunakan untuk mendekatkan pemerintah dengan masyarakat.
Aplikasi layanan publik yang diluncurkan memungkinkan warga untuk melaporkan masalah, mengakses informasi, dan mendapatkan pelayanan dengan cepat dan mudah. Inisiatif ini tidak hanya meningkatkan kepercayaan publik terhadap pemerintah, tetapi juga menciptakan rasa kepemilikan bersama atas pembangunan kota.
Â
Bukti Keberhasilan
Secara keseluruhan, keberhasilan Wali Kota Andi Harun dalam memimpin Samarinda adalah bukti bahwa kepemimpinan yang berfokus pada inovasi, keterbukaan, dan partisipasi publik dapat membawa perubahan nyata bagi sebuah kota. Samarinda kini tidak hanya berkembang dari segi fisik, tetapi juga tumbuh menjadi kota yang lebih cerdas, inklusif, dan berkelanjutan.
Namun, satu hal yang perlu ditekankan adalah pentingnya edukasi politik dan partisipasi masyarakat dalam Pilkada melawan kotak kosong. Meskipun hanya ada satu pasangan calon, masyarakat tetap memiliki hak untuk memilih atau bahkan tidak memilih (dengan memilih kotak kosong) sebagai bentuk partisipasi politik yang sah. Dalam kondisi ini, kotak kosong menjadi simbol perlawanan bagi mereka yang merasa tidak terwakili oleh calon tunggal yang ada.
Edukasi politik harus difokuskan pada pentingnya pemahaman masyarakat bahwa pilihan mereka tetap berharga. Pemilihan kepala daerah tunggal bukan berarti masyarakat harus menerima begitu saja tanpa pertimbangan kritis. Justru, ini saatnya untuk mendorong diskusi publik yang lebih intens, mengevaluasi program-program yang telah dijalankan, dan menilai janji-janji yang ditawarkan untuk periode selanjutnya.
Dari sudut pandang saya sebagai seorang yang rabun politik, fenomena Pilkada melawan kotak kosong ini juga menunjukkan kebutuhan untuk merevisi regulasi dan sistem pemilu agar lebih mendorong persaingan yang sehat. Regulasi saat ini, yang memungkinkan satu pasangan calon untuk bertarung melawan kotak kosong, bisa dipertimbangkan ulang untuk memastikan bahwa proses demokrasi memberikan ruang yang lebih luas bagi para kandidat dan partai politik lainnya.
Dalam jangka panjang, regulasi yang lebih inklusif dapat membantu memperkuat kualitas demokrasi lokal dengan memastikan bahwa selalu ada lebih dari satu pilihan bagi masyarakat. Hal ini juga dapat mengurangi risiko dominasi politik oleh kelompok tertentu dan mendorong partisipasi politik yang lebih aktif dari berbagai kalangan.
Sebagai seorang rakyat biasa, saya melihat Pilkada melawan kotak kosong di Samarinda sebagai cerminan dari kompleksitas politik lokal yang memerlukan pendekatan lebih bijaksana. Ini bukan hanya tentang keberhasilan petahana atau dominasi satu kelompok politik, tetapi juga tentang bagaimana kita memaknai demokrasi dalam konteks lokal yang dinamis dan beragam.
Di satu sisi, ini menjadi tantangan bagi demokrasi untuk tetap hidup dan relevan di mata masyarakat. Di sisi lain, ini adalah peluang bagi calon tunggal dan partai politik pendukung untuk menunjukkan bahwa mereka memang layak dipercaya, dengan program-program yang konkret dan terukur untuk kemajuan Samarinda.
Dalam konteks Pilkada Samarinda 2024, pasangan Andi Harun dan Saefudin Zuhri memiliki kesempatan besar untuk melanjutkan program pembangunan yang telah dimulai. Namun, mereka juga harus peka terhadap aspirasi dan kritik masyarakat yang mungkin belum sepenuhnya terakomodasi. Mereka harus membuktikan bahwa dukungan yang luas ini adalah hasil dari kinerja yang baik dan kepercayaan yang telah dibangun, bukan sekadar hasil dari minimnya alternatif pilihan.
Pada akhirnya, Pilkada melawan kotak kosong di Samarinda harus dilihat sebagai cermin dari kepercayaan publik sekaligus tantangan untuk memperkuat demokrasi lokal. Kita harus selalu ingat bahwa demokrasi sejati tidak hanya tentang siapa yang menang, tetapi juga tentang bagaimana proses politik itu sendiri mencerminkan aspirasi dan kehendak rakyat secara keseluruhan.
Â
Penulis:Â Ahmad Syahir Idris (Mahasiswa MIP Universitas Mulawarman)
Advertisement