Liputan6.com, Semarang - Kelurahan Pudakpayung Kecamatan Banyumanik Kota Semarang masuk tiga besar Kelurahan Berprestasi Tingkat Nasional dari Regional II Tahun 2024.Â
Wali Kota Semarang Hevearita G Rahayu bersama jajarannya hadir secara langsung mendampingi Pamirah, Lurah Pudakpayung dalam verifikasi dan pemaparan Lomba Kelurahan Berprestasi Tingkat Nasional di Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Jakarta.
Sebelumnya, juri Kemendagri telah lebih dahulu meninjau dan menilai serta mengklarifikasi kelurahan se-regional II tahun 2024.
Advertisement
Lurah Pudakpayung, Pamirah mengaku berterima kasih dan bersyukur kerja keras warganya mendapatkan apresiasi dan pengakuan.
"Terima kasih juga kepada Mbak Ita, Wali Kota yang tak bosan menemani kami berproses. Semoga bisa menjadi inspirasi Kelurahan lain untuk berani berinovasi," kata Pamirah.
Sementara itu, Wali Kota Semarang Hevearita G Rahayu menyebut penghargaan nasional ini sebagai penyemangat dan sehingga bisa menjadi jembatan kesejahteraan bagi masyarakat.
"Tentu ini menjadi penyemangat kota Semarang atas komitmen mengembangkan seluruh kelurahan-kelurahan yang ada di Kota Semarang. Tidak melihat kelurahan itu ada di Semarang bawah, atas maupun tengah, tetapi untuk kesejahteraan yang merata di kota Semarang," kata Mbak Ita.
Dalam sesi pemaparan lomba Kelurahan Berprestasi Tingkat Nasional kelurahan Pudakpayung disorot dalan pengelolaan dan penanganan sampah di masyarakat.
Proses diawali dengan program pilah sampah di rumah tangga. Kemudian disaring di Bank Sampah Payung Lestari sebelum ke TPA.Â
"Kami mengembangkan project yang bekerja sama dengan BRIN. Salah satunya adalah pengelolaan limbah sampah plastik untuk menjadi bahan bakar setara solar," kata Mbak Ita.Â
Dalam pengolahan itu, 100 kilogram sampah plastik yang terkumpul bisa diubah menjadi 100 liter bahan bakar setara solar.
"Ini sudah kami anggarkan di APBD perubahan untuk kita bisa bagikan di beberapa titik, salah satunya di Pudak payung," kata Mbak Ita.
Yang kedua, lanjut Mbak Ita, pengembangan dengan BRIN yakni budidaya lobster air tawar. Lobster air tawar ini mengkonsumsi sampah-sampah organik berupa sayur mayur, sehingga lobster ini aman bagi penderita kolesterol.Â
"Ini juga salah satu upaya mengangkat potensi, karena di Pudakpayung airnya berasal dari sumber mata air yang tidak pernah kering. Hasil budidaya, kalau di tingkat petani, harganya Rp 150 ribu per kg dengan biaya operasional hanya 60-70 ribu. Kalau ekspor harganya bisa mencapai Rp 300 ribu. Jadi ini salah satu upaya penanganan sampah juga, terutama sampah organik," katanya.
Tak hanya persoalan sampah, dewan juri juga menyoroti lahan hijau bagi pemukiman serta proyeksi ke depan.Â
"Untuk lahan, Alhamdulillah kami punya peta geospasial. Kami tahun 2023 menjadi juara kedua tingkat nasional untuk penataan geospasial dan perda RT RW. Di situ sudah ada masterplannya terkait perizinan-perizinan perumahan," kata Mbak Ita.
Â
Memetakan Potensi
Berdasar topografi di kelurahan Pudakpayung yang berbukit bukit para pengembang diharuskan memperhatikan drainase.Â
"Perizinan kami juga transparan, sehingga baru saja kemarin kami menerima penghargaan dari REI Jawa Tengah untuk perizinan perumahan terbaik se-Jawa Tengah," kata Mbak Ita.
Untuk pengembangan potensi di kelurahan Pudakpayung, terdapat desa wisata serta tempat-tempat bersejarah yang bisa dikembangkan.Â
Uniknya Pemkot Semarang baru mengetahui potensi itu saat ada perjalanan ritual bikhu tudong dari Thailand. Ada sebuah tempat pertama kali pentahbisan biksu di Indonesia.
"Jadi saat Hari Raya Waisak, bikhu-bikhu itu jalan dan kemudian mampir ke situ. Ini yang akan kami kembangkan jadi salah satu wisata religi," kata Wali Kota.
Selain itu, ada pula destinasi lain untuk wisata religi seperti Pagoda, serta rumah apung untuk hotel kremasi. Banyaknya potensi tersebut, kelurahan Pudakpayung, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang bisa menjadi kelurahan terbaik.
Sementara itu, Lurah Pudakpayung, Pamirah menjelaskan jika banyak potensi wilayah yang dikembangkan, termasuk kampung tematik hingga pengembangan destinasi wisata.Â
"Di tempat kami wilayahnya masih hijau dan sangat luas. Tapi tetap kami harus bersama menjaga lahan tetap aman. Tidak serta merta jadi daerah perumahan atau pemukiman. Karena berdasarkan peta BPN sudah ada wilayah-wilayah hijau yang memang tidak untuk pembangunan dan perumahan. Untuk pelestarian, kami ada penanaman penghijauan dan di wilayah atas ada sumur sumur resapan," kata Pamirah.
Advertisement