Liputan6.com, Jakarta - Susu telah lama menjadi salah satu sumber nutrisi penting bagi manusia. Selama berabad-abad, susu sapi menjadi pilihan utama masyarakat dunia.
Namun, seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi pangan, muncul alternatif susu dari sumber hewani lain, salah satunya adalah susu ikan. Dirangkum dari berbagai sumber, asal dan proses produksi susu sapi, seperti namanya, dihasilkan dari kelenjar susu sapi betina.
Proses produksinya melibatkan pemerahan secara manual atau menggunakan mesin, dan kemudian dipasteurisasi untuk membunuh bakteri. Di sisi lain, susu ikan merupakan produk yang lebih baru di pasaran.
Advertisement
Baca Juga
Susu ikan sebenarnya bukanlah susu dalam arti tradisional, melainkan produk yang dihasilkan dari ekstraksi protein dan lipid tertentu yang terdapat pada ikan, terutama ikan-ikan laut seperti ikan salmon.
Kandungan Nutrisi Perbedaan utama antara susu ikan dan susu sapi terletak pada kandungan nutrisinya. Susu sapi dikenal kaya akan kalsium, vitamin D, dan protein, yang sangat baik untuk pertumbuhan tulang dan gigi.
Di sisi lain, susu ikan mengandung omega-3 yang tinggi, yaitu asam lemak esensial yang penting bagi kesehatan jantung dan otak. Selain itu, susu ikan juga kaya akan vitamin A dan vitamin B12, dua komponen yang sangat baik untuk kesehatan mata dan saraf.
Kelebihan susu ikan dalam hal asam lemak omega-3 salah satu keunggulan utama susu ikan dibandingkan dengan susu sapi adalah kandungan omega-3 yang jauh lebih tinggi. Omega-3 merupakan asam lemak esensial yang tidak dapat diproduksi oleh tubuh manusia, sehingga harus diperoleh melalui makanan.
Omega-3 dikenal memiliki peran penting dalam mengurangi peradangan, meningkatkan fungsi otak, dan menjaga kesehatan jantung. Sementara susu sapi cenderung mengandung lebih banyak lemak jenuh, yang jika dikonsumsi berlebihan dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.
Kandungan Hingga Manfaat
Alergi dan Toleransi Bagi mereka yang memiliki intoleransi laktosa atau alergi terhadap protein susu sapi, susu ikan bisa menjadi alternatif yang menarik. Susu sapi mengandung laktosa, gula alami yang sulit dicerna oleh sebagian orang, yang menyebabkan kembung, diare, dan masalah pencernaan lainnya.
Susu ikan, di sisi lain, bebas laktosa dan umumnya lebih mudah dicerna, sehingga cocok untuk mereka yang memiliki masalah intoleransi laktosa. Selain bermanfaat bagi kesehatan jantung dan otak, susu ikan juga dipercaya memiliki manfaat luar biasa untuk kulit.
Kandungan omega-3 dan vitamin A yang tinggi dalam susu ikan dapat membantu menjaga elastisitas kulit, mengurangi peradangan akibat jerawat, serta memperlambat tanda-tanda penuaan. Susu sapi juga memiliki beberapa manfaat untuk kulit, terutama melalui kandungan asam laktatnya yang dapat bertindak sebagai eksfoliator alami.
Namun, bagi mereka yang memiliki kulit sensitif, susu sapi kadang-kadang dapat menyebabkan iritasi atau jerawat. Dampak Lingkungan Susu sapi sering kali dikaitkan dengan dampak lingkungan yang cukup signifikan, terutama dalam hal emisi gas rumah kaca.
Produksi susu sapi membutuhkan lahan yang luas, air dalam jumlah besar, dan juga menghasilkan emisi metana dari sapi itu sendiri. Di sisi lain, produksi susu ikan dianggap lebih ramah lingkungan, karena memanfaatkan hasil laut yang lebih efisien dan memiliki jejak karbon yang lebih rendah.
Ketersediaan dan Harga Susu sapi masih menjadi pilihan utama di banyak negara karena ketersediaannya yang melimpah dan harganya yang relatif terjangkau. Sebaliknya, susu ikan masih merupakan produk yang lebih niche dan mungkin sulit ditemukan di pasar-pasar tradisional.
Proses produksinya yang lebih kompleks dan bahan baku yang lebih spesifik membuat harga susu ikan cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan susu sapi. Susu ikan dan susu sapi masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangannya.
Susu sapi menawarkan sumber kalsium dan protein yang sangat baik bagi pertumbuhan tubuh, sedangkan susu ikan menawarkan manfaat yang luar biasa untuk kesehatan jantung dan otak, berkat kandungan omega-3 yang tinggi.
Pemilihan antara keduanya sangat bergantung pada kebutuhan nutrisi individu, preferensi rasa, serta kondisi kesehatan tertentu seperti intoleransi laktosa atau alergi.
Penulis: Belvana Fasya Saad
Advertisement