Sukses

Sempat Ricuh, Polemik Berebut Takhta Keraton Kasepuhan Cirebon Kembali Mencuat

Kericuhan terjadi setelah beberapa saat setelah perwakilan Heru Nursyamsi yang mengaku Sultan Keraton Kasepuhan Cirebon datang.

Liputan6.com, Cirebon - Polemik perebutan takhta Sultan Keraton Kasepuhan Cirebon kembali bergulir. Kawasan Keraton Kasepuhan Cirebon pun sempat bersitegang bahkan ricuh.

Belum diketahui penyebab terjadinya kericuhan itu. Pantauan di lokasi, kericuhan terjadi setelah beberapa saat setelah perwakilan Heru Nursyamsi yang mengaku Sultan Keraton Kasepuhan Cirebon datang.

Sementara itu, Panglima Tinggi Laskar Agung Macan Ali Nuswantara (LMA) Cirebon Prabu Diaz mengatakan delegasi Heru Nursamsi yakni Mahesa sudah bersurat dan berencana datang ke sekretarian LMA Cirebon.

"Kedatangan delegasi ingin membedah bersama siapa sih yang sebenarnya berhak menjadi sultan. Beliau datang ke sini meminta kita semua terutama saya agar bisa menjembatani kedua kubu bertemu untuk diskusi membedah sejarah. Masing-masing pasti punya bukti autentik," ujar Prabu Diaz, Rabu (2/10/2024).

Diaz mengaku kaget kedatangan delegasi Heru Nursamsi diwarnai kericuhan bahkan sempat baku hantam. Padahal, ia memastikan kepada kubu Heru bahwa terjamin keamanan ketika datang.

Oleh karena itu, Diaz mengaku kecewa dengan adanya oknum yang tidak bertanggung jawab membuat suasana ricuh di tengah upaya mencari solusi atas polemik perebutan takhta Keraton Kasepuhan Cirebon ini.

"Mungkin ada oknum yang merasa sakit hati dengan kubu Heru sehingga dendam saya tidak tahu. Mungkin ada hal yang menyakiti dan menyinggung dari tim Heru tapi dari kami sih tidak tersinggung," ujar Diaz.

Diketahui, polemik rebutan takhta Keraton Kasepuhan Cirebon kembali mencuat setelah sebelumnya terjadi perdebatan di media sosial. Prabu Diaz mengaku, beberapa hari lalu beredar surat dawuh yang diberikan kepada Habib Lutfi bin Yahya Pekalongan dari Heru Nursamsi yang mengaku Sultan sepuh Keraton Kasepuhan Cirebon.

2 dari 2 halaman

Pengangkatan Habib Lutfi

Dawuh tersebut berisi pengangkatan Habib Lutfi sebagai ketua Dewan Kalungguhan Kasultanan Cirebon. Prabu Diaz mengaku, semula tidak memperdulikan perihal informasi yang ramai di medsos itu.

"Namun lambat laun banyak orang yang bertemu saya menanyakan soal dawuh tersebut tapi saya tidak bisa jawab dan saya menjanjikan akan bertanya ke Keraton Kasepuhan. Setelah saya tanya ternyata keraton tidak mengeluarkan dawuh itu, kemudian saya tanya lagi apakah Heru Nursamsi itu Sultan Kasepuhan? Jawaban keraton tidak saat ini dipegang oleh Sultan Sepuh XV anak dari Sultan Sepuh XIV Pangeran Arief Natadiningrat," ujarnya.

Pada kesempatan tersebut, Prabu Diaz mengaku sempat bertanya kepada sesepuh Cirebon yang lain. Hasilnya, para sesepuh tersebut menyangkal jika Heru Nursamsi adalah Sultan Kasepuhan yang sah.

Prabu Diaz mengatakan, berdasarkan penuturan para sepuh, untuk menjadi sultan harus lurus dari ayahnya. Kemudian, pengangkatan sultan harus melalui prosesi adat yang sudah berjalan turun temurun.

"Kata sesepuh, untuk menjadi sultan harus upacara pengangkatan di Gedung Agung Panembahan, yang mengangkat adalah kelungguhan dari kesultanan itu sendiri serta penyematan pusaka Sunan Gunung Jati yang kebetulan prosesi itu adalah Pangeran Raja Lukman Zulkaedin putra Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat. Itu adalah adat tradisi pepakem tatah titih aturan di Kasultanan Cirebon," ujarnya.

Merespon polemik tersebut, Prabu Diaz berkomitmen akan menjembatani agar konflik di Keraton Kasepuhan segera selesai. Ia akan berupaya mempertemukan pihak-pihak yang mengaku berhak atas tahta Keraton Kasepuhan Cirebon secara maraton.

Menurut Prabu Diaz, kedatangan perwakilan Heru Nursamsi kepadanya ingin mencari solusi dari persoalan ini. Ia mengatakan, hasil diskusi pihak Heru Nursamsi sepakat untuk melakukan musyawarah.

"Pesan kami dan semua pihak yang berkepentingan, mohon menjaga marwah leluhur, katanya kita turunan para wali, turunan auliya, ayolah berangkulan gandengan tangan musyawarah bersama. Kalau ribut itu aib, tadi sudah sepakat dengan perwakilan Heru yakni Mahesa kita sudahi perdebatan di medsos. Sekarang selesaikan di darat. Kami tadi bersama-sama sudah berjanji pelukan dan lain-lain, kemudian menghantar ke depan," ujarnya.

Selain pihak Heru Nursamsi, ada pihak dari keluarga Rahardji Jali yang mengklaim dirinya sebagai yang sah menduduki Keraton Kasepuhan Cirebon. Prabu Diaz mengatakan, upaya musyawarah tersebut harus melibatkan berbagai unsur seperti pemerintah daerah, provinsi, pusat hingga kepolisian hingga ahli sejarah sebagai penengah.

"Pahit manisnya seperti apa kita akan membedah sejarah melibatkan para pakar sejarah, perpusnas hingga arsip negara. Karena kalau dibiarkan terus bisa menjadi konflik horisontal yang berkepanjangan," ujar Prabu Diaz.

Hingga saat ini, belum ada pernyataan dari kubu Heru Nursamsi terkait polemik hingga kericuhan yang terjadi di kawasan Keraton Kasepuhan Cirebon.