Sukses

Melihat Peran Perempuan Indonesia Wujudkan Net Zero Emission

Kontribusi Indonesia pada aksi global target pengurangan emisi gas rumah kaca mencapai 31,89 persen dengan usaha sendiri dan 43,20 persen dengan bantuan internasional pada tahun 2030.

Liputan6.com, Jakarta - United Nations Development Programme (UNDP) bekerja sama dengan Women in Mining and Energy (WiME) menggelar diskusi terarah tentang upaya mendorong peran dan peluang perempuan Indonesia dalam industri pertambangan dan energi. Hal ini erat kaitannya dengan komitmen pemerintah Indonesia pada target Net Zero Emissions dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.

Kontribusi Indonesia pada aksi global target pengurangan emisi gas rumah kaca mencapai 31,89 persen dengan usaha sendiri dan 43,20 persen dengan bantuan internasional pada tahun 2030. Dalam hal ini, UNDP Indonesia mendorong komitmen dan kontribusi pemerintah Indonesia melalui program Climate Promise dengan perspektif gender integration.

Peran perempuan Indonesia diakui sangat penting dalam upaya-upaya pengurangan emisi gas rumah kaca dengan dorongan dan peningkatan peluang bagi perempuan dalam industri pertambangan dan energi yang selama ini didominasi oleh peran laki-laki.

Kesetaraan gender adalah aspek kuncinya transisi ini, memastikan bahwa perempuan memiliki kesempatan yang setara untuk berkontribusi dan mendapatkan manfaat dari proses dekarbonisasi.

Hal ini terungkap pada gelar diskusi terarah yang diselenggarakan UNDP dan WiME dengan tema “Gender Integration and Opportunities for Women in the Energy and Decarbonization Industries to Support the Commitment towards the Net Zero Emission Pathway” pada 3 Oktober 2024 di JS Luwansa Kuningan, Jakarta.

Kegiatan FGD setengah hari ini mempertemukan pemangku kepentingan dari berbagai sektor ini membahas pentingnya peran integrasi gender dalam energi dan sektor dekarbonisasi, dengan fokus pada peluang bagi perempuan di bidang-bidang tersebut.

Koordinator Bidang Difusi dan Inovasi Teknologi Direktorat Pendidikan Tinggi dan Iptek Kementerian PPN/Bappenas, Aruminingsih mengatakan telah terjadi transisi peran untuk perempuan dalam industri pertambangan dan energi.

“Transisi ini menjadi indikator kunci bahwa perempuan Indonesia mampu mendapatkan kesetaraan peluang untuk berkontribusi dan mendapatkan manfaat dari aksi global pengurangan emisi gas rumah kaca ini,” katanya.

Namun, tingkat partisipasi angkatan kerja, lanjut Aruminingsih, masih menunjukkan tantangan yang dihadapi perempuan Indonesia. Selama 20 tahun terakhir, tingkat partisipasi cenderung stagnan, yakni laki-laki mencapai 83 persen dan perempuan hanya 52 persen.

“Perempuan yang berkualitas dan bekerja profesional masih menghadapi fenomena glass ceiling,” kata Aruminingsih.

Konsep langit-langit kaca merujuk pada hambatan yang dihadapi perempuan dan minoritas ketika berusaha meningkatkan karir dan jabatan dalam suatu pemerintahan atau perusahaan.

Hal senada juga diungkapkan Astrid dari Direktorat Bina Perluasan Kesempatan Kerja, Kementerian Ketenagakerjaan, dari perspektif dan paradigma ketenagakerjaan, upaya integrasi gender dan peluang perempuan diperkuat dalam peta jalan industri hijau dan dekarbonasi.

“Arah kebijakan bidang ketenagakerjaan untuk perempuan menuju pada kebijakan perluasan kesempatan kerja, kebijakan pelatihan dan produktivitas, dan kebijakan kesetaraan upah dan jaminan sosial,” katanya.

Sementara itu, Endang Widayati dari Pusat Pengembangan SDM Ketenagalistrikan, EBT, dan Konservasi Energi, Kementerian ESDM, menyampaikan Indonesia memiliki peta jalan menuju Net Zero Emission di sektor energi dalam linimasa tahun 2021-2060, salah satunya dengan optimalisasi pemanfaatan teknologi rendah emisi yang inovatif.