Sukses

Penyelamatan Dramatis Pemuda yang Terjebak di Delta Sungai di Banyumas

Nahasnya, dia justru terjebak di delta sungai karena sungai banjir. Arus sudah terlalu deras sehingga membahayakan keselamatannya

Liputan6.com, Jakarta - Seorang pemuda dilaporkan terjebak di delta Sungai Kawung, Desa Banjaranyar, Kecamatan Pekuncen, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Minggu (8/9/2024).

Survivor adalah Agus Nurdias (29 th) warga RT 01 RW 01, Desa Banjaranyar, Pekuncen.

Semula, Agus hendak pergi ke sawah sekitar pukul 14.30 WIB. Namun, lantaran hujan deras, dia bermaksud kembali ke rumah.

Nahasnya, dia justru terjebak di delta sungai karena sungai banjir. Arus sudah terlalu deras sehingga membahayakan keselamatannya.

Beruntung, kondisi Agus yang terjebak ini diketahui oleh warga yang lantas melaporkan hingga akhirnya diteruskan ke Basarnas Kantor SAR Cilacap.

Mendapatkan laporan itu, Kepala Kantor SAR Cilacap, M Abdullah mengirimkan 2 tim rescuer pada pukul 18.40 Wib. Dua tim penolong tersebut dari Kantor SAR Cilacap dan USS Banyumas.

“Setibanya di lokasi, tim kemudian melakukan assesment serta penyiapan peralatan. Metode pencarian yang di gunakan terhadap survivor yaitu dengan cara rope access menggunakan teknik tyrolean dari bantaran sungai menuju survivor di delta sungai," kata Abdullah.

Usai proses yang menegangkan, baru pada pukul 19.55 WIB Agus berhasil dievakuasi dalam keadaan selamat dan langsung diantar ke rumah.

"Dengan berhasilnya survivor dievakuasi, maka secara resmi Operasi SAR dinyatakan selesai. Seluruh unsur SAR yang terlibat dikembalikan ke kesatuannya masing-masing dengan ucapan terima kasih," ucapnya.

 

Simak Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Banjir di Banyumas

Sementara, hujan deras yang terjadi sejak siang hingga malam hari ini membuat debit sejumlah sungai di Banyumas meningkat. Bahkan, ada pula yang meluap, seperti halnya Sungai Dondong atau Kali Dondong di Desa Pandansari, Kecamatan Ajibarang.

Akibatnya luapan air sungai yang membelah permukiman dan perkebunan ladang warga itu menggenangi sejumlah rumah di Grumbul Curugawu Lor dan Grumbul Kanoman. 

Belum diketahui secara pasti jumlah rumah yang terdampak banjir akibat luapan sungai di dua lokasi tersebut. 

Sebelumnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat untuk mewaspadai cuaca ekstrem yang berpotensi terjadi di sejumlah wilayah Jawa Tengah pada 8-9 September 2024.

"Dinamika atmosfer saat ini menunjukkan bahwa MJO (Madden Julian Oscillation) sedang aktif di wilayah Indonesia," kata Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo di Cilacap, Sabtu, dikutip Antara.

Dalam hal ini, kata dia, MJO aktivitas intra seasonal di wilayah tropis yang dapat dikenali berupa pergerakan aktivitas konveksi yang bergerak ke arah timur dari Samudra Hindia ke Samudra Pasifik yang biasanya muncul setiap 30 sampai 40 hari.

Menurut dia, MJO yang saat ini berada pada fase 4 berkontribusi terhadap proses pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia.

3 dari 3 halaman

MJO dan Labilitas Lokal

Selain MJO, kata dia, labilitas lokal kuat yang mendukung proses konvektif pada skala lokal teramati di Jawa Tengah.

"Kondisi tersebut menyebabkan peningkatan potensi cuaca ekstrem berupa hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai petir dan angin kencang di beberapa wilayah Jawa Tengah pada tanggal 8-9 September," katanya.

Lebih lanjut, dia mengatakan berdasarkan data yang dirilis Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang, wilayah Jateng yang berpotensi terjadi cuaca ekstrem pada hari Ahad (8/9) meliputi Kabupaten Banjarnegara, Wonosobo, Batang, Kendal, Pekalongan, Temanggung, Magelang, Sragen, Grobogan, dan sekitarnya.

Sementara pada hari Senin (9/9), kata dia, cuaca ekstrem berpotensi terjadi di Kabupaten Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Batang, Pekalongan, dan sekitarnya.

"Kami mengimbau masyarakat agar tetap waspada terhadap kenaikan temperatur serta kemudahan kebakaran lahan dan hutan serta waspada potensi cuaca ekstrem pada 8-9 September yang berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi berupa banjir, puting beliung, pohon tumbang, dan sambaran petir terutama untuk masyarakat yang berada dan tinggal di wilayah rawan bencana hidrometeorologi," kata Teguh.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.