Sukses

Bukan Cuma Retorika, Begini Cara Arief Rohman Bangun SDM Lewat Pendidikan

Perangkat desa di Blora punya kesempatan untuk mengembangankan potensi diri dengan berkuliah.

Liputan6.com, Blora - Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) Kabupaten Blora, Yayuk Windrati, menyebut Bupati Blora Arief Rohman patut menjadi teladan dalam pelaksanaan program Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL).

Menurut Yayuk, Arief Rohman telah menunjukkan komitmen nyata terhadap peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di desa-desa melalui program yang diinisiasi oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (PDTT) tersebut.

"Pak Bupati Arief Rohman menjadi teladan bagi kami semua. Beliau baru saja meraih gelar Doktor Manajemen Pendidikan melalui program RPL setelah menjalani sidang terbuka di Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang (UNNES). Keberhasilan ini menunjukkan keseriusan beliau dalam memanfaatkan program RPL untuk meningkatkan kapasitas akademis sekaligus menjadi inspirasi bagi perangkat desa lainnya," katanya kepada Liputan6.com, Jumat (4/10/2024).

Dalam ujian terbuka tersebut, Menteri Desa PDTT Abdul Halim Iskandar turut hadir sebagai salah satu penguji. Di hadapan para doktor yang hadir, Bupati Arief Rohman berjanji akan mengembangkan tindak lanjut dari penelitian disertasinya dan menjadikannya sebagai program prioritas untuk mendorong lebih banyak perangkat desa mengikuti jejaknya.

"Beliau bahkan menargetkan setidaknya 1.000 perangkat desa yang akan mengikuti program RPL, baik untuk jenjang S1 maupun S2. Ini akan menjadi salah satu program yang akan beliau prioritaskan," ungkap Yayuk.

Menurutnya, dukungan Bupati Arief Rohman terhadap program RPL ini tidak sebatas retorika. Ia menyampaikan bahwa Bupati Blora, Dinas PMD dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Blora telah membahas rencana anggaran agar program ini dapat direalisasikan dengan baik dan berkelanjutan.

"Rata-rata Uang Kuliah Tunggal (UKT) saat ini berkisar Rp6 juta per semester. Dengan subsidi 50 persen, biaya kuliah bisa ditekan menjadi Rp3 juta. Jika targetnya adalah 1.000 mahasiswa, maka diperlukan anggaran sekitar Rp3 miliar per semester," ucap Yayuk.

"Ini memang investasi besar, tetapi manfaatnya luar biasa untuk meningkatkan kualitas SDM di desa-desa," imbuhnya.

 

2 dari 2 halaman

Dampak Nyata RPL

Yayuk menambahkan bahwa program RPL ini memberikan dampak nyata dalam mengubah cara berpikir dan bertutur para perangkat desa yang mengikuti program tersebut.

Ia mencontohkan pengalamannya saat berkunjung ke Desa Kedungtuban, di mana salah satu perangkat desa yang sebelumnya pemalu, kini tampil lebih percaya diri dan aktif berpartisipasi dalam berbagai kegiatan.

"Saat saya tanya, 'Sakniki pinter melu PKK (Sekarang pintar ikut PKK)?'. Ibu itu menjawab, 'Kulo pinter mboten mergo PKK, Bu. Kulo pinter mergo kuliah RPL'. Hal ini kan menunjukkan bahwa program RPL tidak hanya memberikan ijazah, tetapi juga membentuk kualitas individu yang lebih baik," cerita Yayuk.

Yayuk juga mengatakan bahwa Universitas Negeri Semarang saat ini menjadi satu-satunya perguruan tinggi yang menyediakan program RPL.

Namun, ia menekankan bahwa program ini bukan sekadar "jalan pintas" untuk memperoleh ijazah, melainkan memberikan pengalaman belajar yang nyata dan mendalam, meskipun sebagian perkuliahan dilakukan secara daring.

"Program RPL ini bukan sekadar formalitas. Para mahasiswa benar-benar menjalani perkuliahan dengan serius," pungkas Yayuk.