Sukses

Sejumlah Permainan Tradisional Terancam Punah, Tergusur Game Online?

Beberapa permainan tradisional di Indonesia semakin jarang terlihat dimainkan, bahkan terancam punah. Puncaknya sejak game online dari gadget merebak hingga ke pelosok desa.

Liputan6.com, Lampung - Permainan tradisional Indonesia sebetulnya merupakan bagian yang tak terpisahkan dari warisan budaya bangsa yang kaya. Tetapi, pada era globalisasi ini, banyak mainan-mainan tradisional tersebut mulai tergeser oleh popularitas mainan modern. Apalagi disrupsi ini memucak dengan digitalisasi yang deras. Meskipun, sisi positif era ini tetap ada. Amat disayangkan, fenomena ini akan mengancam kelangsungan budaya anak-anak Indonesia yang dulu begitu kaya akan permainan tradisional juga mampu membangun kreativitas dan interaksi sosial.

Bisa dilihat dari lingkungan sekitar, anak dengan usia 4 tahun sudah lihay bermain gedget. Parahnya ada yang ketergantungan, mungkin mulai dari menonton video. Sadar ataupun tidak, itu akan mempengaruhi perkembangan anak. Interaksi dengan orang tua pasti akan tidak maksimal. Ketika usianya sudah menginjak 7 tahun, sangat dimungkinkan anak tersebut akan mengenal game online. Bukan lagi sumputan lidi atau pun petak umpet.

Sumber Liputan6.com menyebutkan, di suatu desa di Lampung, sudah hampir tidak ada anak-anak yang memainkan permainan tradisional. "Bahkan bermain sepak bola yang sifatnya umum saja sangat jarang. Lapangan hanya untuk mangkal di kala mereka asyik main game online. Terus terang saya miris," kata sumber itu kepada Liputan6.com, Selasa (1/10/2024).

Ia menuturkan, emosional anak di desa tersebut juga mulai berubah dari tahun-tahun sebelumnya.

"Ya, sangat berubah. Dulu tingkat kesopanan anak itu di desa masih sangat terjaga. Bisa dipastikan kurang dari 10 persen anak-anak yang berkata kotor atau tidak sopan. Saat ini kalimat-kalimat asing bahkan tidak sopan sudah sering terlontarkan dari mereka. Jadi usia anak dan yang beranjak remaja itu hampir tidak ada beda obrolannya. Tidak jauh-jauh dari game online lah," tuturnya.

Dia berharap, peran orang tua, guru dan pemerintah kedepan bisa saling sinergi untuk paling tidak membatasi disrupsi tersebut. "Paling tidak bisa diminimalisir lah, generasi Indonesia akan lebih baik kedepan. Saya tidak memungkiri banyak sisi positif pada kemajuan digitlisasi dan internet saat ini. Tapi yang perlu diingat, kita masih punya hal-hal yang perlu diselamatkan. Budaya, seni, termasuk permainan tradisional kita," harapnya.

Seperti dikutip dari situs resmi Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, berikut adalah beberapa contoh mainan tradisional Indonesia yang kini menghadapi ancaman kepunahan.

1. Gasing

Gasing merupakan mainan tradisional yang populer di banyak daerah di Indonesia, seperti Sumatera dan Jawa. Namun, dengan munculnya teknologi modern dan perubahan gaya hidup, minat terhadap gasing semakin menurun. Padahal, gasing tidak hanya sebagai permainan, tetapi juga sebagai bagian dari tradisi dan ritual budaya masyarakat lokal.

2. Egrang

Egrang adalah mainan tradisional yang terbuat dari bahan-bahan sederhana seperti bambu dan tali. Permainan egrang mengajarkan keseimbangan dan koordinasi motorik anak-anak, namun saat ini semakin jarang ditemukan di perkotaan karena kalah bersaing dengan permainan modern yang lebih menarik minat.

3. Dakon

Dakon adalah permainan tradisional yang menggunakan biji-bijian atau batu kecil dalam papan permainan kayu. Permainan ini tidak hanya mengasah strategi berpikir, tetapi juga menjadi sarana interaksi sosial di antara pemain. Namun, dakon semakin langka terlihat di lingkungan perkotaan karena minimnya minat generasi muda.

4. Congklak

Congklak adalah permainan tradisional yang sering dimainkan di berbagai pulau di Indonesia. Meskipun beberapa upaya telah dilakukan untuk mempopulerkan kembali congklak, terutama sebagai alat edukasi budaya, tetapi minat terhadapnya masih belum cukup besar.

5. Wayang

Wayang bukan hanya mainan, tetapi juga bagian penting dari budaya Indonesia. Namun, dalam bentuk mainan anak-anak, wayang jarang ditemui lagi di pasar tradisional. Anak-anak lebih sering terpaku pada mainan plastik yang bermerek ketimbang wayang kayu yang kaya akan nilai sejarah dan kearifan lokal.

Keberadaan mainan tradisional Indonesia yang semakin langka ini menjadi bukti bahwa upaya pelestarian budaya sangat penting dilakukan. Dengan mengenalkan kembali mainan-mainan tradisional ini kepada generasi muda, diharapkan warisan budaya Indonesia dapat terus dilestarikan dan dihargai oleh anak-anak masa depan.Â