Liputan6.com, Yogyakarta - Sedulur Tani Sleman membagikan empat ton sayuran kepada masyarakat di Titik Nol Yogyakarta, Selasa (24/9/2024). Gerakan ini sebagai ucapan syukur atas hasil panen dan memperingati Hari Tani Nasional.
Berlangsung sejak pukul 09.00 WIB, sebanyak 1.948 paket habis kurang dari satu jam dengan titik pembagian empat penjuru Titik Nol Kota Yogyakarta.
Ketua Panitia ‘Sedulur Tani Berbagai Hasil Hortikultura’, Endy Sutarjo mengatakan ini agenda tahunan dan sudah berlangsung tiga tahun terakhir. Sebelum di Titik Nol Kota Yogyakarta, pembagian pernah dilakukan di perempatan Jalan Kaliurang dan perempatan terminal Jombor Sleman.
Advertisement
“Saat itu, hasil panen yang kita bawa dan bagikan sekitar dua sampai tiga ton saja. Tahun ini, karena hasil panen yang membaik kita bisa membagi kurang lebih empat ton,” katanya usai acara.
Baca Juga
Sayuran yang dibagikan gratis ini adalah sumbangan dari berbagai kelompok petani yang tergabung dalam Kelembagaan Ekonomi Pertanian (KEP) Sleman Gumregah. Ini merupakan organisasi yang didirikan petani memberikan edukasi tentang bagaimana pengelolaan lahan, perawatan komoditas, sampai peluang pasar.
Endy yang merupakan satu pendiri KEP Sleman Gumregah menyebut gerakan telah menyebar tidak hanya di Sleman saja namun sudah meluas ke Bantul, Magelang, Wonosobo, Secang, hingga Wonogiri.
“Edukasi yang kita berikan bertujuan untuk penerapan cara-cara bertani yang efisien di tengah keterbatasan lahan dan modal untuk menghasilkan income yang lebih bagus,” terangnya.
Saat ini, di mata Endy banyak kalangan petani yang tidak lagi menjadikan padi sebagai komoditas utama yang harus ditanam. Komoditas pangan utama ini lebih banyak ditanam di musim tanam pertama, dan musim berikutnya diganti berbagai tanaman hortikultura.
Masifnya gerakan penanaman sayuran hortikultura ini, dikarenakan modal yang diperlukan tidak sebesar jika menanam padi dan hasilnya, jika bagus cukup untuk membeli bahan pangan untuk tiga kali masa tanam padi.
Bertepatan dengan Hari Tani Nasional, Gunawan mengajak pemerintah menilik balik beberapa kejadian pada 1998 dan saat pandemi Covid-19, dimana petani Indonesia memiliki kemampuan beradaptasi yang sangat baik.
“Penyusutan lahan pertanian untuk pemukiman tidak bisa kita atasi karena itu hak petani. Kalau kita mengandalkan pemerintah untuk memajukan pertanian susah. Jadi kita mengajak mereka yang benar-benar menggantungkan hidupnya bertani memaksimalkan yang ada untuk usaha,” terang Endy.
Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) yang juga Guru Besar Bidang Ilmu Tanah, Gunawan Budiyanto melihat keengganan petani menanam padi karena dipengaruhi kebijakan pemerintah pada impor dan ekspor pangan.
“Ketahanan pangan di Indonesia kini banyak mendapatkan pengaruh dari adanya campur tangan politik di dalamnya. jika petani disediakan atmosfer yang tepat, potensinya akan sangat luar biasa,” jelasnya.
Bertepatan dengan Hari Tani Nasional, Gunawan mengajak pemerintah menilik balik beberapa kejadian pada 1998 dan saat pandemi Covid-19. Dimana petani Indonesia memiliki kemampuan beradaptasi yang sangat baik.
Selama ini, Gunawan menyatakan petani masih kurang dibimbing memanfaatkan sumber daya alam dengan maksimal. Pembentukan kelompok tani dan Koperasi Unit Desa (KUD) seperti pada saat order baru dimana pemerintah memerdekakan petani secara ekonomi.
“Sehingga para petani dapat merancang proses budi daya tanaman yang ingin dilakukan,” tutupnya.
Advertisement