Liputan6.com, Denpasar - Suporter adalah sebutan untuk para pendukung klub sepak bola, suporter akan terus memberikan dukungan dan bernyanyi kepada tim yang mereka dukung ketika tengah bertanding. Namun, siapa sangka suporter yang juga banyak membentuk komunitas-komunitas itu sering menjadi sasaran penyebaran hoaks. Salah satunya adalah komunitas suporter mereka sering diklaim memberikan dukungan kepada salah satu pasangan calon pemimpin kepala daerah.
Hal itu disampaikan oleh Ketua The Jakmania Sukoharjo, Adhimas Setyawan. Ia bercerita bahwa penyebaran hoaks tentang komunitas dan politik selalu berkaitan lantaran tak sedikit para calon kepala kepala daerah selalu memanfaatkan suara-suara dari komunitas suporter untuk mendukung aktivitas politik mereka. "Saya dan teman-teman ada grup dan biasanya kami mencoba kroscek berita-berita yang beredar tentang pemilu atau Pilkada, khususnya yang menyangkut tentang kami. Karena kami sering sekali jadi korban hoaks," kata Adhimas kepada Liputan6.com di Sukoharjo, Kamis (12/9/2024).
Advertisement
Baca Juga
Dalam kegiatan Cek Fakta yang digelar Liputan6.com menggandeng komunitas The Jakmania Sukoharjo kali ini mengambil tema 'Dari tribun Stadion Melawan Cek Fakta Disinformasi Pemilu'. Adhimas selaku ketua komunitas The Jakmania Sukoharjo menyebut komunitas suporter sering mengalami pencatutan nama sebagai pendukung slaah satu pendukung kandidat di sebuah pemilu atau Pilkada. Meski The Jakmania Sukoharjo belum pernah mengalami pencatutan nama, tetapi di lingkungan suporter sering kali menjadi korban klaim sepihak yang memberikan dukungan kepada paslon di kontestasi politik.
Suporter Sasaran Empuk Hoaks
Ia juga sering menemukan kasus-kasus berita hoaks yang hanya mengambil potongan atau kutipan-kutipan berita dari media-media besar. Tak hanya itu, terkadang di sosial media twitter dirinya sering menemukan potongan berita yang bukan diterbitkan dari media-media kredibel tetapi sengaja disebarkan melalui akun-akun buzzer di media sosial. "Kadang kalo pas gak kerja scroll aja media kredibel seperti Liputan6.com kalau beritanya ada kita hubungkan dengan potongan berita dan narasi yang diterbitkan akun buzzer. Tapi, ketika tidak menemukan berita tersebut satu indikasi berita itu hoaks. Langsung skip," ungkap Adimas.
Menurutnya, banyak cara mengkroscek fotongan berita atau berita yang dishare di media sosial dengan melakukan kroscek kepada akun lainnya yang mentrendingkan berita tersebut. Tak hanya itu membaca ulang berita tersebut dan membandingkan dengan hal logisnya tentang narasumber yang mengucapkan statemen dalam potongan atau berita yang beredar itu.
Dirinya melanjutkan, ada banyak variasi cara yang bisa digunakan untuk mengetahui berita atau potongan berita yang diterbitkan akun tersebut itu benar atau tidak. Selain mencocokan dengan berita dari media kredibel yang dicatut, Adhimas menyebut bisa mengajak rekan sesama suporter yang berbeda pandangan dengannya mmebahas berita tersebut.
Karena, ketika dirinya mengajak rekan yang sepaham dengan dia bisa saja dirinya akan mendapatkan jawaban bahwa berita tersebut benar . "Libatkan orang lain diajak diskusi, karena kalau kita sharring ke orang lain yang sama-sama sepaham itu akan cenderung bisa jadi sebuah kebenaran. Berita hoaks itu terjadi karena banyak orang mempercayai sedangkan berita faktualnya tidak," ujar dia.
Adimas menyatakan bahwa dia sering mengajak diskusi dengan pihak lain yang memiliki pandangan lain tentang berita tersebut bisa mengurangi berita tersebut beredar luas. Diskusi setelah mendapatkan kemungkinan berita hoaks adalah menghindari celah-celah berkembangbiaknya hoaks tersebut.
Suporter adalah sasaran empuk yang paling sering mengalami pencatutatan nama suporter sepihak, untuk menyikapi hal tersebut Adhimas berulangkali dirinya mengatakan kepada anggotanya bahwa organisasinya tidak boleh terlibat apapun dengan politik.
Advertisement
Antisipasi Menjadi Korban Hoaks
Hal itu untuk menghindari adanya masalah di kemudian hari ketika mereka tidak ada bekerjasama dengan komunitas suporter tersebut. Salah satu alasan komunitasnya tidak melibatkan segala urusan politik. Tetapi, dirinya tidak melarang hak dan kebebasan berpendapat anggotanya di luar organisasi yang menyebut ranah pribadi. "Di luar organisasi mungkin secara pribadi anggota kami berikan kebebasan tentang pilihan politiknya kalau di organisasi kami memang dilarang untuk melibatkan urusan politik. Sementara, kalau ada ada berita di luar sana tentang pencatutan nama kita imbau diabaikan," kata dia.
Komunitas The Jakmania Sukoharjo yang terafiliasi dengan Koordinator wilayah The Jakmania Pondok Cabe, Jakarta Selatan teserbut sudah berkali-kali mendapatkan tawaran dari kegiatan politik. Meskipun dirinya menyebut bakal ada keuntungan ketika dilibatkan dalam urusan politik, selain mendapatkan support finansial nilai tawar mereka akan diperhitungkan ketika pasangan calon tersebut menang dalam kontestasi politik tersebut. Dia juga mengungkapkan bahwa komunitasnya belum pernah sekalipun dicatut ataupun diklaim untuk kepentingan politik. "Kalau kami yang menjadi korban hoaks, pertama akan melakukan klarifikasi khusus di media sosial kita. Kedua akan diskusi dengan korwil kami, dan mendatangi pelaku hoaks yang melibatkan nama organisasi kami," imbuhnya.
Sementara itu, Adimas menyebut pihaknya kali pertama dilibatkan dalam kegiatan cek fakta yang berhubungan dengan politik dan suporter. Hal itu mmebuat pengalaman baru untuk mereka dan berharap komunitas lain bisa mencontoh kegiatan serupa dalam rangka mencegah beredarnya hoaks di lingkungan suporter bola. "Program cek fakta ini sangat bagus menurut saya. Bermanfaat untuk temen-temen agar suporter mengetahui ketika mereka berhadapan dengan berita hoaks, terlebih ketika melibatkan organisasi. Semoga semakin sering kegiatan seperti ini dilakukan di lingkungan suporter," pungkas dia.