Sukses

Jurus Pemkab Purwakarta Capai Ketahanan Pangan Paripurna

Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tingkat konsumsi beras masyarakat di wilayahnya berada di angka 101,2 kilogram per kapita per tahun

Liputan6.com, Purwakarta Pemkab Purwakarta terus berupaya agar masyarakat di wilayah ini bisa mencapai ketahanan pangan yang paripurna. Di antaranya, dengan mendorong masyarakat untuk menerapkan pola konsumsi kebutuhan makanan secara beragam, bergizi, seimbang dan aman (B2SA).

Menurut Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Purwakarta, Sri Jaya Midan mengatakan, mengonsumsi pangan secara beragam ditengarai akan dapat mencukupi kebutuhan gizi untuk hidup sehat dan produktif. Selain itu, faktor keamanan pangan juga penting diperhatikan dalam memilih bahan pangan yang akan dikonsumsi.

"Makanan yang kita konsumsi sedapat mungkin harus beragam. Contoh, untuk kelompok pangan pokok, itu tidak harus selalu mengkonsumsi nasi. Nah, ini yang terus kami dorong," ujar Sri Jaya Midan belum lama ini.

Menurut dia, tak bisa dipungkiri masyarakat di Indonesia tak terkecuali di Kabupaten Purwakarta masih menjadikan beras sebagai makanan pokok untuk memenuhi kebutuhan karbohidratnya. Padahal, ada beragam bahan pangan lain yang bisa dikonsumsi yang secara nilai gizinya itu setara nasi.

"Mungkin lebih ke budaya. Padahal sebenarnya, selain nasi juga ada beberapa bahan makanan pokok lokal yang secara nilai gizinya itu setara nasi. Misalnya Jagung, Singkong dan Kentang," jelas dia.

Midan menjelaskan, berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tingkat konsumsi beras masyarakat di wilayahnya berada di angka 101,2 kilogram per kapita per tahun. Seharusnya, kata dia, berdasarkan standarisasi FAO maksimal konsumsi beras itu hanya 80 kilogram per kapita per tahun.

Untuk itu, sambung dia, sesuai arahan dari pemerintah pusat pihaknya akan turut mendorong supaya masyarakat bisa menerapkan pola konsumsi kebutuhan makanan secara beragam, bergizi, seimbang dan aman (B2SA).

"Diperlukan pemahaman pola konsumsi pangan yang beragam dari mulai tingkat terkecil yaitu rumah tangga. Tapi tentunya hal ini bisa diterapkan secara bertahap karena berkaitan dengan kebiasaan pola makan yang sudah dilakukan masyarakat selama ini,"kata dia.

2 dari 2 halaman

Edukasi Masyarakat

Pemahanan yang dimaksud, juga terkait pengetahuan tentang ketersediaan, akses dan pemanfaatan pangan dalam skala kecil. Hal ini, perlu disebarluaskan secara masif melalui tokoh masyarakat, termasuk keterlibatan penggiat pemberdayaan kesejahteraan keluarga (PKK) di setiap lini.

Midan juga berpendapat, pemanfaatan makanan pokok selain nasi, menjadi upaya yang mendukung program diversifikasi pangan. Saat ini, ada berbagai macam bahan pangan pokok sebagai pengganti nasi seperti sorgum, singkong, ubi jalar, kentang dan jagung.

Selain mendorong keberagaman konsumsi bahan pangan, Midan menambahkan, saat ini jajarannya juga tengah berupaya menekan pengurangan sampah makanan (food waste). Mengingat, sampah saat masih banyak produksi sampah makanan di masyarakat.

"Food Wastage ini terdiri dari dua bagian, yakni food loss dan food waste. Untuk Food Waste, itu merupakan makanan yang dikonsumsi oleh manusia namun dibuang begitu saja dan akhirnya numpuk di TPA," kata dia.

Adapun penyebab Food Waste ini, kata dia, di antaranya kebiasaan tidak menghabiskan makanan yang dikonsumsi sehingga terbuang begitu saja. Salah satu upaya jajarannya saat ini, yakni dengan mengedukasi masyarakat supaya lebih bijak dalam mengonsumsi makanan.

"Caranya, bisa dengan makan secukupnya, belanja harus direncanakan seperlunya," pungkasnya.