Sukses

HUT Sulbar ke-20, Kerjasama dan Kolaborasi Kunci Membawa Sulbar Menuju Indonesia Emas

Konsep ekonomi hijau dan biru yang inklusif menjadi sangat relevan, apa lagi Sulbar daerah rawan bencana

Liputan6.com, Mamuju - Hari jadi Sulbar ke 20 diperingati dengan rapat paripurna istimewa di kantor DPRD Sulbar. Peringatan tahun ini mengusung tema 'Sulawesi Barat Malaqbi Maju Dan Berkelanjutan Dalam Ekosistem Ekonomi Hijau Dan Biru Yang Inklusif'.

Pj Gubernur Sulbar Bahtiar Baharuddin dalam sambutannya berterima kasih kepada tokoh pejuang pembentukan Sulbar. Karena berkat perjuangan dan pengorbanan mereka sehingga Sulbar kini dapat menikmati dua dekade berdiri sebagai suatu provinsi.

"Sejak saya bertugas di Sulbar, saya telah menyasar hingga pelosok, berdialog dengan berbagai lapisan masyarakat, membangun komunikasi dan mendengarkan aspirasi, berangkat dari dialog yang terbangun, Sulbar harus menemukan jalan menuju Indonesia emas 2045," kata Bahtiar, Minggu (22/09/24).

Bahtiar menambahkan, dari pengalamannya itu dituangkan dalam RPJPD Sulbar sebagai semangat arah pembangunan Sulbar di masa yang akan datang. Selain, dia juga menghadirkan Peta Sulbar dengan menambahkan keberadaan kepulauan untuk menggambarkan potensi wilayah yang berdekatan IKN.

"Pulau Balabalakang menjadi halaman depan Sulawesi Barat. Sebagaimana visi Sulbar malaqbi maju dan berkelanjutan dalam ekosistem ekonomi hijau dan biru yang inklusif," ujar Bahtiar.

Bahtiar menjelaskan, dalam rangka konsep ekonomi hijau dan biru yang inklusif menjadi sangat relevan, apa lagi Sulbar daerah rawan bencana termasuk mengantisipasi ancaman megathrust. Ekonomi hijau mengedepankan pembangunan yang ramah lingkungan, kondisi perekonomian Sulbar yang rendah karbon.

"Efisien dalam pembangunan sumber daya, serta inklusif secara sosial sehingga berdampak pada kesejahteraan, keadilan sosial, pengurangan risiko lingkungan dan kelangkaan ideologi," jelas Bahtiar.

Sedangkan, untuk ekonomi biru akan fokus pada potensi besar yang kita miliki pada sumber daya laut dan pesisir. Sebagai provinsi yang kaya akan keindahan alam, baik di laut dan darat Sulbar memiliki potensi besar untuk menjadi pelopor dalam penerapan ekonomi hijau dan biru di Indonesia.

"Sulbar juga telah fokus pada delapan agenda prioritas, antara lain mengawal pilkada, serentak, penanganan gizi buruk stunting, kemiskinan ekstrem, pengendalian inflasi, mendorong investasi dan konektivitas wilayah, mewujudkan kemandirian daerah melalui daulat pangan dan menjaga stabilitas keamanan dan politik" tutur Bahtiar.

Hal ini kata Bahtiar dilakukan sebagai upaya mendorong sulbar tumbuh bersama IKN. Menurutnya, suatu kesyukuran sebab Sulbar bersebelahan dengan IKN. Ini merupakan peluang luar biasa.

“Oleh karenanya kita harus mengubah arah jarum jam, Ada banyak jutaan orang puluhan juta orang akan tinggal di IKN semua perlu makan, pasti makan dan minumnya diproduksi dari Sulbar," kata Bahtiar.

Bahtiar mengatakan dua dekade sulbar masih harus fokus pada beberapa permasalahan, seperti Indeks Pembangunan Manusia yang masih dibawah rata-rata nasional. Stunting 30.0 persen masih jauh dari target 14 persen, Kemiskinan Ekstrem 11,2 persen, seluruh pemangku kepentingan dan masyarakat untuk terus bersatu padu membangun Sulbar.

“Kuncinya perlu kerjasama dan kolaborasi kita semua. Ini yang harus kita kuatkan untuk membangun Sulbar hari ini dan kedepan,” kata Bahtiar.

Kerjasama dan kolaborasi tersebut salah satunya dapat diwujudkan dengan kekompakan enam kabupaten bersama provinsi memfokuskan APBD dua hingga tiga tahun ke depan menyelesaikan persoalan kemiskinan, stunting, dan pengangguran. Selain itu Seluruh lapisan masyarakat kita harus bersatu untuk membangun sulbar dan menjaga harmoni di tengah perhelatan Pilkada Serentak Rabu 27 November 2024 mendatang.

Sedangkan, Ketua DPRD Sulbar Sitti Suraidah Suhardi mengatakan, dalam menapaki 20 tahun Sulbar telah melewati banyak tantangan dan bersyukur Sulbar terus bergerak maju. Menurutnya dengan potensi Sulbar telah menjadi harapan dan menguatkan optimisme untuk masa depan yang lebih baik.

Selain itu, dua dekade adalah waktu yang cukup untuk mengumpulkan pengalaman. Dalam konteks ini, refleksi terhadap masa lalu menjadi modal penting dalam menentukan arah dan bentuk masa depan Sulawesi Barat sesuai yang dicita-citakan.

“Pada usia ini pula komitmen terhadap Keterhubungan dan Kolaborasi menjadi instrumen penting dalam menciptakan kebijakan yang inklusif sehingga daerah ini mampu mencapai tujuan yang diharapkan dan dirasakan manfaatnya oleh rakyat Sulbar,” tutup Suraidah. 

Video Terkini