Liputan6.com, Semarang - Menyadari bahwa PDI Perjuangan dikeroyok partai-partai koalisi penguasa di gelaran Pemilihan Wali Kota Semarang, DPC PDIP Kota Semarang mengirimkan kader terbaik mereka mengikuti kelas politik Sekolah Partai di Cisarua Bogor.
Mereka bersama 1150 kader dari 133 daerah mengikuti kelas selama tiga hari. Kelas politik Sekolah Partai ini tidak mengajarkan strategi pemenangan, namun membangkitkan kembali kesadaran bernegara.
Baca Juga
Manajer Tim 9, Supriyadi S.Sos menyebutkan bahwa pematangan ideologi dan refleksi tujuan bernegara mendapat porsi paling banyak. Ini menjadi bekal untuk bergerak meyakinkan publik dan memenangkan Agustina Wilujeng sebagai Calon Wali Kota Semarang.
Advertisement
"Kami diajarkan etika berpolitik, tujuan bernegara, memahami kegelisahan masyarakat, membaca tanda-tanda zaman juga memahami berbagai klaim kebenaran," kata Supriyadi.
Kelas politik Pelatihan Nasional ini menghadirkan para pembicara dari luar PDIP. Mereka adalah para akademisi, dan peneliti politik. Pembicara dari luar itu melengkapi kader-kader ideolog internal PDIP.
Nama-nama yang menjadi pengajar misalnya, Iwan Setyawan, Patria Ginting, Yunarto Wijaya (Charta Politica), Eep Saefulloh Fatah (PolMark Research Center), Guntur Romli, Ganjar Pranowo, Joko Prayitno, Dedy Sitorus, Adian Napitupulu, Aria Bima.
"Tim 9 ini harus memiliki kompetensi sesuai bidang masing-masing. Kami diajari mengenali diri sehingga bisa dioptimasi," katanya.
Ideologis Bukan Pragmatis
Berikut susunan Tim 9 yang sudah dibentuk. Manajer Kampanye : Supriyadi. Manajer ini didampingi 8 direktorat. Bidang konten dan medsos : Andrey Reidesy. Bidang Hukum : Rahmulyo Adi Wibowo. Bidang Relawan : Lukas Arif W. Penggalangan Suara: Sugeng Wibawa. Saksi : Iqbal Andika. Data dan survey : Andi Kristianto. Komunikasi politik : M Rukiyanto. Jubir : Ruddy Erieyanto.
Supriyadi juga menyebutkan bahwa Tim 9 ini juga memastikan bahwa kampanye akan dilakukan dengan penuh etika.
"Jika dalam Pilpres kemarin kita disuguhi Pemilu yang menabrak etika, kami memiliki prinsip bahwa siapapun calon pemimpin yang memperlakukan moral dan politik secara terpisah, mereka pasti tidak memahami keduanya," katanya.
Menurutnya PDI Perjuangan harus berani mengambil posisi sebagai kekuatan moral. Ia kemudian mengutip filsuf Immanuel Kant yang menyatakan bahwa dalam hukum, seseorang dinyatakan bersalah jika ia melanggar hak orang lain, dalam etika seseorang sudah bersalah ketika ia berpikir apalagi merencanakannya.
"Jadi landasan moralitas adalah berhenti berbohong. Apalagi menjilat," katanya.
Supriyadi dipercaya sebagai manajer Tim 9 karena rekam jejaknya yang panjang dalam pemenangan Pemilu. Ia pernah sebagai ketua tim pemenangan Pilwakot pasangan Marmo-Hendi 2010 dan Hendi-Ita 2015. Ia juga pernah menjadi wakil ketua pemenangan Mega-Hasyim saat Pilpres 2004.
Advertisement